Paparan Topik | Sepakbola Nasional

Liga Indonesia: Sejarah, Penyelenggara, Tim Juara, dan Pemain Terbaik

Liga Indonesia merupakan kompetisi sepak bola antarklub di bawah naungan PSSI sebagai induk organisasi sepak bola di Indonesia. Kasta tertinggi kompetisi sepak bola nasional ini hasil penggabungan dari dua kompetisi sebelumnya, yakni Liga Sepak Bola Utama (Galatama) dan Perserikatan.

KOMPAS/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR

Kondisi lapangan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (25/8/2021). Stadion Utama Gelora Bung Karno akan menggelar laga antara Bali United melawan Persik Kediri pada Jumat 27 Agustus 2021.

Fakta Singkat

Nama-nama Kejuaraan

  • Kejurnas PSSI (1951)
  • Liga Sepak Bola Utama atau Galatama (1979)
  • Liga Indonesia (1994)
  • Liga Super Indonesia (2008)
  • Liga Primer Indonesia (2011)
  • Liga Super Indonesia (2014)
  • Liga 1, Liga 2, Liga 3 (2017)
  • Liga 1 (2021–2022)

Format Pertandingan Liga 1 (2021–2022)
Format penyelenggaraan Liga 1 2021–2022 berbeda dari kompetisi musim-musim sebelumnya.

  • Biasanya, kompetisi digelar kandang dan tandang, dan otomatis pertandingan digelar di seluruh Indonesia.
  • Namun, karena pandemi Covid-19, operator kompetisi memutuskan untuk menyelenggarakan seluruh pertandingan Liga 1 2021–2022 di Pulau Jawa.
  • Operator menerapkan sistem bubble to bubble seperti penyelenggaraan Piala Menpora.
  • Seluruh pemain dan ofisial dikarantina di hotel dan semua transportasi ditanggung oleh penyelenggara dalam hal ini PT Liga Indonesia Baru.

Sejarah

Berbicara tentang kompetisi sepak bola Liga Indonesia, maka tidak bisa dilepaskan dari ruang lingkup yang menyelimutinya, di antaranya: perubahan nama event, kontroversi penyelenggaraan, pihak penyelenggara, sistem kompetisi, tim-tim hebat yang menjadi juara, pemain terbaik, pencetak gol terbanyak dan pelatih-pelatih hebat yang di balik suksesnya perjuangan tim.

Cikal bakal kompetetisi teratas di negeri ini berawal dari kompetisi sepak bola Indonesia yang disebut “Perserikatan”. Kompetisi itu mulai digelar pertama kali pada 1951 yang diikuti semua perserikatan sepak bola yang menjadi anggota PSSI. Kompetisi sepak bola nasional di Indonesia itu diselenggarakan secara amatir, dan lebih dikenal dengan istilah “Perserikatan” dan digelar hampir setiap tahun.

Meski demikian, kompetisi sepak bola Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak 1931, atau satu tahun setelah PSSI resmi terbentuk. Saat itu kompetisi diikuti oleh klub yang sebagian besar masih menggunakan nama bahasa Belanda.

Pada era kemerdekaan klub-klub itu berganti dengan menggunakan nama kota domisili klub-klub tersebut sebut saja misalnya Persija Jakarta (Sebelumnya Voetbalbond Indonesische Jacatra), Persis Solo (Vorstenlandsche Voetbal Bond), Persebaya Surabaya (Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond), Persib Bandung ( Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond) dan PSIS Semarang (Voetbalbond Indonesia Semarang).

KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Penyerang Pelita Jaya Jakarta, Roger Milla Lolos dari hadangan pemain belakang Persita Tangerang, Hasan Pramono dan Yudho Hadiyanto dalam pertandingan Kompetisi Sepak Bola Liga Dunhill (28/6/1995) di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.

PSSI kemudian secara resmi mengelar kompetisi pertamanya yang diberi nama Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PSSI pada tahun 1951. Pesertanya adalah semua tim perserikatan sepakbola yang pada 1 April 1951 telah mendaftarkan diri sebagai anggota PSSI. Kejurnas itu selanjutnya diselenggarakan hampir tiap tahun dengan peserta yang terus meningkat.

