Paparan Topik

Masjid Istiqlal Simbol Puncak Peradaban Spiritual

Presiden Soekarno menyatakan Masjid Istiqlal harus memiliki arsitektur bangunan modern, kuat, canggih, dan megah. Masjid Istiqlal diresmikan pada 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Umat Islam menjalankan shalat Idul Fitri 1444 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (22/4/2023).

Fakta Singkat

  • Gagasan pembangunan Masjid Istiqlal sudah dibicarakan sejak tahun 1944 dan baru terealisasi pembangunannya tahun 1961.
  • Pembangunan Masjid Istiqlal memerlukan waktu 17 tahun karena kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil di Indonesia pada era 1960-an.
  • Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederick Silaban, seorang penganut Kristen Protestan, tetapi mampu mendesain rancangan yang sesuai dengan ke-Islaman dan nasionalisme.
  • Masjid Isitqlal diresmikan tahun 1978 oleh Presiden Soeharto.
  • Masjid Istiqlal pernah direnovasi tahun 1979.
  • Pada 2019 Masjid Istiqlal kembali direnovasi dan selesai pada Januari 2021.

Keinginan memiliki masjid atau tempat ibadah umat Islam yang membanggakan rakyat Indonesia telah ada sejak sebelum kemerdekaan. Pada tahun 1944, beberapa tokoh Islam berkumpul di rumah Bung Karno di Pengangsaan Timur No. 56 yang sekarang merupakan Jalan Proklamasi.

Mereka berkeinginan adanya masjid yang dapat menjadi kebanggaan rakyat Indonesia. Gagasan tersebut diterima dengan antusias oleh Bung Karno. Namun, karena kondisi saat itu yang masih di bawah pemerintahan Jepang, angan-angan itu tidak terlaksana.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, optimisme untuk memiliki masjid agung yang menjadi simbol kemerdekaan sekaligus dekat di hati rakyat, kembali dimunculkan. Pendirian masjid dianggap sebagai wujud rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia, karena umat Islam turut mengambil peran dalam perjuangan kemerdekaan.

Nama “Istiqlal” berasal dari bahasa Arab yang maknanya “merdeka”. Menteri Agama saat itu KH. Wahid Hasyim mengusulkan agar dibangun masjid yang dapat menjadi simbol negara dan kebanggaan rakyat Indonesia.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Umat Islam menjalankan shalat Jumat pada bulan Ramadan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat (7/5/2021). Masjid Istiqlal dibuka dengan penerapan protokol kesehatan saat bulan Ramadan, namun tidak selama 24 jam. Pembukaan hanya untuk waktu shalat fardlu dan shalat tarawih saja dengan kapasitas terbatas hanya 30 persen dari total ruang atau maksimal sebanyak 2.000 jemaah. Tidak ada acara buka puasa dan sahur bersama di masjid terbesar ke-6 di dunia yang baru selesai direnovasi ini.

Sejarah Masjid Istiqlal

Pada 1953, sejumlah tokoh Islam mengadakan pertemuan yang dimotori oleh Menteri Agama, bersama 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqurrohman. Pertemuan itu sepakat membentuk  Yayasan Masjid Istiqlal tahun 1954 yang dipimpin oleh H. Tjokroaminoto untuk mewujudkan gagasan pembangunan masjid. Yayasan Istiqlal kemudian disahkan pada 7 Desember 1954 oleh Presiden Soekarno.

Rencana pembangunan masjid itu dibicarakan bersama dengan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Hatta mengusulkan agar lokasi pembangunan masjid berada di tengah rakyat, yaitu di Jalan Thamrin, karena saat itu masih banyak kampung di sekitar jalan tersebut. Sedangkan, Soekarno mengusulkan lokasi masjid berada di bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch tahun 1834. Gagasan ini kurang disetujui oleh Hatta karena membongkar benteng tersebut akan membutuhkan biaya yang besar.

Soekarno tetap memutuskan membongkar benteng yang terletak di antara Jalan Perwira, Lapangan Banteng, Jalan Katedral, dan Jalan Veteran. Posisi sungai yang membelah kompleks benteng tersebut mengingatkan Soekarno akan masa kecilnya yang pernah bermain di sungai. Lokasi benteng itu berseberangan dengan Gereja Katedral, yang menurut Soekarno hal itu akan memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Selanjutnya, Presiden Soekarno menjadi kepala teknik pembangunan Masjid Istiqlal. Dibuatlah sayembara desain maket Masjid Istiqlal. Kemudian, juga diadakan sayembara pembangunan masjid secara terbuka yang diikuti 31 peserta saat itu. Bung Karno sendiri yang menjadi ketua jurinya. Terpilihlah maket masjid dari Frederick Silaban untuk desain Masjid Istiqlal. Frederick adalah seorang Kristen Protestan. Desain Frederick dinilai sebagai karya “Ketuhanan” yang penuh simbolisasi sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia.

