Paparan Topik | Piala Asia

Piala Asia: Sejarah, Format Pertandingan, Tuan Rumah, Tim Juara, Kiprah dan Prestasi Indonesia

Tim nasional sepak bola Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia 2023 yang diselenggarakan di Qatar pada 12 Januari-10 Februari 2024. Indonesia untuk kelima kalinya berpartisipasi di turnamen sepak bola terbesar di kawasan Asia itu. Empat kali lolos melalui babak kualifikasi dan sekali sebagai tuan rumah.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pemain Timnas U-23 merayakan selebrasi setelah Pratama Arhan Alif setelah menciptakan gol kedua bagi Indonesia saat menghadapi Turkmenistan pada babak kualifikasi Piala Asia U-23 2024 di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Selasa (12/9/2023). Kemenangan Indonesia dengan skor 2-0 atas Turkmenistan mengantarkan timnas ke Piala Asia U-23 2024 di Qatar.

Fakta Singkat

Piala Asia

  • Piala Asia merupakan kejuaraan empat tahun yang pertama kali diselenggarakan pada 1956 di Hongkong, China.
  • Ada empat negara yang lebih dari sekali sebagai juara, yaitu Jepang, Arab Saudi, Iran, dan Korea Selatan.
  • Ada lima negara yang pernah sekali menjadi kampiun, yakni Qatar, Irak, Australia, UEA, dan Israel.
  • Indonesia baru lima kali berkiprah di putaran final Piala Asia. Ajang perdana yang diikuti Timnas Garuda pada 1996 atau edisi ke-11. Selanjutnya, tahun 2000, 2004, dan 2007. 
  • Setelah jeda tiga edisi atau 15 tahun tak lolos ke putaran final, Timnas Indonesia kembali lolos di Piala Asia 2023.

 

Qatar ditunjuk Asian Football Federation (AFC) sebagai tuan rumah Piala Asia 2023. Turnamen sepak bola terakbar di benua Asia ini seharusnya berlangsung pada 2023 di China, namun Negeri Tirai Bambu itu mengundurkan diri sebagai tuan rumah karena pandemi Covid-19. Kejuaraan itu baru diselenggarakan pada 12 Januari – 10 Februari 2024 di Qatar yang menggantikan China sebagai tuan rumah.

Turnamen empat tahunan edisi ke-18 ini diikuti 24 negara yang lolos ke putaran final melalui babak kualifikasi. Timnas Indonesia sebagai salah satu peserta melaju ke putaran final setelah menempati satu dari lima runner-up terbaik pada babak kualifikasi putaran ketiga dengan meraih enam poin dari tiga laga.

Hingga edisi ke-18 mendatang, Timnas Indonesia baru lima kali berlaga di ajang turnaman sepak bola terbesar di Asia itu. Indonesia baru pertama kali lolos di putaran final pada Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab. Selanjutnya, secara beruntun Indonesia selalu hadir pada ajang ini pada tahun 2000, 2004, dan 2007.  Setelah jeda empat edisi atau 15 tahun tak lolos ke putaran final, Timnas yang dibesut Shin Tae-yong ini kembali lolos di putaran final turnamen ini di Piala Asia 2023.

Sejak edisi perdana tahun 1956, ada empat negara yang menjuarai turnamen inilebih dari sekali. Jepang menjadi tim yang paling banyak menjadi juara, yaitu empat kali pada 1992, 2000, 2004, dan 2011. Kemudian Arab Saudi dan Iran yang sama-sama mengemas tiga kali menjadi juara. Arab Saudi menjadi kampiun pada 1984, 1988, dan 1996, sementara Iran menjadi kampiun tiga kali berturut-turut yakni pada 1968, 1972, dan 1976. Adapun Korea Selatan sudah dua kali menjadi juara, di edisi perdana dan kedua.

Qatar yang ditunjuk sebagai tuan rumah edisi ke-18 merupakan juara bertahan pada Piala Asia 2019 lalu. Selain Qatar, negara anggota AFC yang pernah sekali menjadi kampiun adalah Australia, Irak, UEA, dan Israel. Israel yang kini menjadi anggota UEFA, pernah menjadi kampiun Piala Asia pada 1964 atau edisi ke-3.

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Pembukaan Kejuaraan Sepak Bola Piala Asia IX di Qatar (2/12/1988).