Kemudian tahun 1979, PSSI memperkenalkan kompetisi Liga Sepak Bola Utama (Galatama). Galatama merupakan kompetisi sepak bola semi-profesional yang terdiri dari sebuah divisi tunggal. Meski demikian, baik Perserikatan maupun Galatama tetap berjalan sendiri-sendiri.

Kedua liga tersebut memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Perserikatan memiliki kekuatan jumlah pendukung yang cukup besar dengan fanatisme kedaerahannya. Namun, klub-klub perserikatan tidak memiliki manajemen yang baik untuk mengelola klub dan pemain. Sedangkan, Galatama memiliki kekuatan manajemen klub yang telah dikelola secara profesional. Sayangnya, Galatama tidak banyak diminati sehingga beberapa pertandingannya sepi penonton.

Dalam perkembangannya, kekuatan dari masing-masing liga, perserikatan dengan fanatisme suporternya dan galatama dengan profesionalismenya, kemudian oleh PSSI digabungkan menjadi sebuah liga sepak bola yang baru yang diberi nama Liga Indonesia. Liga hasil gabungan perserikatan dan galatama itu pertama kali digulirkan pada 1994 dengan tujuan meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pemain Madura United, Slamet Nurcahyono, memasukkan bola ke dalam kaus saat melakukan selebrasi seusai mencetak gol ke gawang PS TNI pada laga Go-Jek Traveloka Liga 1 di Stadion Gelora Bangkalan, Jawa Timur (19/5/2017). Madura United menang 4-1.

Peraturan dan perangkat pertandingan dalam Liga Indonesia diatur dengan menyesuaikan pada dua liga sebelumnya. Liga Indonesia terbagi dalam dua divisi, yakni Divisi Utama dan Divisi I sehingga tiap musimnya akan ada tim yang mengalami promosi-degradasi. Kompetisi ini secara resmi mulai dimainkan pada musim 1994/1995.

Edisi perdana liga tersebut diikuti 34 tim yang terdiri dari 16 tim Divisi Utama Perserikatan 1993/1994, dua tim dari Divisi II Perserikatan 1993/1994, dan 16 tim dari Liga Galatama 1993/1994. Dari 34 tim dibagi dua grup, masing-masing 17 tim di Grup Barat dan 17 tim lainnya di Grup Timur. Aturannya tiap tim bakal bermain penuh dengan sistem kandang dan tandang, peringkat empat besar di masing-masing grup bakal lolos ke babak delapan besar. Dua tim terbawah di masing-masing grup terdegradasi ke Divisi I.

Babak delapan besar dibagi lagi dua grup, dua grup peringkat teratas masuk ke semifinal, dan yang lolos selanjutnya masuk di babak final.

Hingga musim 2002, Liga Indonesia menerapkan pembagian grup berdasarkan wilayah yang berlaku pada Divisi Utama. Pada musim 2003 dan musim 2004, PSSI mulai mengubah sistem kompetisi Divisi Utama dalam satu grup meniru liga sepak bola di negara lain. Namun, sistem tersebut tidak bertahan lama sehingga musim liga tahun 2005 kembali diubah menjadi dua grup atau dua wilayah. Format dua wilayah itu bertahan hingga musim 2007.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pemain Persebaya, Feri Ariawan (kanan) dan Taufiq (tengah), berebut bola dengan Pemain Persema, Naum Sevolovski (kiri), dalam laga Liga Primer Indonesia di Stadion Gelora 10 Nopember, Surabaya (12/2/2012). Persebaya ditahan 0-0.

Nama Liga Indonesia kemudian diubah menjadi Liga Super Indonesia (LSI) pada musim kompetisi 2008/2009. LSI mengantikan Divisi Utama sebagai kompetisi sepak bola tigkat teratas di Indonesia. Perubahan itu dilakukan setelah PSSI membuat peraturan baru di mana setiap klub wajib melakukan verifikasi lisensi kepada Badan Liga Indonesia sebelum mengikuti kompetisi. Klub harus memenuhi lima aspek standar Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), yakni pembinaan pemain muda, infrastruktur, personel dan administrasi, legal, dan finansial.

