KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Para pengunjung menikmati kedatangan primata siamang (Symphalangus syndactylus) di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli, Kamis (2/5/2019) yang berada relatif dekat dengan Parapat, tempat wisata Danau Toba. Ini bisa menjadi wisata alternatif yang mendukung pariwisata prioritas nasional tersebut. Primata tersebut tinggal di habitat hutan setempat dan saat akan dilakukan pertunjukan, seorang pawang memanggil kelompok siamang beserta beruk dan monyet ekor panjang.
Fakta Singkat
- Hari Primata Indonesia diperingati setiap tanggal 30 Januari
- Indonesia berada dalam peringkat ketiga setelah Brasil dan Madagaskar dalam hal kekayaan spesies primata di dunia.
- Primata adalah satwa arboreal (di atas pohon) yang sangat berguna dalam menyebarkan bibit tanaman dalam hutan.
- Kerusakan habitat dan penurunan populasi satwa primata karena disebabkan oleh pembalakan, pembukaan hutan, perburuan liar, dan pembangunan pemukiman.
- Secara global, terjadi penurunan 75 persen keberadaan satwa primata di dunia dan 60 persen terancam punah.
Indonesia adalah negara kepulauan yang jumlah pulaunya mencapai 17.000 dan tersebar di sepanjang garis Khatulistiwa. Posisinya yang berada di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik menciptakan kekayaan alam melimpah. Keanekaragaman hayati membuat Indonesia menjadi negara megabiodiversitas dunia, bahkan 12 persen satwa dunia ada di Indonesia. Indonesia memiliki 61 spesies dari 479 spesies di dunia. Satwa primata Indonesia, misalnya, terdiri dari lima famili dari 11 genus, dengan 38 spesies di antaranya adalah endemik.
Hampir di semua wilayah di Indonesia ditemukan satwa primata native (asli), kecuali Papua. Satwa primata endemik tersebut banyak ditemukan di Sulawesi, juga di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Indonesia termasuk negara terbesar ketiga yang memiliki primata, setelah Brasil dan Madagaskar.
Ada beberapa spesies yang masuk dalam ordo primata, bahkan manusia masuk dalam ordo ini, yaitu Homo sapiens. Spesies lainnya, seperti monyet dan simpanse (Pan troglodytes), gorila dan orangutan (Pongo spp), kemudian prosmian seperti lemur, kuskus, dan tarsius. Manusia adalah kelompok ordo primata yang paling canggih dengan otak paling besar.
Dalam ekosistem hutan, primata berperan pada pemencaran biji sebanyak 75 persen di hutan tropis. Sayangnya, ada 30 jenis primata yang terancam punah pada 2050 akibat perubahan iklim termasuk orangutan Sumatera dan Kukang Jawa.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Tarsius (Tarsius spectrum) keluar dari sarangnya di batang pohon ficus di Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Bitung, Sulawesi Utara, Senin (17/6/2019). Tarsius atau yang dikenal juga dengan nama tangkasi merupakan jenis primata kecil yang aktif mencari makan serangga di malam hari.
Mengenal Primata
Primata memiliki ciri khas. Karakteristiknya yang menonjol adalah cakar pada kukunya. Ada pula yang memiliki kuku datar seperti manusia. Primata termasuk dalam kelompok hewan vertebrata. Keunikan lainnya adalah mata mereka yang menghadap ke depan untuk penglihatan stereoskopik dan anggota tubuh yang fleksibel dengan ujung jari yang dapat memegang objek dengan baik.
Satwa ini memiliki kekerabatan paling dekat secara biologis dengan manusia dan menyumbangkan pengetahuan yang sangat krusial bagi ilmu biologi, perilaku, ekologi, dan kesehatan. Tidak hanya menyebarkan benih di dalam hutan, primata juga menjadi pengendali hama, seperti tarsius dan kukang yang adalah pemakan serangga. Dalam rantai makanan, banyaknya tarsius di hutan bermanfaat sebagai mangsa macan tutul yang utama, sehingga macan tutul tidak akan menggangu warga.
Pada sebagian besar mamalia, semakin besar spesiesnya, maka semakin lambat pertumbuhannya dan semakin panjang umurnya. Pertumbuhan primata lambat karena mereka membutuhkan waktu untuk mempelajari perilaku sosialnya.
Primata adalah hewan sosial, mereka kawin dan membentuk keluarga sederhana dengan orang tua. Pada beberapa jenis tertentu, terbentuk lingkungan seperti harem, satu jantan dengan beberapa betina. Selain itu, ada pula kelompok primata yang diatur berdasarkan peringkat. Jantan yang lebih tinggi peringkatnya akan mendapatkan lebih banyak peluang untuk kawin.