Sejarah

AFC Asian Cup atau sering disebut Piala Asia adalah turnamen sepak bola yang diselenggarakan oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Kejuaraan sepak bola antar-negara di Asia ini pertama kali digelar pada 1956, atau dua tahun setelah AFC didirikan.

Piala Asia edisi pertama digelar di Hong Kong. Saat itu edisi pertama Piala Asia hanya diikuti 4 tim yang lolos dari fase kualifikasi, yaitu Hongkong sebagai tuan rumah, Vietnam, Isreal, dan Korea Selatan. Israel kala itu masih menjadi anggota AFC dan dikeluarkan dari federasi itu pada 1974.

Sebelumnya, AFC menggelar babak kualifikasi terdiri atas tiga zona, yakni Zona Tengah, Zona Timur, dan Zona Barat. Dari masing-masing zona, satu tim berhak melaju ke putaran final. Zona Timur diwakili Korea Selatan, Zona Tengah diwakili Vietnam, dan Zona Barat oleh Israel. Sementara itu, Hongkong sebagai tuan rumah otomatis lolos putaran final.

Empat negara peserta bertanding dengan sistem round robin atau masing-masing peserta bertanding satu sama lain sebanyak 1 kali. Pada ajang perdana itu, Korea Selatan menjadi juara untuk edisi pertama, sementara Israel menjadi runner-up.  

Empat tahun berselang, edisi ke-2 digelar di Korea Selatan sebagai tuan rumah, dan diikuti tiga negara mewakili 3 zona yakni Israel (zona barat), China (zona timur), dan Vietnam (zona tengah). Pada edisi kedua yang diselenggarakan pada 1960 tuan rumah Korea Selatan menjadi juara untuk kali kedua secara beruntun. sementara Israel kembali di posisi runner-up.

Edisi ke-3, Israel ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Asia yang digelar pada 1964. Selain Isreal, tiga negara yang menjadi peserta lainnya, yakni India, Korea Selatan, dan Hongkong. Tuan rumah Israel keluar sebagai juara dan India sebagai runner-up. Format turnamen Piala Asia dengan sistem round robin hanya bertahan sampai dengan 3 edisi pertama. Tidak ada laga final di 3 edisi pertama Piala Asia karena saat itu kampiun ditentukan oleh klasemen akhir turnamen.

Israel masih berpartisipasi di ajang ke-4 pada 1968. Usai gelaran 1968, Turnamen itu menjadi ajang terakhir Israel sebelum dikeluarkan dari keanggotaan AFC pada 1974 karena terlibat konflik dengan Palestina dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Israel kemudian bergabung dalam UEFA beberapa dekade kemudian.

Perubahan terjadi pada edisi Piala Asia 1972 di Thailand. Thailand menjadi negara Asia Tenggara pertama yang didapuk menjadi tuan rumah Piala Asia. Untuk pertama kalinya juga, Piala Asia di Thailand tidak dimainkan dengan sistem round robin. Turnamen saat itu diikuti enam negara, dengan Iran keluar sebagai kampiun setelah mengalahkan Korea Selatan di pertandingan final.

Mulai edisi ke-6 atau sejak tahun 1976, jumlah peserta yang lolos putaran final bertambah menjadi 9 negara. Pada edisi yang digelar di Iran, ada tiga negara yang lolos putaran final namun mengundurkan diri, yaitu Korea Utara, Arab Saudi, dan Thailand. Edisi yang menerapkan penyisihan grup hingga partai final itu menghasilkan Iran sebagai juara setelah di final mengalahkan Kuwait dengan skor 1 – 0.

Jumlah peserta kembali bertambah di putaran final, sejak edisi ke-7 atau tahun 1980, jumlah peserta bertambah menjadi 12 negara yang terbagi dalam 2 grup. Kemudian sejak tahun 2004 atau edisi ke-13, jumlah peserta bertambah menjadi 16 negara yang terbagi dalam empat grup. Selanjutnya, mulai tahun 2019 atau edisi ke-17, jumlah peserta bertambah menjadi 24 negara yang terbagi dalam 6 grup.

Piala Asia 2023 yang akan digelar di Qatar pada Januari dan Februari 2024 adalah edisi ke-18. Hingga 17 kali Piala Asia bergulir, ada 7 negara yang sudah pernah merasakan menjadi tuan rumah Piala Asia, termasuk Indonesia yang menjadi tuan rumah bersama Thailand, Vietnam, dan Malaysia pada edisi 2007.