Menurut Bung Karno, Istiqlal harus memiliki arsitektur bangunan modern, kuat, canggih, dan megah, “Karena bangsa yang besar tidak boleh memiliki sebuah masjid kayu yang beratapkan genteng”. Presiden RI Pertama tersebut menghendaki Jakarta sebagai pusat Indonesia memiliki masjid yang mewah, dapat menjadi tempat ibadah puluhan ribu orang dengan bahan bangunan yang mampu bertahan hingga ratusan bahkan seribu tahun.

Pemancangan tiang pertama dilakukan tepat pada peringatan Maulid Nabi tanggal 26 Agustus 1961, dengan disaksikan oleh ribuan umat Islam. Sayangnya, proses pembangunan tidak mengalami banyak kemajuan, hingga akhirnya tahun 1965 Soekarno mengeluarkan Surat Keputusan No. 78/1966. Soekarno membebaskan semua pengurus panitia pembangunan Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional, serta membentuk susunan panitia yang baru.

Hal itu dilakukan karena Presiden Soekarno ingin Masjid Istiqlal menjadi masjid terbesar dan terindah di dunia yang dapat bertahan hingga seribu tahun. Lebih dari itu, Soekarno ingin Masjid Istiqlal menjadi kemegahan syiar Islam.

Situasi ekonomi dan politik mengakibatkan pembangunan mesjid terlantar karena anggota parlemen dan partai politik saat itu sibuk dengan agenda masing-masing. Apalagi saat terjadi Gestapu (Gerakan Tiga Puluh September) 1965, pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mulai tenang kembali pada tahun 1966, Menteri Agama KH. Idham Chalik menjadi Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Meski pemerintahan telah berganti di bawah pimpinan Presiden Soeharto, pembangunan masjid tetap mandeg karena keterbatasan dana. Akhirnya pada tahun 1969, Soeharto meminta agar umat Islam Indonesia mampu memberikan bantuan untuk pembangunan masjid. Selain itu, Soeharto menyarankan agar menggunakan material dari dalam negeri untuk membantu industri dalam negeri dan menjadi kebanggaan Indonesia.

Peresmian masjid, yang pembangunannya menghabiskan waktu hingga 17 tahun itu, dilaksanakan pada 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto. Saat itu, presiden dan umat yang hadir melakukan sujud syukur di dalam masjid. Walaupun pembangunannya saat itu belum rampung sepenuhnya, Masjid Istiqlal sudah dapat digunakan untuk beribadah secara teratur. 

KOMPAS/DUDY SUDIBYO

Penduduk Jakarta memasuki Istiqlal setelah peresmian oleh Presiden pada 22 Februari 1978.

Menampung 200.000 Orang

Masjid seluas 2,5 hektare ini berdiri di atas lahan 9,9 hektare, Pembangunannya menghabiskan biaya 12,4 miliar rupiah uang lama dan 18,3 miliar rupiah uang baru. Masjid ini memiliki 4.400 tiang pancang, 377 ton stainless stell, dan 21.500 meter konstruksi jalan. Konstruksi beton yang terpasang 78.060 meter kubik, marmer 93.400 meter persegi, dan 11.400 meter persegi ubin keramik.

Istiqlal mampu menampung hingga 200 ribu jemaat. Pilar utamanya berjumlah 12, yang melambangkan tanggal kelahiran Nabi Muhammad 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah. Pilar dan kubah masjid ini memiliki diameter 45 meter sebagai penanda tahun kemerdekaan. Di dalam kubah masjid terdapat ayat kursi yang melingkari bagian dalam kubah.

Terdapat empat lantai balkon dan satu lantai dasar. Kelima lantai tersebut melambangkan 5 Rukun Islam dan jumlah salat wajib dalam sehari, termasuk jumlah lima sila dalam Pancasila. Namun, menara masjid ini hanya satu, sebagai perlambang tanda keesaan Allah.

Setahun kemudian, dilakukan renovasi oleh Presiden Soeharto yang membuat masjid lebih besar dan megah. Masjid Istiqlal menjadi masjid terbesar se-Asia Tenggara dan masuk dalam urutan ke-empat terbesar di dunia setelah Masjidil Haram di Mekkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjid Faisal di Islamabad, Pakistan.