Lain halnya dengan siamang, yang termasuk dalam kelompok Owa. Siamang hanya memilih satu pasangan dan hidup bersama induk anak-anaknya, seperti sebuah keluarga. Habitat Siamang ada di hutan tropis Sumatera.
Siamang dan Bonobo adalah dua kera yang paling dekat kekerabatannya dengan manusia. Simpanse membentuk hierarki pejantan dengan berperingkat. Jantan akan berkelahi untuk mempertahankan posisinya. Terkadang, perkelahian itu dapat membawa kematian, satu simpanse membunuh simpanse lainnya.
Menurut ilmuwan, nenek moyang primata adalah prosimian yang berevolusi selama 4,5 miliar tahun. Kemudian muncullah primata 50 – 55 juta tahun lalu. Bukti fosil nenek moyang primata ditemukan di Asia, Eropa, Afrika Utara, dan Amerika Utara bagian barat. Hal ini menunjukkan mereka hidup di wilayah hangat dan lembab.
Prosimian adalah Lemur, Kukang, dan Tarsius yang disebut dengan Prosimian Eosen. Mereka terdapat hampir di seluruh dunia. Mereka tinggal di Eropa, Afrika, Amerika Utara, dan Asia. Sementara itu, Monyet diperkirakan muncul pertama kali 30 juta tahun yang lalu di Amerika Selatan, Amerika Utara, dan Afrika. Fosil Monyet ditemukan pada zaman Miosen kemudian berevolusi menjadi kera seperti zaman ini.
Dalam hal kecerdasan, orangutan, simpanse, dan gorila merupakan yang paling cerdas dan kompleks, sedangkan kelompok prosimian adalah primata kecil yang perilakunya sangat berbeda dengan primata besar.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Pelepasliaran Surili – Lili, seekor pejantan Surili (Presbytis comata) bersama pasangannya Lala (tidak nampak) dilepasliarkan di Cagar Alam Situ Patengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/9/2016).
Jenis atau spesies primata
Di Indonesia terdapat 62 spesies primata. Ada 6 dari spesies famili Lorisidae; 13 spesies dari famili Tarsiidae; 32 spesies dari famili Cercopithecidae; 9 dari spesies famili Hylobatidae; dan 3 spesies Hominidae.
Spesies yang terbanyak di Indonesia adalah famili Cercopithecidae yang terbagi dalam dua sub-famili, yaitu Cercipithecinae dan Colobinae. Dari sub-famili Cercopithenae, hanya genus Macaca yang tersebar di Asia, sedangkan sub lainnya ada di Afrika. Sub-famili Colobinae banyak dijumpai di Asia. Salah satunya adalah genus Trachypithecus. Uniknya, dalam famili ini, biasanya satu jantan hidup dengan banyak betina. Kelompok monyet Colobinae adalah pemakan daun. Jenis Colobinae di Afrika yang ditemukan adalah jenis Monyet Colombus, sementara di Asia ada jenis Lutung seperti Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus).
Lutung (Presbytis spp) terkenal dengan bulu berwarna warni. Mereka tinggal di hutan tropis dan berperan sangat penting dalam menjaga ekosistem. Lutung tersebar di seluruh Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Lutung Kelabu masuk dalam kategori primata terancam punah akibat pembukaan lahan, pembakaran hutan, pembalakan, dan perburuan liar. Daerah jelajah Lutung Kelabu hanya 43 ha. Mereka biasanya berkelompok dan bergerak sejauh 200 – 300 meter setiap harinya, kemudian kembali pada pohon yang sama di malam hari. Lutung Kelabu adalah pemakan daun dan buah muda, juga telur burung pada saat tertentu.
Orangutan yang sangat khas ada di Indonesia, yaitu Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Mereka hidup di hutan Sumatera dan Kalimantan. Sayangnya, deforestasi telah menghancurkan habitat mereka. Orangutan Indonesia termasuk dalam kategori sangat kritis karena kebijakan dan ulah yang dibuat manusia.
Tarsius adalah primata kecil yang memiliki mata sangat besar. Mereka tinggal di hutan tropis, seperti jenis tarsius spektrum yang ditemukan di Sulawesi, sedangkan Tarsius bancanus ditemukan di Kalimantan.
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Jenis monyet ekor panjang banyak ditemukan di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Mereka tinggal di hutan dan dapat dekat dengan manusia, walaupun terkadang menimbulkan konflik.
