Tokoh

Khofifah Indar Parawangsa

Khofifah Indar Parawansa yang berlatar belakang Nahdlatul Ulama adalah perempuan yang mendobrak tradisi patriarki dalam dunia politik. Perempuan sederhana ini berhasil menorehkan sejarah baru sebagai Gubernur Jatim perempuan pertama.

Fakta Singkat

Nama Lengkap
Dra. Khofifah Indar Parawangsa, M.Si.

Lahir
Surabaya, 19 Mei 1965

Almamater
Universitas Airlangga
Universitas Indonesia

Jabatan Terkini
Gubernur Jawa Timur 2019-2024

Khofifah sudah menjadi aktivis organisasi sejak remaja. Di masa kuliah, ia pernah mengemban amanah Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), sebuah posisi yang umumnya diduduki laki-laki. Dia mampu membongkar stereotip pemimpin haruslah laki-laki, apalagi dalam organisasi Islam  yang umumnya mendahulukan laki-laki sebagai pemimpin.

Di kancah politik, Khofifah pernah menduduki kursi parlemen dari Fraksi Persatuan Pembangunan, kemudian bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa dan sempat menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Kabinet Abdurrahman Wahid. Ia juga pernah menjadi Menteri Sosial Kabinet Kerja Joko Widodo yang kemudian dia lepaskan untuk mencalonkan diri di Pilkada Jawa Timur.

Dalam Pilkada Jawa Timur, Khofifah pantang  menyerah meski pernah dua kali gagal dalam pemilihan gubernur provinsi tersebut tahun 2008 dan tahun 2013. Keterlibatan ketiga kalinya dengan menggandeng Emil Dardak sebagai wakilnya dalam pilkada tersebut tak sia-sia. Ia berhasil memenangi pilkada tahun 2019. Bukan sebuah kebetulan semata, keberhasilan itu karena Khofifah banyak bergerak secara ke-organisasian di Jawa Timur, tempat dia dibesarkan dan berkarya.

Khofifah tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi gubernur di Jawa Timur. Pencapaian itu sepertinya bukan akhir perjalanan karier politiknya di pentas politik nasional.

Aktivis sejak remaja

Khofifah Indar Parawansa terlahir dari keluarga sederhana dan bukan dari kalangan pejabat maupun priyayi. Ayahnya H. Achmad Ra’I adalah seorang petani dan juga berternak sapi perah, sedangkan ibunya Hj. Rochmah hanya ibu rumah tangga biasa.

Khofifah kecil tumbuh di perkampungan di Wonocolo, Surabaya. Sejak kecil dia punya semangat juang yang tinggi. Ia tidak merasa malu berjualan es lilin keliling kampung saat dia masih duduk di bangku kelas 4 SD. Bahkan, ia beberapa kali membawa dagangan untuk dijual kepada teman-teman di sekolahnya.

Setelah lulus dari SD Taquma Surabaya, Khofifah melanjutkan pendidikannya di SMP Khadijah Surabaya selama tiga tahun dan melanjutkan SMA di sekolah yang sama hingga kemudian lulus tahun 1984.

Jiwa kepemimpinannya mulai tampak dan berkembang ketika dia aktif berorganisasi di SMA tersebut. Khofifah remaja menjabat sebagai Ketua OSIS dan Ketua Dewan Pramuka di sekolahnya. Ia juga pernah mengemban amanah sebagai Ketua Umum Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

Khofifah muda sangat lekat dengan aktivitas yang banyak dilakukan oleh laki-laki. Khofifah gemar naik gunung dan bercita-cita jadi pembalap. Hampir semua gunung di Jawa Timur sudah pernah didaki. Mulai Gunung Batok di Bromo, Arjuno, hingga Semeru.

Bakat kepemimpinannya makin berkembang dan terasah ketika memasuki jenjang perguruan tinggi. Selepas lulus SMA, Khofifah melanjutkan kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga dan Sekolah Tinggi Dakwah di Surabaya. Ketika kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah, dia pernah menjadi Sekretaris Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (1984-1985).

Kemudian ia terpilih menjadi Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Surabaya ( 1986 ). Khofifah berhasil menggeser stigma pemimpin organisasi Islam adalah laki-laki, dia  tercatat sebagai perempuan pertama yang berhasil menjadi ketua umum PMII Surabaya, sesuatu yang tidak lazim dan langka dalam organisasi Islam.