Sepanjang 17 edisi Piala Asia, Jepang menjadi tim yang paling banyak menjadi juara, yaitu empat kali, pada 1992, 2000, 2004, dan 2011. Kemudian Arab Saudi dan Iran yang sama-sama mengemas tiga kali menjadi juara. Arab Saudi menjadi kampiun pada 1984, 1988, dan 1996, sementara Iran menjadi kampiun tiga kali berturut-turut, yakni pada 1968, 1972, dan 1976, Adapun Korea Selatan sudah dua kali menjadi juara, pada edisi perdana dan kedua.

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Korsel maju ke semifinal kejuaraan sepak bola Asia ke-9 di Qatar, setelah kemarin (9/12/1988) mengalahkan tuan rumah Qatar 3-2 (2-0). Kapten Korsel, Hae Won-chung, menciptakan gol ketiga dengan tandukannya melewati jangkauan kiper Qatar, Qasem Younis Ahmad.

Trofi

Sepanjang sejarah kejuaraan empat tahunan itu, ada dua trofi Piala Asia yang diperebutkan peserta. Trofi pertama digunakan mulai 1956 hingga 2015 dan yang kedua digunakan sejak 2019.

Trofi pertama berbentuk mangkuk dengan alas melingkar. Tingginya 42 sentimeter dan berat 15 kilogram. Hingga edisi ke-12 yang digelar pada 2000, nama setiap negara pemenang, serta edisi yang dimenangkan diukir di dasar trofi yang berwarna hitam.

Untuk kejuaraan edisi ke-13 yang diselenggarakan di China tahun 2004, Trofi tersebut didesain ulang, dengan menambahkan lebih banyak warna perak di dasar trofi yang sebelumnya berwarna hitam. Warna hitam menjadi lapisan tipis di dasar trofi. Nama negara pemenang terukir di sekeliling dasar trofi yang didominasi warna perak. Trofi itu diperebutkan hingga edisi ke-16 di Australia.

Selanjutnya, mulai edisi ke-17 yang diselenggarakan di Uni Emirat Arab, diperkenalkan trofi baru yang dirancang dan dibuat oleh Thomas Lyte. Trofi baru itu pertama diumumkan pada pengundian babak penyisihan grup 2019 pada tanggal 4 Mei 2018 di Burj Khalifa di Dubai. Tinggi trofi tersebut 78 sentimeter, dengan lebar 42 sentimeter, dan berat perak 15 kilogram.

Trofi baru ini meniru model bunga teratai, tanaman air Asia yang secara simbolis penting. Lima kelopak bunga teratai melambangkan lima sub-konfederasi di bawah AFC, yaitu WAFF (Asia Barat), CAFA (Asia Tengah), SAFF (Asia Selatan), EAFF(Asia Timur), dan AFF (Asia Tenggara). Nama negara pemenang diukir di sekeliling dasar piala, yang dapat dipisahkan dari badan utama piala. Trofi ini memiliki pegangan di kedua sisinya, tidak seperti pendahulunya yang tanpa pegangan.

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Kenangan pahit bagi PSSI di akhir Juni 1988. Kalah 1-0, cukup bagi kesebelasan Indonesia untuk lolos ke Kejuaraan Piala Asia di Qatar. Tapi ternyata PSSI dibantai kesebelasan kelas dua Korsel 4-0, di Stadion utama Senayan. Ricky Yakob dan Mustaqim (13) jatuh bergulingan menghadapi seorang pemain Korsel.

Format Pertandingan dan Peserta

Sejak diadakan pertama kali pada 1956, format kejuaraan beberapa kali mengalami perubahan. Pada tiga edisi awal (1956, 1960, dan 1964), ajang ini hanya diikuti empat tim saja. Format pertandingan mengunakan round robin atau setiap tim bertemu satu sama lain alias masing-masing tim bertanding 3 kali. Tim yang menduduki peringkat teratas dinyatakan sebagai juara.

Mulai edisi ke-4 yang digelar pada 1972, jumlah peserta ditambah lagi menjadi enam. Dengan enam tim, kontestan dibagi dalam dua grup. Peringkat satu dan dua di masing-masing grup lolos ke babak semifinal dan tim yang menang berlanjut hingga babak final.