Macaca nigra atau yang disebut Yaki adalah jenis asli dari Sulawesi Utara. Yaki memiliki wajah yang unik, berbulu hitam, dan berwarna tubuh mencolok. Sayangnya, perburuan manusia yang membuat hancur habitat mereka mengakibatkan populasi mereka terancam punah.
Macaca nemestrina atau disebut monyet ekor babi merupakan spesies yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan. Ekornya sangat unik, mirip ekor babi, sehingga dijuluki monyet ekor babi. Nasib primata ini sama dengan jenis lainnya—sangat kritis—akibat perburuan manusia dan kehancuran habitat mereka.
Semua jenis primata ini memiliki kesamaan dalam berkembang biak, yaitu melahirkan dan menyusui.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Clinton , orangutan pejantan (Pongo pygmaeus morio) di daerah ekowisata Prevab, Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur, Kamis (13/6/2013), beristirahat siang di pepohonan. Primata endemis Kaltim (dan sebagian Sabah) ini diperkirakan jumlahnya tinggal 600-1.000 ekor. Ekosistem perlu dilindungi agar populasi orangutan meningkat.
Penyebaran Primata di Indonesia
Jurnal Primatologi Indonesia 2017 mengulas tentang primata. Jenis satwa primata yang paling beragam adalah genus Prebytis (monyet ekor panjang) sebanyak 15 spesies, disusul Macaca 10 spesies, Tarsius 9 spesies, Hylobates 8 spesies, dan Nycticebus 6 spesies. Presbytis tertinggi di Indonesia karena genus paling awal menyebar ke berbagai belahan penjuru dunia mulai dari masa Pliosen dan Pleistosen.
Secara umum, satwa primata Indonesia tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. Di Sumatera terdapat 24 spesies, di Kalimantan ada 14 spesies, Sulawesi ada 16 spesies, sedangkan di Bali hanya ada 6 spesies. Genus Presbytis ini dominan berada di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Satwa ini menyebar di beberapa wilayah yang berbeda.
Sumatera memiliki satwa primata tertinggi karena pengaruh zoogeografi dan sejarah distribusi fauna pada zaman dahulu. Terisolasinya pulau-pulau di Indonesia menyebabkan banyak jenis satwa endemik. Hal itu mengakibatkan satwa primata di Indonesia memiliki keunikan masing-masing, tetapi primata di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa banyak kesamaan antarspesies.
Primata di Sumatera memiliki banyak kesamaan dengan primata yang ada di Malaysia dan Thailand. Sementara itu, spesies primata di Sulawesi hanyalah Tarsier yang mirip dengan primata di Filipina. Hal itu disebabkan karena sumber asal primata tersebut berasal dari satu tempat yang sama kemudian menyebar ke berbagai wilayah.
Dalam sejarah pembentukan bumi, Wallacea membagi enam sebaran fauna di dunia. Pertama, Sub-bagian Paleartik, yaitu Eropa, Afrika Utara, Rusia, Asia Tengah, Asia Barat kecuali Semenanjung Arab, serta Asia Timur. Kedua adalah Ethiopian, yaitu Afrika Tengah, Afrika Selatan, Afrika Barat, Afrika Timur, Madagaskar, dan Semenanjung Arab. Ketiga adalah Oriental, yaitu Asia Selatan dan Asia Tenggara kecuali Sulawesi dan Papua. Keempat adalah Australis, yaitu Australia, Selandia Baru, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, Papua, dan Oceania. Kelima adalah Neartik: Amerika Serikat, Meksiko, dan Greeen Land; dan yang keenam adalah Neo Tropik, yaitu Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, dan Amerika Selatan.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Kehangatan Pelukan Ibu Induk orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) memeluk bayinya yang dilahirkan empat hari lalu di Taman Margasatwa Mangkang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (23/4/2013). Orangutan betina hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun dengan lama kandungan berkisar 8 bulan sampai 9 bulan. Lambatnya perkembangbiakannya membuat orangutan rentan punah ketika hutan tidak lagi mendukung kehidupannya.
Restorasi Taman Nasional
Primata masuk dalam buku The World’s 25 Most Endangered Primates (2012 – 2014). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh OUCN (International Union for The Conservation of Nature and Natural Resources), status konservasi primata Indonesia berada dalam kondisi kritis dan terancam rentan. Sementara itu, CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) menetapkan status Primata Indonesia sebagai Apendix I dan Apendix II.
Primata asal Indonesia yang terancam punah, yaitu Tarsius Pumilus (Pygmy tarsier) Sulawesi, Nycticebus javanicus (Javan slow loris) Jawa, dan Nasalis concolor (Pig-tailed langur) Kepulauan Mentawai.