Tahun 1989, Khofifah muda menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah. Dua tahun kemudian, ia meraih gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Airlangga (Unair). Setelah hijrah ke Jakarta sebagai anggota DPR, Ia sempat mengambil pendidikan pascasarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia dan mendapatkan gelar magister tahun 1997.

Khofifah tidak berpuas diri hanya pada organisasi berafiliasi agama, dia pun menjejakkan pengalaman pada KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dan pernah menjadi bendahara KNPI Wonocolo, Surabaya. Kemudian Khofifah juga menjabat sebagai Biro Lingkungan Hidup KNPI Jawa Timur (1991-1994). Bahkan, dalam waktu yang bersamaan, Khofifah rupanya aktif juga di Generasi Muda Persatuan dan memegang posisi wakil sekretaris.

Jiwa kepemimpinannya terus berkembang ketika Kfofifah aktif dalam organisasi keagamaan sayap Nahdlatul Ulama yaitu Muslimat Nahdlatul Ulama hingga akhirnya Khofifah terpilih menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU tahun 2000.  Jabatan ketua umum organisasi itu dia pegang hingga sekarang atau selama empat periode.

Khofifah menikah dengan seorang pengusaha Indar Parawansa Tahun 1992. Pasangan tersebut dikaruniai empat orang anak yaitu Fatimah Sang Mannagalli Parawansa, Jalaluddin Mannagalli Parawansa, Yusuf Mannagalli Parawansa, dan Ali Mannagalli Parawansa. Suaminya meninggal dunia pada 15 Januari 2014 karena sakit.

KOMPAS/RIZA FATHONI (RZF)

Karier

Khofifah   memulai  karier  sebagai  dosen di Sekolah  Tinggi  Ilmu  Tarbiyah  Taruna, Surabaya pada tahun 1989. Kemudian pada tahun 1990, ia mengajar  di  Sekolah   Tinggi   Ilmu   Dakwah  Surabaya. Setelah lulus dari Unair, dia menjadi dosen di Universitas Wijaya Putra Surabaya pada tahun  1991 – 1992.

Tahun 1991 ia mulai terjun ke dunia politik dengan menjadi caleg DPR dari Partai  Pembangunan Pembangunan. Berkat usaha keras dan popularitasnya di Jawa Timur, ia pun akhirnya terpilih sebagai anggota DPR dari PPP periode 1992-1998.  Saat dilantik Khofifah masih berusia 27 tahun dan termasuk sebagai salah satu anggota dewan termuda. Ia langsung dipercaya sebagai pimpinan fraksi PPP sekaligus menjabat sebagai pimpinan komisi. Inilah awal langkah Khofifah dalam dunia politik di parlemen.

Di akhir  era Orde Baru, pidatonya dalam Sidang Istimewa MPR  tahun 1998 dianggap sangat kritis dan cukup mengejutkan anggota parlemen saat itu. Khofifah tercatat dalam sejarah sebagai politisi perempuan yang tegas mengkritik Orde Baru. Khofifah yang mewakili Fraksi PPP berpidato sangat tegas mengkritik rezim Orde Baru dan  mengungkapkan borok pemilu 1997. Pidato monumental itu melambungkan nama Khofifah dalam jagat politik nasional.

Perubahan peta politik pasca lengsernya rezim Orde Baru membuatnya keluar dari PPP dan hijrah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang digagas Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ketika KH Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden, Khofifah ditunjuk sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Kepala BKKBN, sayangnya tidak lama kemudian Gus Dur dilengserkan dan posisi Khofifah digantikan orang lain.

Meski demikian, langkah Khofifah di dunia politik tidak berhenti, dia terus berkiprah dalam organisasi Muslimat NU dan pernah menjadi Ketua Bidang Ekonomi di organisasi tersebut. Bahkan, Khofifah kemudian terpilih sebagai Ketua Umum Muslimat NU. Jabatan ketua umum dia emban hingga empat kali periode.

Selain di NU, pada pemilu 2004, ia dipercaya Gus Dur menjadi Ketua Bapilu DPP PKB dan Ia sendiri juga menjadi caleg PKB di daerah pemilihan Surabaya-Sidoarjo. Hasil pemilu mengantarkan Khofifah kembali ke Senayan sebagai anggota DPR periode 2004-2009.