Mulai edisi ke-6 atau sejak tahun 1976, jumlah peserta yang lolos putaran final bertambah menjadi 9 negara. Pada edisi yang digelar di Iran, ada tiga negara yang lolos putaran final namun mengundurkan diri, yaitu Korea Utara, Arab Saudi, dan Thailand. Format pertandingan masih sama seperti sebelumnya, penyisihan grup, semifinal, dan final.  

Jumlah peserta ditambah lagi menjadi 10 mulai 1980. Format kompetisi masih sama, yakni dibagi dalam dua grup dan setelahnya langsung babak semifinal dan final.

Piala Asia 1996 membuat gebrakan dengan diikuti 12 tim. Pada putaran final, tim dibagi dalam tiga grup dan mulai berlaku babak delapan besar. Dua tim yang duduk diperingkan 1 dan 2 masing-masing grup lolos ke babak 8 besar, sementara dua tim peringkat ketiga terbaik mengenapi tim yang lolos 8 besar. Delapan tim bertanding dengan sistem gugur hingga babak final.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pemain Timnas U-23 Elkan Baggott berusaha menahan serangan pemain Turkmenistan pada babak kualifikasi Piala Asia U-23 2024 di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Selasa (12/9/2023). Kemenangan Indonesia dengan skor 2-0 atas Turkmenistan mengantarkan timnas ke Piala Asia U-23 2024 di Qatar.

Mulai Piala Asia 2004, jumlah peserta ditambah lagi menjadi 16 tim dan terbagi dalam 4 grup. Dua tim terbaik di masing-masing grup lolos ke babak 8 besar dan memainkan pertandingan dengan sistem gugur. Format ini bertahan empat edisi hingga edisi ke-16 atau Piala Asia 2015.

Mulai edisi ke-17 atau musim 2019, Piala Asia menggunakan format lima tahapan seiring penambahan jumlah peserta dari 16 negara menjadi 24 negara. Kelima tahapan kejuaraan itu adalah babak grup, babak 16 besar, babak delapan besar, babak semifinal, dan final. Mulai edisi ke-17, sistem gugur mulai diberlakukan sejak babak 16 besar.

Di babak grup, 24 peserta dibagi dalam enam grup. Dari enam grup ini, juara dan runner-up otomatis lolos ke babak 16 besar sehingga ada 12 tim yang otomatis lolos. Untuk mengenapi 16 tim, diambil dari empat peringkat ketiga terbaik dari 6 grup tersebut. Selanjutnya, 16 grup yang lolos babak penyisihan grup bertanding dengan sistem gugur di babak selanjutnya hingga babak final.

Pada Piala Asia 2023, format pertandingan masih sama seperti edisi ke-17 tahun 2019. Edisi ke-18 yang diselenggarakan di Qatar pada Januari–Februari 2024 akan diikuti sebanyak 24 negara.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Tuan Rumah

Menjelang AFC Asian Cup 2023 di Qatar pada 12 Januari — 10 Februari 2024, Piala Asia telah digelar sebanyak 17 kali. Sebanyak 17 negara telah menjadi tuan rumah ajang ini. Namun, edisi ke-14 tahun 2007 digelar dengan tuan rumah sebanyak 4 negara.

Negara yang menjadi tuan rumah putaran final Piala Asia lebih dari sekali, yaitu Iran, Uni Emirat Arab, Thailand, dan Qatar. Untuk ketiga kalinya Qatar menjadi tuan rumah turnaman paling bergengsi di benua Asia ini pada edisi Piala Asia 2023 yang digelar pada Januari–Februari 2024 mendatang.

Dari 17 negara yang menjadi tuan rumah, terdapat 6 negara yang berhasil menjadi juara Piala Asia kala menyelenggarakan turnamen tersebut. Negara-negara itu adalah Korea Selatan (1960), Israel (1964), Iran (1968 dan 1976), Kuwait (1980), Jepang (1992), dan Australia (2015).

Hong Kong menjadi negara pertama yang menggelar putaran final Piala Asia pada tahun 1956. Berikutnya Korea Selatan (1960), Israel (1964), dan Iran (1968). Saat itu, Israel masih menjadi anggota Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).

Sejak Piala Asia 1976, Iran menjadi negara pertama yang dipercaya dua kali menjadi tuan rumah Piala Asia. Berikutnya, Kuwait yang menjadi tuan rumah edisi 1980. Singapura kemudian menjadi negara ASEAN kedua setelah Thailand yang menjadi tuan rumah Piala Asia. Singapura menjadi tuan rumah pada 1984. Adapun beberapa negara berikutnya yang mendapatkan giliran menjadi tuan rumah ialah Qatar (1988), Jepang (1992), Uni Emirat Arab (1996), Lebanon (2000), dan China 2004.