Setelah 42 tahun renovasi pertama,  pada Mei  2019, Masjid Istiqlal kembali direnovasi dengan biaya 511 miliar rupiah. Renovasi Masjid Istiqlal tidak hanya memaksimalkan fungsi masjid sebagai tempat ibadah, tetapi juga memperhatikan aspek arsitektur, seni, dan estetika.

Masjid tersebut tampak seperti baru kembali karena lanskapnya ditata ulang sehingga tampak makin indah dan rapi. Tata cahaya dalam masjid yang lebih terang membuatnya menjadi sangat modern, bahkan sungai yang membelah kompleks masjid makin bersih dan rapi. Peresmian hasil renovasi Masjid Istiqlal dilakukan 7 Januari 2021 oleh Presiden Joko Widodo.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pengunjung melintasi Terowongan Silaturahmi di Kompleks Masjid Istiqlal Jakarta, Senin (25/10/2021). Terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral tersebut saat ini telah selesai dibangun dan siap digunakan untuk mendukung kegiatan umat di Masjid Istiqlal maupun Gereja Katedral.

Kebanggaan Indonesia

Masjid Istiqlal memiliki pesona karena keindahan dan muruah yang dimiliki. Keinginan Soekarno bahwa Istiqlal menjadi sombol toleransi menjadi kenyataan. Letak masjid yang bersebelahan dengan Gereja Katedral Jakarta menjadi daya tarik bagi masyarakat internasional. Oleh karena itu, sering kali Istiqlal menjadi salah satu tempat yang dikunjungi oleh pemimpin internasional saat berada di Indonesia.

Saat terjadi pertemuan para pemimpin APEC tahun 1994, Presiden AS Bill Clinton mengunjungi Istiqlal. Clinton sangat tertarik dengan keunikan Istiqlal dengan mengamati maket mesjid hingga proses pembuatan mushaf (jilid) Al Qur’an.

Pada tahun 2006, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengunjungi Masjid Istiqlal, bahkan melaksanakan salat Jumat berjamaah di sana. Setelah selesai berkeliling melihat-lihat bagunan masjid, Ahmadinejad sempat berpidato menyampaikan apresiasi yang besar atas sambutan luar biasa rakyat Indonesia.

Saat Pangeran Charles dan Lady Diana datang ke Indonesia, pasangan Kerajaan Inggris tersebut mengunjungi Istiqlal didampingi oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni dan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Pada November 2010, Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan istrinya Michelle Obama  mengunjungi Masjid Istiqlal. Seperti Lady Diana, Michelle Obama juga mengenakan selendang penutup kepala.

Ketika Raja Salman mengunjungi Indonesia tahun 2017, bersama lusinan pengawalnya, Raja Arab Saudi tersebut sempat menjadi imam salat. Ia bahkan memberikan hadiah kaligrafi yang terbuat dari benang emas untuk Masjid Istiqlal.

Demikian pula Presiden Afganistan Ashraf Ghani dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang melaksanakan salat di Istiqlal saat berkunjung ke Indonesia. Sementara itu, saat Perdana Menteri India Narendra Modi berkunjung ke Istiqlal, ia sempat mencoba memukul beduk di sana.

Ada pula pemimpin dunia yang lain yang pernah mengunjungi Istiqlal, yaitu Presiden Chile Sebastian Pinera, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Libya Muammar Khadafi, dan Wakil Presiden AS Mike Pence.   

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton mengunjungi Masjid Istiqlal ketika berkunjung ke Indonesia pada 14 November 1994. Clinton menunjukkan kekagumannya ketika Menteri Agama, Tarmizi Taher, menjelaskan Al Quran Mushaf Istiqlal di salah satu ruangan mesjid.

Istiqlal Mengawal Kebudayaan

Dalam sejarah perkembangan Islam, sejak masa Nabi Muhammad SAW, masjid telah bergerak menjadi pusat peradaban dan pemberdayaan umat Islam. Selain menjadi institusi spiritual, masjid juga menjadi institusi pendidikan, sosial, pemerintahan, dan administrasi.

Misi inilah yang diemban oleh Masjid Istiqlal saat ini, yang berkeinginan agar masjid menjadi kiblat peradaban global. Demi mewujudkan misi tersebut, Masjid Istiqlal memiliki beberapa unit usaha, seperti lembaga pendidikan, lembaga advokasi Voice of Islam, dan Istiqlal Global Fund.