Liga Super Indonesia sebagai liga sepak bola tertinggi, sementara, untuk liga tingkat dua diberi nama Divisi Utama sebagai pengganti Divisi I yang dipakai pada sistem kompetisi sebelumnya. Kompetisi sepak bola teratas itu diikuti oleh 18 klub saja, beda dengan sebelumnya yang diikuti lebih dari 30 tim yang terbagi dalam dua wilayah. Sistem kompetisi LSI menggunakan satu grup dengan pertandingan kandang-tandang dan promosi-degradasi.

Kompetisi LSI sukses diselenggarakan selama 3 tiga musim, yakni musim 2008/2009, 2009/2010, dan 2010/2011, dan rutin diikuti 18 klub. Meski demikian, kompetisi itu memunculkan ketidakpuasan dari klub-klub. Mereka akhirnya mengulirkan liga sepak bola tandingan bernama Liga Primer Indonesia (LPI) tahun 2011.

Bergulirnya LPI menyebabkan dualisme liga antara LSI dengan LPI. FIFA sebagai induk organisasi sepak bola sejagat meminta PSSI menyelesaikan dualisme itu. Untuk itu dibentuk Komite Normalisasi yang diketuai oleh Agum Gumelar untuk mengadakan Kongres Luar Biasa (KLB) dengan agenda memilih Ketua Umum PSSI yang baru sekaligus menyelesaikan dualisme liga tersebut.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Dari kiri ke kanan, perwakilan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI), La Nyalla Mattalitti, Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Djohar Arifin Husin, Ketua Komite Olimpiade Indonesia Rita Subowo, dan Menpora Roy Suryo menunjukkan surat hasil perundingan antara PSSI dan KPSI, di Kemenpora, Senayan, Jakarta (18/2/2013). Kedua organisasi tersebut bersepakat untuk mengakhiri konflik dan akan melaksanakan Kongres PSSI pada 17 Maret 2013 di Jakarta.

KLB PSSI yang digelar di Solo pada 9 Juni 2011 berhasil memilih ketua umum PSSI baru, yakni Djohar Arifin Husin. Djohar Arifin kemudian menetapkan LPI sebagai liga sepak bola tertinggi di Indonesia dan mengakomodasi klub-klub LSI untuk bergabung. Namun dalam perkembangannya, langkah akomodatif itu tak berjalan mulus. Beberapa klub memilih untuk angkat kaki dari LPI dan membentuk kompetisi sendiri di luar PSSI.

Dualisme liga sepak bola Indonesia itu berakhir setelah pertmuan antara PSSI yang menjalankan kompetisi LPI dengan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) yang menyelenggarakan LSI pada 17 Maret 2013. PSSI dan KPSI kemudian menyetujui untuk menggabungkan LPI dan LSI dalam satu liga dengan nama tetap Liga Super Indonesia yang dimulai pada musim 2014.

Kompetisi LSI musim 2014, diikuti 22 tim peserta yang terbagi dalam 2 wilayah dengan 11 tim di setiap wilayah. Sementara kompetisi musim 2015 ditunda karena kisruh sepak bola nasional yang berujung pada sanksi FIFA.

Pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi membekukan PSSI pada April 2015 karena PSSI dianggap tidak mematuhi peraturan olahraga nasional. Akibat intervensi tersebut, PSSI dibekukan oleh FIFA.

Satu tahun kemudian, Menpora mencabut sanksi terhadap PSSI. Pada tanggal 13 Mei 2016, FIFA mencabut sanksi yang diberikan untuk Indonesia setelah menerima laporan bahwa Menpora telah mencabut surat pembekuan aktivitas terhadap PSSI.

Untuk mengisi kekosongan kompetisi digelar Torabika Soccer Championship (TSC) yang digelar pada April 2016 hingga Desember 2016 diikuti oleh 18 tim yang sebelumnya berlaga di Liga Super Indonesia  (LSI) 2015. Kompetisi  itu berhasil mengairahkan kembali antusiasme pengemar sepak bola tanah air.

PSSI kemudian melakukan reformasi kepengurusan dalam kongres yang diadakan di Jakarta pada 10 November 2016. Kongres tersebut menetapkan Eddy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI yang baru. Eddy Rahmayadi selanjutnya mengulirkan kembali kompetisi sepak bola Indonesia musim 2017 dengan menyelenggarakan liga sepak bola yang diberi nama Liga 1, Liga 2, dan Liga 3.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menunjukkan surat pencabutan pembekuan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Kemenpora, Senayan, Jakarta Pusat (11/5/2016). Menpora membekukan PSSI sejak 17 April 2015 dengan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 01307 Tahun 2015, tetapi baru diumumkan bersamaan dengan Kongres Luar Biasa PSSI di Surabaya, Jawa Timur pada 18 April 2015.