Indonesia masih memiliki kawasan konservasi 4,1 juta hektare di Taman Kerinci Seblat di Perbatasan Sumatera Barat; Taman Nasional Siberut, Kepulauan Mentawai; Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah; dan Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Hutan konservasi ini merupakan habitat siamang, beruk siberut, owa/ungka, dan orangutan.
Menurut hasil riset tim dari Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor (IPB) (diposting pada 2022) bahwa hanya 33 persen proses restorasi dijalankan pada kawasan konservasi tersebut. Walaupun Indonesia memiliki 12 persen kawasan konservasi, kehilangan hutan dan vegetasinya menjadi ancaman terbesar primata Indonesia.
Cara lain untuk melestarikan alam adalah dengan penetapan Kawasan Ekosistem Ensensial yang menjadi area dengan nilai konservasi tinggi, tapi berada di luar kawasan konservasi. Contohnya adalah lahan basah, koridor kehidupan liar, ekosistem karst, dan taman keanekaragaman hayati. Sebanyak 70 persen satwa liar dilindungi justru hidup di luar kawasan konservasi. Terciptanya kawasan konservasi bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan, juga pihak lain, seperti pemerintah daerah, perusahaan, dan masyarakat.
Menjaga kelestarian hutan akan membangun konektivitas habitat, tidak hanya untuk primata juga satwa lainnya. Upaya tersebut dilakukan dalam rangka menjaga kerangka kerja biodiversitas global. Hal ini sejalan dengan Strategi dan Rencana Aksi Orangutan Nasional Indonesia dan Rencana Aksi Konservasi Owa Indonesia.
Untuk mengantisipasi makin berkurangnya kawasan konservasi yang mengancam primata, perlu disiapkan kawasan refugia. Refugia adalah kawasan dengan area alami yang memiliki stabilitas iklim dan kualitas tutupan vegetasi yang baik untuk menjaga kelangsungan hidup primata.
Beberapa lokasi yang dapat menjadi kawasan refugia primata adalah Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Utara; Taman Naional Sebangau, Kalimantan Tengah; Suaka Margasatwa Kerumutan Riau; serta Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum di Kalimantan Barat. Lokasi tersebut cocok menjadi habitat primata seperti lutung, bekantan, dan orangutan Kalimantan.
Sayangnya, di Indonesia kerusakan habitat dan hampir punahnya primata belum mampu mengubah arah kebijakan. Primata semestinya dapat dijadikan bagian dari pembangunan seperti menjadikan hutan konservasi sebagai wisata yang mendatangkan banyak pengunjung. Untuk kelestarian lingkungan hidup, pemerintah sudah membuat berbagai langkah untuk melindungi satwa primata Indonesia. Di antara berbagai kekurangannya, pemerintah telah membuat langkah:
- Menetapkan kawasan konservasi, seperti Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya, dan Taman Buru.
- Mengeluarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi. Primata yang dilindungi adalah Orangutan, Lutung, Tarsius, dan Loris.
- Menetapkan spesies satwa prioritas untuk perlindungan.
- Prosedur penangkaran terhadap spesies satwa terancam, baik di kawasan eks situ maupun kawasan alami, khususnya Orangutan dan Owa Jawa agar tidak mencapai titik kritis.
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, menjadi habitat 1.400-an bekantan, Jumat (23/12/2011). Namun, keberadaan primata ini terancam punah seiring mangrove yang kian habis dibabat demi kawasan industri. Teluk Balikpapan semakin terancam rusak saat proyek jembatan Pulau Balang, jalan, dan kawasan industri Kariangau dikerjakan.
Habitat yang Hampir Punah
Keberadaan primata dalam ekosistem sangat menguntungkan karena menyebarkan benih tanaman dari buah yang mereka makan. Primata biasanya selalu berpindah tempat sehingga mereka akan menebarkan biji-bijian lewat feses mereka jauh dari pohon asalnya. Kotoran hewan tersebut menjadi pupuk sehingga tanaman cepat tumbuh subur dan berbuah kembali.
Sayangnya, manusia mengganggap mereka hama bagi manusia sehingga terkadang hidup mereka diburu dan habitat mereka dihancurkan. Keberadaannya terus menurun seiring dengan pembangunan dan perluasan kawasan untuk pemukiman dan industri. Hal ini terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di belahan dunia lain.