Karier politiknya terus berlanjut ketika dia maju sebagai calon gubernur dalam Pilkada Jatim 2008. Meski gagal, Khofifah tak patah arang. Ia kembali menunjukkan kiprahnya dalam kancah politik nasional saat maju kembali dalam Pilgub Jawa Timur 2013-2018, tetapi kembali gagal.

Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden untuk periode kedua, membawanya kembali ke kabinet. Khofifah ditunjuk menjadi Menteri Sosial Kabinet Kerja (2014-2019), tetapi dia kemudian mengundurkan diri  pada Januari 2018 untuk mencalonan diri ketiga kalinya sebagai calon gubernur Jawa Timur 2018.

Dalam pilkada tersebut, Khofifah berpasangan dengan Emil Dardak  yang didukung oleh Partai Demokrat, Partai Golkar, PAN, PPP, Partai Nasdem dan Partai Hanura. Khofifah memenangi pilgub Jawa Timur mengalahkan pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Mantan Gubernur Jawa Timur Soekarwo memberikan ucapan selamat kepada pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang baru saja dilantik, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/2/2019).

Daftar Penghargaan

  • Gubernur Provinsi Terbaik pada acara Kamar Dagang dan Industri Award 2019 (2019)
  • Alumni Berprestasi Universitas Airlangga (2019)
  • Penghargaan Khusus Bakti Sepanjang Masa untuk Muslimat NU dari Kemendagri (2019)
  • Pemimpin Perubahan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Publik (2019)
  • Penghargaan MURI diberikan untuk ‘Nuzulul Quran 1441 H secara Daring Pertama di Dunia’ dan ‘Khotmil Quran Kubro secara Daring Terbanyak di Dunia’ (2020)
  • PWI Special Award (2020)

Penghargaan

Sejumlah penghargaan diraih Khofifah selama menjabat Gubernur Jatim tahun 2019. Bulan November, ia meraih penghargaan sebagai Gubernur/Kepala Pemerintahan Provinsi Terbaik pada acara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Award 2019 yang digelar di Bali.

Kemudian dari almaternya ia mendapatkan penghargaan sebagai Alumni Berprestasi Universitas Airlangga. Penghargaan ini diberikan karena Khofifah dinilai sebagai alumnus Unair yang memiliki segudang prestasi nasional hingga internasional.

Masih di bulan yang sama, Khofifah meraih  dua penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri. Penghargaan pertama diraih dalam kategori Pemprov Jatim sebagai Pembina Ormas Terbaik. Sedangkan penghargaan kedua diterima Khofifah selaku Ketua Umum PP Muslimat NU untuk kategori Penghargaan Khusus Bakti Sepanjang Masa atau Long Life Achievement untuk Muslimat NU.

Pada Desember 2019, ia kembali meraih penghargaan sebagai Pemimpin Perubahan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Publik. Khofifah dinilai memiliki komitmen besar dalam melakukan perubahan untuk menjaga tata kelola pemerintahan yang bersih, baik dan transparan.

Di masa pendemi Covid-19, Khofifah meraih dua penghargaan sekaligus dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI). Dua penghargaan itu diberikan untuk Nuzulul Quran 1441 H secara daring pertama di dunia dan Khotmil Quran Kubro secara daring terbanyak di dunia.  Dia dinilai sukses menyelenggarakan acara itu di tengah situasi pandemi Covid-19.  Penghargaan lainnya dia terima dari Persatuan Wartawan Indonesia Jatim yakni PWI Special Award berkat kepedulian dan kedekatannya dengan insan media.

Karya

Penanganan Covid-19

Pandemi Covid-19 menjadi ujian bagi Khofifah dalam memutus penyebaran penyakit tersebut, terlebih provinsi yang dipimpinannya mengalami lonjakan kasus pasien positif tertinggi di akhir bulan Mei 2020. Tercatat pasien positif korona hingga akhir Mei mencapai 4.409 kasus, melebihi prediksi awal dan tidak menunjukkan tanda-tanda melandai.

Karena itu, Khofifah tak henti-hentinya mengimbau masyarakat agar waspada dan tidak keluar rumah jika tidak diperlukan, mengenakan masker jika keluar rumah, dan sering cuci tangan pakai sabun serta menjaga pola hidup sehat. Ia juga meminta masyarakat disiplin karena pemutusan rantai persebaran virus dimulai dari diri sendiri.

