Tokoh

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Anwar Iskandar

Wakil Rais ‘Aam PBNU KH Anwar Iskandar ditunjuk menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rapat pleno yang dihadiri oleh pimpinan MUI pada 15 Agustus 2023. Pengasuh Pondok Pesantren Al Amin Kediri ini akan meneruskan sisa masa jabatan KH Miftachul Akhyar sampai Musyawarah Nasional (Munas) MUI pada 2025.

NU Online

Fakta Singkat

Nama Lengkap
KH Anwar Iskandar

Lahir
Muncar, Banyuwangi, 24 April 1950

Almamater
UIN Syarif Hidayatullah

Jabatan Terkini
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia

Tokoh Senior Nahdlatul Ulama KH Anwar Iskandar ditetapkan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggantikan KH Miftachul Akhyar yang mengundurkan diri. Penetapan Anwar sebagai Ketua Umum MUI diputuskan dalam rapat pleno tertutup yang dihadiri oleh seluruh Dewan Pimpinan MUI yang terdiri dari Pimpinan Harian, Dewan Pimpinan (DP) MUI, Ketua serta Sekretaris Komisi, Badan/Lembaga yang ada di DP MUI.

Sebelumnya, Kiai Haji Anwar Iskandar merupakan sosok kiai yang di kepengurusan MUI Pusat menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI. Sementara di organisasi Nahdlatul Ulama, Kiai Anwar menjabat Wakil Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022–2027. Wakil Rais Aam PBNU itu menggantikan KH Miftachul Akhyar yang mengundurkan diri karena ditunjuk menjadi Rais Aam PBNU 2022–2027.

Setelah nanti resmi menjabat Ketua Umum MUI, Anwar akan meneruskan sisa jabatan KH Miftachul Akhyar sampai Musyawarah Nasional (Munas) MUI yang akan digelar pada tahun 2025. Anwar dianggap sosok yang mumpuni sebagai ketua umum MUI. Selain keilmuan dan pengalamannya dalam memimpin sejumlah organisasi, mantan anggota MPR ini juga dianggap sosok yang mampu merekatkan dan memperkuat persatuan serta kesatuan umat dan bangsa.

Putra Banyuwangi

Anwar Iskandar dilahirkan di Desa Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi pada tanggal 24 April 1950. Ayahnya bernama KH. Iskandar merupakan pendiri dan pengasuh pondok pesantren “Mambaul Ulum” Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi.

Seperti putra kiai pada umumnya, sejak kecil Anwar menimba ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Pesantren pertama tempat Anwar belajar ilmu agama tak lain milik ayahnya, yakni Mambaul Umum. Sembari menjadi santri, Anwar juga mengenyam pendidikan formal di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di lingkungan Pondok Pesantren Mambaul Ulum dari 1955 hingga lulus pada 1961.

Tahun 1961, ia melanjutkan pendidikan formalnya di Madrasah Tsanawiyah (MTs) di lingkungan Pondok Pesantren Mambaul Umum milik ayahnya. Tiga tahun kemudian Anwar melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah (MA) Mambaul Ulum hingga lulus tahun 1967. Selama di jenjang pendidikan MA, Anwar tetap mengaji kitab-kitab kuning di bawah bimbingan ayahnya.

Setelah menyelesaikan pendidikan di MA, Anwar bertolak ke Kediri untuk menjadi santri di Pondok Pesantren Lirboyo. Pada saat bersamaan, ia meneruskan jenjang pendidikan formal di Perguruan Tinggi Tribakti Kediri hingga menyandang gelar Sarjana Muda. Kemudian, pada tahun 1970, Anwar merantau ke Jakarta untuk menuntaskan program sarjana di Institut Agama Islama Negeri atau IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengambil jurusan Sastra Arab.

Anwar tinggal di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama empat tahun. Selama tinggal di Lirboyo, ia juga pernah mengaji di pondok pesantren lainnya, seperti Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.

Dalam kehidupan pribadi, Anwar Iskandar menikah dua kali. Pernikahan pertama pada tahun 1975 dengan seorang wanita asal Jamsaren Kediri bernama  Qoni’atus Zahro, putri dari pengasuh Pondok Pesantren Assa’idiyah Jamsaren di Kediri. Dari pernikahan pertama ini KH Muh. Anwar Iskandar dikaruniai satu putra dan lima putri. Pada tahun 1990, Anwar Iskandar menikah kedua kalinya dengan Yayan Handayani dari Bogor yang sekarang mendiami pondok pesantren Al-Amin. Dari pernikahan ini, ia dikaruniai tiga putra dan satu putri.

Karier

Berbekal ilmu agama yang ia pelajari selama belasan tahun, Anwar pun kembali ke Kediri untuk berdakwah dan mengajar. Tahun 1982, ia mendirikan dua yayasan pendidikan di Kediri, yakni Assa’idiyah di Jasmaren dan Al Amin di Ngasinan, Rejomulyo. Yayasan pendidikan ini kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan di berbagai tingkat, mulai dari TK, SD, MTs, MA, hingga SMA.

Selain menjadi pendidik dan pendakwah, Anwar juga aktif di berbagai organisasi keislaman. Sejak duduk di bangku kuliah, Anwar aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Ia pernah menjadi Ketua PMII di Universitas Tribakti Kediri, kemudian menjadi pengurus pusat PMII saat kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Di luar kampus, beberapa jabatan di organisasi Islam lainnya pernah diikuti Anwar, misalnya, Ketua Gerakan Pemuda Ansor cabang Kediri, Ketua Rais Syuriyah NU Kediri, hingga Wakil Ketua Rais Syuriyah NU Jawa Timur.