Di Tiongkok, populasi gibbon hainan hanya tersisa 35 ekor pada tahun 2017, sementara populasi kukang, monyet, kera seperti kukang ekor cincin, monyet udzunga, monyet yunnan, lutung kepala putih, dan gorila grauer turun hingga beberapa ribu. Dari 504 jenis primata di dunia, dua pertiganya ada di Indonesia, Kongo, Brasil, dan Madagaskar. Sementara itu, di Indonesia primata kunci orangutan status telah menjadi terancam punah.
Ironisnya, pembangunan selalu mengorbankan kelestarian alam. Salah satu contohnya adalah pembangunan pembangkit listrik tenaga air di Batang Toru, Sumatera Utara yang membentang di tiga kabupaten di Sumatera Utara, yakni Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Meskipun banyak protes dari kelompok lingkungan, pembangunan PLTA tersebut terus berjalan bahkan hampir selesai. Lokasi pembangunan ini berada di kawasan hutan lindung, bahkan berada di lokasi kepadatan orangutan paling tinggi sehingga akan mengganggu keberadaan orangutan.
Ada sekitar 760 ekor orangutan di lokasi konservasi tersebut. Tidak mengherankan jika orangutan di kawasan tersebut sering terlihat di luar kawasan konservasi. Bahkan, Taman Nasional Gunung Leuser tempat habitat Orangutan Sumatera telah berubah status menjadi zona pemanfaatan demi pembangunan insfrastruktur.
Kini, di zaman serba digital, primata pun menjadi komoditas para influencer di jagat maya. Beredar banyak video yang mengunggah konten satwa liar, umumnya monyet ekor panjang.
Walaupun saat ini monyet ekor panjang belum termasuk kategori spesies terancam, konten tersebut dapat mendorong orang untuk memiliki satwa primata tersebut. Apalagi, para konten kreatornya adalah publik figur yang memiliki banyak pengikut.
Primata bukanlah hewan yang cocok menjadi binatang peliharaan karena ada beberapa faktor yang berisiko menjadikannya teman dalam keluarga. Primata berpotensi berbahaya karena dapat berubah menjadi agresif ketika sudah dewasa.
Mereka sering kali menggigit dan menyerang pemiliknya. Usia primata dapat mencapai antara 20 – 40 tahun, sehingga memeliharanya membutuhkan komitmen yang tinggi.
Makanan primata pun khusus dan berbeda dengan manusia. Primata memiliki pola makan khusus karena mereka memiliki kecenderungan penyakit tulang metabolik (rakhitis) yang melemahkan dan menyakitkan mereka. Hal itu dikarenakan pola makan yang buruk dan kurangnya sinar matahari.
Primata juga membutuhkan dokter spesialis yang biayanya mahal dan sulit ditemukan, bahkan penyakit primata menular pada manusia seperti campak dan herpes. Primata juga sangat tergantung pada induknya, sehingga pemisahan dari induknya sejak kecil dapat menyebabkan penderitaan luar biasa.
Selain itu, primata adalah makhluk sosial yang membutuhkan sosialisasi dengan sejenisnya, maka tidak bijaksana jika memisahkan mereka dari kelompoknya. Manusia pun tidak mampu memenuhi kebutuhan sosial dan pertemanan bagi primata. Oleh karena itu, demi menjaga kelestarian satwa khususnya primata, kita perlu menghentikan perburuan dan perdagangan primata. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- “Indonesia Memiliki 38 Spesies Primata Endemik”, Kompas, Sabtu, 7 Agustus 2021, hlm 04
- “Jerat Jagad Digital Bagi Primata”, Kompas, Rabu, 17 Februari 2021, hlm B
- “Orangutan Tapanuli: Selaraskan Energi Terbarukan dan Konservasi Alam”, Kompas, Selasa, 14 Juli 2020, hlm 08
- “Mayoritas Primata Dunia Terancam”, Kompas, Sabtu 21 Januari 2017, hlm 14
- https://www.rspca.org.uk/adviceandwelfare/pets/other/primates
- https://www.palomar.edu/anthro/earlyprimates/early_2.htm
- https://www.britannica.com/animal/primate-mammal
- https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/apa-itu-hewan-primata-kenali-spesies-primata-di-indonesia/
- https://www.amnh.org/exhibitions/permanent/human-origins/understanding-our-past/living-primates/the-grasping-hand
- https://primata.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2020/10/JPI-Vol.-14-No-1-2017-3-8.pdf
- https://www.profauna.net/id/kampanye-primata/apa-yang-bisa-anda-lakukan-untuk-membantu-pelestarian-primata-indonesia
- https://theconversation.com/bagaimana-mencegah-gelombang-kepunahan-primata-indonesia-pada-2050-mendatang-174780