Langkah tegas juga dilakukan Khofifah untuk memutus penyebaran virus tersebut dengan memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah Surabaya raya yakni Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. PSBB juga diberlakukan di wilayah Malang Raya yakni Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Wilayah-wilayah itu menjadi pusat penyebaran Covid-19 di Jatim.

Setelah beberapa kali mengalami perpanjangan PSBB di wilayah itu, PSBB resmi diberhentikan di Malang Raya mulai 1 Juni 2020 dan masuk transisi sebelum tatanan baru atau biasa disebut normal baru. Adapun di Surabaya Raya PSBB berakhir pada 8 Juni tanpa ada pencabutan keputusan.

Dengan berahirnya PSBB, kewenangan dan tanggung jawab penanganan Covid-19 ada di tangan kepala daerah kabupaten/kota masing-masing. Meski demikian, Khofifah tak serta merta lepas tangan. Dia tetap membuka diri dan bakal membantu apabila daerah-daerah itu membutuhkan bantuan dari Pemerintah Provinsi.

Biodata

Nama

Dra. Khofifah Indar Parawangsa, M.Si.

Lahir

Surabaya, 19 Mei 1965

Jabatan

Gubernur Jawa Timur Periode 2019-2024

Pendidikan

Umum

  • SD Taquma, Surabaya (1978)
  • SMP Khadijah, Surabaya (1981)
  • SMA Khadijah, Surabaya (1984)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah, Surabaya (1989)
  • Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (1991)
  • Magister Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta (1997)

Khusus

  • Evaluasi Bidang Politik Kadit Sospol Jawa Timur (1987)
  • Penataran Calon Pelatih Permainan Simulasi P-4 dan Penyuluhan Pembangunan BP-7 Jawa Timur (1988)
  • Studi Pembangunan Nasional Angkatan III, Jakarta (1990)
  • Penataran Kewaspadaan Nasional Bagi Pemuda Angkatan V, Cibubur (1991)

Karier

  • Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Taruna, Surabaya (1989)
  • Dosen Universitas Wijaya Putra, Surabaya (1991-1992)

Legislatif

  • DPR dari Partai Persatuan Pembangunan (1992-1997)
  • DPR dari Partai Persatuan Pembangunan (1997-1999)
  • DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (1999-2004)
  • DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (2004-2009)

Pemerintahan

  •  Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana (1999-2001)
  •  Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Kabinet Abdurrahman Wahid (1999–2001)
  • Menteri Sosial Kabinet Kerja (2014-2019)
  • Gubernur Jawa Timur (2019-2024)

Kiprah Organisasi

  • Anggota Bagian Pendidikan dan Latihan DPC PPP Surabaya (1987-1992)
  • Ketua Pengurus Besar PMII (1989-1991)
  • Anggota Yayasan Tri Bhakti, Surabaya (1989-1990)
  • Biro Pengkaderan DPC PPP Surabaya (1990-1995)
  • Wakil Sekretaris Generasi Muda Persatuan (1990-1995)
  • Biro Lingkungan Hidup KNPI Jawa Timur (1991-1994)
  • Ketua Partai PKB (1998-2000)
  • Anggota Dewan Pertimbangan DPP PKB (2000-2002)
  • Anggota Dewan Syuro DPP PKB (2000-2002)
  • Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama selama 4 periode (2000–2021)

Penghargaan

  • Gubernur/Kepala Pemerintahan Provinsi Terbaik pada acara Kamar Dagang dan Industri Award 2019 (2019)
  • Alumni Berprestasi Universitas Airlangga (2019)
  • Penghargaan Khusus Bakti Sepanjang Masa atau Long Life Achievement untuk Muslimat NU dari Kemendagri (2019)
  • Pemimpin Perubahan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Publik (2019)
  • Penghargaan MURI diberikan untuk ‘Nuzulul Quran 1441 H secara Daring Pertama di Dunia’ dan ‘Khotmil Quran Kubro secara Daring Terbanyak di Dunia’ (2020)
  • PWI Special award (2020)

Karya

Buku

  • Islam, NU dan Ke-Indonesiaan (2013)
  • Pemimpin Melayani (2015)
  • NU, Perempuan Indonesia (2015)

Keluarga

Suami

Ir. H. Indar Parawansa, M.Si (Alm.)

Anak

  • Fatimah Sang
  • Jalaluddin Baso Mannagali
  • Yusuf Mannagali
  • Ali Mannagali

Sumber
Litbang Kompas