Tahun 1998, Anwar dipilih sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) wilayah Jawa Timur. Pada saat bersamaan, ia mengemban jabatan sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) utusan daerah Jawa Timur.

Setelah mundur dari PKB, Anwar kemudian dipercaya menjadi Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) pada 2008. PKNU merupakam partai yang didirikan oleh para ulama, namun, pertengahan Juni 2022, partai tersebut bubar dan melebur ke partai lain.

Meski sempat terjun ke politik praktis, Anwar tetap aktif di organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Dalam Muktamar NU yang digelar di Lampung pada Desember 2021, Anwar Iskandar dipercaya menjabat sebagai Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ia terpilih dalam kepengurusan PBNU masa jabatan 2021–2026. Sementara Kiai Miftachul Akhyar yang menjabat Ketua Umum MUI terpilih menjadi Rais Aam PBNU periode 2021–2026.

Kiai Miftachul Akhyar kemudian mengajukan surat pengunduran diri dari Ketua Umum MUI karena terpilih sebagai Rais ‘Aam PBNU.  Berselang beberapa bulan kemudian, Kiai Anwar Iskandar ditetapkan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggantikan Miftachul Akhyar yang mengundurkan diri.

Penetapan Anwar sebagai Ketua Umum MUI diputuskan dalam rapat pleno para pimpinan MUI di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan pada 15 Agustus 2023. Rapat dihadiri oleh seluruh Pimpinan Harian, Dewan Pimpinan (DP) MUI, Ketua serta Sekretaris Komisi, Badan/Lembaga yang ada di DP MUI.

Meski sudah ditetapkan dalam rapat pleno, Anwar belum resmi menjabat sebagai Ketua Umum MUI. Keputusan itu akan disahkan dalam rapat paripurna Dewan Pimpinan MUI dan Dewan Pertimbangan MUI.

KOMPAS/DIAN DEWI PURNAMASARI

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD (kedua dari kanan), Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Anwar Iskandar (kedua dari kiri), dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dalam acara audiensi Tim Penyelesaian Nonyudisial Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu bersama PBNU dan ulama NU di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (27/12/2022).

NU Online

“Kita tidak ingin identitas-identitas NU nanti dibawa-bawa dalam cari suara, untuk mencari suara pilpres, pileg, atau apa saja lah. Nggak usah dibawa-bawa. Karena kita ingin menjadi pengayom dari seluruh warga bangsa kita ini,” tegas Kiai Anwar Iskandar di Cirebon (6/8/2022).

Netralitas NU

Menjelang Pemilu 2024, Kiai Anwar Iskandar yang menjabat Wakil Rais ‘Aam PBNU mengingatkan semua pihak yang akan terlibat dalam pemilu nanti agar tidak membawa-bawa nama NU dalam politik praktis. Ia meminta agar identitas NU tidak dipakai demi mengais suara untuk memenangkan kontestasi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa NU saat ini tidak menjalankan politik praktis. Namun, politik NU adalah politik kenegaraan untuk menyelamatkan negeri ini.  “Politik NU adalah politik menyelamatkan NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Itulah kepentingan besar NU,” kata Kiai Anwar dalam Pengajian Umum pada Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (6/8/2022).

Kiai Anwar juga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mampu menjaga persatuan Indonesia. Sebagai wujud menjaga persatuan Indonesia, lanjut Kiai Anwar, PBNU saat ini telah memiliki tekad untuk menjadi rumah  dan mengayomi bagi semua kalangan.

KOMPAS.ID

Dalam rapat pleno tertutup Majelis Ulama Indonesia yang dilaksanakan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2023), memutuskan KH Anwar Iskandar sebagai Ketua Umum MUI menggantikan KH Miftachul Akhyar yang mengundurkan diri pada 2022.

Biodata

Nama

K.H. Anwar Iskandar

Lahir

Muncar, Banyuwangi, 24 April 1950

Jabatan

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Pendidikan

  • Ibtidaiyah (MI) di Pesantren Mambaul Ulum (1955-1961)
  • Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mambaul Ulum di Banyuwangi (1961-1964)
  • Madrasah Aliyah (MA) Mambaul Ulum (1964-1967)
  • Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1969)
  • Fakultas Adab jurusan Sastra Arab, UIN Syarif Hidayatullah (1970)

Karier

  • Ketua Yayasan Assa’idiyah, Jamsaren, Pesantren, Kediri sejak tahun 1982.
  • Pendiri Pondok Pesantren Al-Amin, Rejomulyo, Kota, Kediri pada tahun 1995.
  • Ketua yayasan Universitas Islam Kadiri (UNISKA), Manisrenggo, Kota, Kediri sejak tahun 1985.
  • Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) utusan Provinsi Jawa Timur pada tahun 1998.[5]

Organisasi

  • Anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Banyuwangi pada tahun 1965.
  • Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ketika berkuliah di Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri.
  • Anggota pengurus besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ketika berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
  • Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) cabang Kota Kediri dua periode pada tahun 1975.
  • Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kediri pada tahun 1982.
  • Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur pada tahun 1997.
  • Ketua DPP Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) pada tahun 2008.
  • Wakil Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tahun 2022.
  • Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2023-2025.

Keluarga

Istri

Qoni’atus Zahro (menikah 1975)

Yayan Handayani (menikah 1990)

Anak

10 orang

(1 putra, 5 putri dari Istri I)

(3 putra, 1 putri dari Istri II)

Sumber
Litbang Kompas