Pada edisi ke-14 yang digelar pada 2007, untuk pertama kalinya, turnamen diselenggarakan lebih dari satu negara yang menjadi tuan rumah. Empat negara ASEAN yang menjadi tuan rumah bersama yakni Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Setelah edisi 2007, Piala Asia kembali digelar dengan tuan rumah satu negara. Qatar yang menjadi tuan rumah tahun 1988 kembali ditunjuk menjadi tuan rumah edisi 2011.  Menyusul kemudian turnamen digelar di Australia pada 2015 dan Uni Emirat Arab (Piala Asia 2019).  

Piala Asia 2023, Qatar kembali dipercaya menjadi tuan rumah sekaligus menjadi negara pertama yang berperan 3 kali sebagai tuan rumah Piala Asia. Ajang tersebut mundur hampir setahun dan baru digelar pada Januari–Februari 2024.

Sebelum Qatar terpilih sebagai tuan rumah, Piala Asia 2023 awalnya akan berlangsung di China pada 16 Juni hingga 16 Juli 2023. Namun, rencana ini berubah setelah China mundur sebagai tuan rumah karena wabah Covid-19.

Qatar terpilih menjadi tuan rumah Piala Asia 2023 menggantikan China yang mundur sebagai penyelenggara. Qatar menang atas Korea Selatan dan Indonesia sebagai kandidat terakhir tuan rumah.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pemain Indonesia Pratama Arhan Alif berusaha melewati pertahanan Taiwan pada babak Kualifikasi Piala Asia U-23 2024 di Stadion Manahan, Kota Surakarta, Sabtu (9/9/2023). Pada laga pertama Timnas Indonesia U-23 menang 9-0 atas Taiwan.

Sementara itu, di ajang Piala Asia 2027 atau edisi ke-20, Komite Eksekutif (Exco) AFC menetapkan Arab Saudi menjadi tuan rumah Piala Asia 2027 selepas kongres pemilihan di Manama, Bahrain, pada 1 Februari 2023. Keputusan itu menjadikan Arab Saudi pertama kalinya berperan sebagai tuan rumah kejuaraan empat tahunan ini. Sejak bergulir pertama kali pada 1956 di Hong Kong, Arab Saudi sudah tiga kali jadi juara dan belum pernah jadi penyelenggara.

Arab Saudi terpilih sebagai tuan rumah karena menjadi satu-satunya calon. Untuk ajang ini, Arab Saudi mengajukan delapan stadion sebagai lokasi pertandingan yang semuanya berkapasitas di atas 25.000 penonton. Kedelapan stadion itu adalah Dammam, King Abdullah Sports City, Prince Abdullah Al Faisal, King Fahd International, King Saud University, Prince Faisal bin Fahd, Riyadh New, dan Qiddiya.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Tim Juara

Sudah ada 9 negara yang pernah menjadi juara Piala Asia. Sembilan negara itu adalah Jepang, Arab Saudi, Iran, Korea Selatan, Israel, Kuwait, Australia, Irak, dan Qatar. Jepang menjadi tim dengan gelar juara terbanyak di Piala Asia. Tim Samurai Biru ini memiliki total empat gelar juara turnamen paling bergengsi di Asia, yaitu pada 1992, 2000, 2004, dan 2011.

Kemudian negara dari Kawasan Asia barat, yakni Arab Saudi dan Iran, menjuarai turnamen ini sebanyak 3 kali. Arab Saudi menjadi kampiun pada ajang tahun 1984, 1988, 1996, sementara Iran menjadi juara tiga kali berturut-turut, pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Selanjutnya, Korea Selatan dua kali memenangi kejuaraan ini pada 1956 dan 1960.

Adapun lima negara lainnya yang pernah sekali menjuarai kejuaraan itu ialah Israel (1964), Kuwait (1980), Australia (2015), Irak (2007), dan Qatar (2019). Israel memenangkan turnamen 4 tahunan itu pada tahun 1964 saat negara itu menjadi tuan rumah. Sementara Australia yang bergabung dengan Konfederasi Asia (AFC) pada tahun 2007, berhasil menjuarai Piala Asia 2015 saat ditunjuk sebagai tuan rumah.  