Lembaga pendidikan Istiqlal ini mulai dari kelompok bermain Raudhatul Athfal (taman kanak-kanak), Madrasah Ibtidaiyah (sekolah dasar), Madrasah Tsanawiyah (SMP), dan Madrasah Aliyah (SMA). Visi pendidikannya adalah menanamkan akhlakul karimah, sesuai ajaran Rasulullah SAW dengan tetap mampu menghadapi kemampuan dan pengetahuan sains. Pengajaran dilakukan dengan menggunakan bilingual Inggris dan Arab, sehingga anak didik mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dimaksudkan agar generasi saat ini mampu bersaing secara global. Tentu saja nasionalisme dan patriotisme akan membawa anak didik memiliki cinta agama dan negara sebagai satu kesatuan.

Setelah pendidikan, Istiqlal memiliki unit Voice of Istiqlal. Unit ini mempromosikan program dan aktivitas Istiqlal, kemudian memperkuat gerakan Islam moderat, kearifan lokal, dan keragaman. Dalam Voice of Islam ini dibangun jejaring komunitas muslim di Indonesia dan negara lain. Upaya yang dilakukan, antara lain, dengan mengedepankan literasi perpustakaan Istiqlal dan memberikan kursus online, di samping menyelenggarakan seminar, bahkan gerakan anti-korupsi.

Selain itu, upaya memajukan gerakan ekonomi umat juga sangat penting, yaitu dengan mendirikan Istiqlal Global Fund (IGF). IGF merupakan lembaga pengelola usaha, bisnis, dan ekonomi umat Masjid Istiqlal Jakarta-Indonesia. Bertaraf Internasional, IGF berupaya mengoptimalkan potensi dana dan ekonomi umat dengan tujuan  mengembangkan peradaban global yang mandiri dan inklusif dengan berkolaborasi berbagai pihak.

Untuk mewujudkan visi Masjid Istiqlal sebagai kiblat peradaban, maka harus memperkuat kelembagaan dan pengelolaan usaha, bisnis, dan ekonomi umat di Masjid Istiqlal. Kedua, memperkuat dan mengembangkan pengelolaan dana dan ekonomi umat dari zakat, infak, sedekah, kurban, dan wakaf. Ketiga, mengembangkan pengelolaan ekonomi syariah dan potensi halal lifestyle. Keempat, dengan membangun ekosistem usaha dan bisnis Istiqlal dan ekonomi umat berbasis digital.

Masjid Istiqlal memiliki potensi besar dalam memberdayakan masyarakat, bahkan menjadi role model pengembangan ekonomi umat berbasis masjid di Nusantara dan internasional. Misi utama IGF adalah mengelola usaha, bisnis, ekonomi, dan dana umat secara produktif, distributif, dan berkelanjutan, serta menjamin kemandirian pendanaan umat di bidang keagamaan, pendidikan, teknologi, lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya melalui pengelolaan Dana Abadi Masjid Istiqlal secara optimal, amanah, dan profesional.

Pendidikan umat juga harus dimulai dari pendidikan ulamanya, maka Masjid Istiqlal memiliki program Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI). Misi PKUMI adalah melahirkan kader ulama yang berakhlak mulia dan berpandangan moderat sehingga dapat menjadi rujukan umat di tingkat lokal, nasional, maupun internasional; serta menguasai khazanah Islam klasik dan ilmu pengetahuan modern dari berbagai disiplin sehingga mampu menjawab isu kontemporer.

Untuk dapat menjadi mahasiwa PKUMI, masyarakat yang mendaftar harus melalui tahap seleksi. Bagi yang lolos seleksi akan mendapat pendidikan singkat enam bulan di beberapa universitas di luar negeri, seperti California Riverside University dan Hartford International University.

Agar program tersebut berjalan dengan baik, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. melakukan kunjungan ke beberapa universitas dan pusat dialog keagamaan yang dapat menerima mahasiswa dan sarjana, serta pengajar dan peneliti dari Indonesia. Kunjungan tersebut dilakukan untuk menjalin kerja sama Program PKUMI  dengan  berbagai kampus di Amerika Serikat.

Pada 18 Februari 2024 PKUMI Jakarta, melepas 13 mahasiswa Program Doktoral yang akan melaksanakan Short Course di University California Riverside. Setelah pulang dari short course ini, para mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang didapat untuk kemajuan institusi, serta berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Internet

Artikel terkait