KOMPAS/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR

Suporter memfoto tiket gelang laga Indonesia melawan Taiwan pada Kualifikasi Piala Asia U-23 2024 yang mereka beli di Pasoepati Store, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (9/9/2023). Selain menjual produk fesyen, Pasoepati Store juga menjadi toko penjualan tiket resmi laga bergengsi di Stadion Manahan.

Qatar menjadi juara pada edisi terakhir, Piala Asia 2019. Turnamen yang diperluas dari 16 tim menjadi 24 tim itu berhasil dimenangi Qatar setelah di partai final mengalahkan Jepang dengan skor 3 – 1. Qatar membuat kejutan besar menjadi kampiun Asia untuk pertama kalinya.  

Pada Piala Asia 2023, Qatar kembali dipercaya menjadi tuan rumah setelah China yang harusnya terpilih sebagai tuan rumah Piala Asia 2023 mengundurkan diri karena pandemi Covid-19 masih melanda negeri tersebut.

Juara bertahan Qatar didapuk sebagai tuan rumah mengantikan China dan ajang yang seharusnya digelar pada 2023 mundur ke Januari – Februari 2024.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Kiprah dan Prestasi Indonesia

Indonesia baru pertama kali berpartisipasi Piala Asia pada 1996 di Uni Emirat Arab melalui jalur kualifikasi. Selanjutnya, secara beruntun Indonesia selalu lolos pada ajang ini pada tahun 2000, 2004 dan 2007. Namun, Indonesia harus menunggu 15 tahun untuk dapat kembali pada turnamen ini karena selalu gagal di babak kualifikasi.

Piala Asia 2023 digelar pada 12 Januari hingga 10 Februari 2024 di Qatar. Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia 2023 setelah melewati babak kualifikasi. Skuad Garuda jadi satu dari lima runner-up terbaik pada babak kualifikasi putaran ketiga. Indonesia meraih enam poin dari tiga laga.

Terhitung dengan tahun 2023 yang akan digelar pada Januari 2024, Indonesia telah mengikuti Piala Asia sebanyak lima kali: 4 kali lolos babak kualifikasi dan satu kali lolos karena menjadi tuan rumah. Indonesia pernah menjadi tuan rumah Piala Asia pada 2007 silam bersama dengan Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Meski demikian, Timnas Indonesia belum berhasil menorehkan prestasi yang begitu mentereng. Pada empat kali keikutsertaan yang telah lalu, Indonesia selalu berakhir di fase grup.

Pada kesempatan pertamanya di Piala Asa yang digelar pada 1996, Timnas Indonesia lolos ke putaran final di UEA setelah di babak kualifikasi menyingkirkan Malaysia dan India. Di babak penyisihan, Indonesia menjadi juru kunci grup A yang dihuni Indonesia, tim tuan rumah Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Korea Selatan. Korea Selatan saat itu diperkuat Shin Tae-yong, gelandang bernomor punggung 7 yang kini menjadi pelatih Tim Garuda.

Dalam debut perdana itu, Timnas Indonesia yang dibesut Danurwindo hanya mengoleksi 1 poin dari tiga pertandingan yang dijalani. Skuad Garuda Indonesia harus takluk 2-4 dari Korea Selatan, kalah 2-0 dari tuan rumah Uni Emirat Arab dan bermain imbang 2-2 dari Kuwait.

Hasil serupa diraih Skuad Garuda pada edisi tahun 2000. Indonesia menjadi juru kunci setelah kalah 0-4 dari China, dan 0-3 dari Korea Selatan, sementara bermain imbang melawan Kuwait dengan skor kacamata. Tim asuhan Nandar Iskandar menjalani tiga pertandingan di penyisihan grup tanpa mencetak satu gol pun.

Pada tahun 2004, prestasi Indonesia sedikit lebih baik. Timnas Indonesia yang diasuh pelatih dari Bulgaria Ivan Kolev untuk pertama kalinya berhasil menoreh Sejarah dengan memenangi laga di putaran final Piala Asia. Kemenangan pertama Timnas Indonesia berhasil menang 2-1 atas Qatar berkat gol yang dicetak Budi Sudarsono dan Ponaryo Astaman.

Namun, pada pertandingan grup selanjutnya, Indonesia harus mengakui keunggulan tuan rumah China dengan skor telak 5-0 dan keunggulan Bahrain 3-1. Hasil ini membuat Indonesia gagal lolos dari fase grup karena hanya bertengger di peringkat ketiga.

Pada edisi terakhir pada 2007, Indonesia yang basih dibesut Ivan Kolev lolos ke putaran final tanpa melalui babak kualifikasi karena sebagai tuan rumah. Timnas Indonesia yang berada di Grup D bersama Korea Selatan, Arab Saudi, dan Bahrain, memulai kiprahnya dengan kemenangan 2-1 atas Bahrain.

Kemenangan itu diperoleh kala bermain di depan sekitar 60 ribu penonton di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan. Dua pertandingan berikutnya juga digelar di GBK. Sebanyak 88 ribu penonton hadir mendukung Tim Garuda bertanding.

Sayangnya, Timnas Indonesia harus kalah 1-2 dari Arab Saudi dan 0-1 dari Korea Selatan, sehingga gagal melaju ke fase selanjutnya. Indonesia menduduki peringkat ke-3 di klasemen akhir dengan mengumpulkan 3 poin dari sekali menang dan dua kali kalah. Total gol Indonesia adalah memasukkan tiga gol dan kemasukan empat gol.

Dalam tiga edisi selanjutnya, Indonesia gagal lolos putaran final. Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Asia 2011 di Qatar dan 2015 di Australia, kemudian Indonesia juga tidak bisa mengikuti kualifikasi untuk edisi 2019 di Uni Emirat Arab karena hukuman pembekuan dari FIFA pada 2015 saat kualifikasi dimulai.

Pada Piala Asia 2023 di Qatar, Timnas Indonesia kembali lolos ke putaran final setelah 15 tahun absen. Perjalanan tim asuhan Shin Tae-yong lolos ke putaran final terbilang terjal. Timnas Indonesia harus melalui fase play-off kualifikasi karena menjadi juru kunci di Grup F putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang juga menjadi kualifikasi menuju Piala Asia.

INFOGRAFIK: ALBERTUS ERWIN SUSANTO

Pada putaran kedua, Timnas Indonesia pun berhasil lolos dan melaju putaran ketiga kualifikasi Piala Asia 2023 setelah menang agregat 5-1 atas China Taipei dalam dua pertandingan yang digelar di Buriram, Thailand. Selanjutnya, Timnas Indonesia menjadi runner-up Grup A putaran ketiga Kualifikasi Piala Asia 2023 dan berhak lolos ke putaran final Piala Asia 2023 sebagai salah satu dari lima tim runner-up terbaik.

Dalam pengundian grup, Indonesia berada di Grup D bersama tiga negara lainnya, yairu Jepang, Vietnam, dan Irak. Persaingan di Grup D terbilang berat bagi Indonesia. Jepang jadi negara Asia dengan ranking FIFA paling tinggi dan rutin bermain di Piala Asia serta empat kali juara, sementara Irak meraih kejuaraan itu sekali pada 2007. Adapun Vietnam peringkatnya di atas Indonesia, yakni di peringkat ke-94, sementara Indonesia berada di urutan ke-146 dalam ranking FIFA.

Pada Piala Asia 2023, Irak menjadi lawan pertama Tim Garuda pada 15 Januari 2024. Kemudian, Timnas Indonesia menghadapi rival utamanya di wilayah Asia Tenggara, Vietnam, yang menjadi lawan kedua di Piala Asia 2023 pada 19 Januari 2024. Terakhir, Jepang menjadi lawan Tim Garuda pada 24 Januari 2024. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
  • “Buat Sejarah, Indonesia Lolos ke Putaran Final Piala Asia”, Kompas, 7 Mar 1996, Halaman 1
  • “Indonesia Pulang Paling Awal”, KOMPAS, 11 Des 1996, Halaman 1
  • “Piala Asia 2007: Saatnya Indonesia Mengukir Sejarah”, Kompas, 18 Jul 2007, Halaman 1 
  • “Tak Perlu Malu, Indonesia! * Punya Modal Membanggakan untuk Masa Depan”, Kompas, 20 Jul 2007, Halaman 33
  • “Piala Asia 2023: Timnas Indonesia Meniti Misi Mustahil”, Kompas, 12 Mei 2023, Halaman 14  
  • “Piala Asia 2023: Tolok Ukur Ideal Menilai Shin Tae-yong”, Kompas, 8 Jan 2024, Halaman 1

Artikel terkait