Liga 1 adalah liga profesional level teratas dalam sistem liga sepak bola di Indonesia. Sebanyak 18 klub bersaing untuk menjadi juara dengan sistem kompetisi promosi dan degradasi. Total 34 pertandingan untuk setiap peserta yang dimainkan secara kandang dan tandang.

Sejak pertama diselenggarakan, Liga 1 sudah bergulir selama tiga musim, yakni musim 2017, 2018, dan 2019. Pada musim kompetisi 2020 seluruh liga sepak bola Indonesia termasuk Liga 1 terpaksa dihentikan akibat wabah Covid-19 yang melanda tanah air. PSSI mencoba untuk menggulirkan kembali liga antara Oktober dan November 2020 dengan syarat mematuhi protokol kesehatan. Namun, rencana tersebut gagal karena tidak mendapatkan izin dari kepolisian.

Kompetisi teratas sepak bola nasional kembali diselenggarakan pada musim 2021/2022 setelah Ketua Umum PSSI Mochammad Irawan memastikan kompetisi Liga 1 Musim 2021–2022 digelar pada akhir Agustus 2021 setelah beberapa kali tertunda karena pandemi Covid-19. Format kompetisi Liga 1 mengalami perubahan gara-gara pandemi Covid-19.

Jika sebelumnya pertandingan dimainkan dengan sistem kandang dan tandang, kini seluruh pertandingan Liga 1 2021–2022 diselenggarakan di Pulau Jawa dan menerapkan format bubble to bubble seperti penyelenggaraan Piala Menpora di mana pertandingan dilakukan secara berseri yang lokasinya di tiga kluster, yakni klaster DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten; Klaster Jawa Tengah dan Yogyakarta; serta Klaster Jawa Timur.

Penyelenggara Liga

Penyelenggara Liga Indonesia awalnya dilakukan oleh suatu kepanitiaan yang dibentuk PSSI di bawah komando Badan Liga Indonesia (BLI). Badan tersebut mengelola kompetisi profesional Indonesia, sedangkan kompetisi amatir ditangani Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI). BLI menyelenggarakan kompetisi Liga Indonesia sejak 1994 hingga tahun 2008.

PSSI kemudian membentuk suatu perusahaan yang bernama PT Liga Indonesia (PT LI) pada tahun 2008.  PT LI ditugaskan PSSI untuk menyelenggarakan atau sebagai operator kompetisi sepak bola profesional di Indonesia yang merupakan pengembangan dari Badan Liga Indonesia (BLI). Mulai tahun 2009, PT LI menyelenggarakan Liga Super Indonesia (LSI), Divisi Utama Liga Indonesia dan Piala Indonesia. Perusahaan ini lantas menjadi operator kompetisi kasta tertinggi di tanah air yang bernama Liga Super Indonesia (LSI)  hingga tahun 2015.

Pada awal pembentukannya, sebanyak 99 persen kepemilikan PT LI dipegang oleh PSSI sementara satu persen sisanya dimiliki oleh Yayasan Sepak Bola Indonesia.  Perubahan komposisi kepemilikan saham PT LI terjadi pada 2011, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT LI, sebanyak 99 persen menjadi milik klub anggota PSSI dan satu persen sisanya milik PSSI.

Perubahan komposisi kepemilikan saham PT LI terjadi karena terjadi konflik internal di PSSI, di mana PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin menunjuk  PT  Liga Prima Indonesia Sportindo (PT LPIS) sebagai penyelenggara untuk kompetisi sepak bola profesional , mengantikan PT LI.

PT LPIS kemudian menyelenggarakan Liga Prima Indonesia (LPI) sebagai kompetisi sepak bola professional teratas Indonesia yang diakui PSSI pada musim 2011/2012. LPI hanya menyelesaikan putaran pertama atau hanya berlangsung sekitar lima bulan dari Januari –Mei 2011. Kompetisi LPI kembali digelar pada tahun 2013 dengan melibatkan 16 tim sepak bola. LPI edisi kedua itu sekaligus menjadi ajang penyelenggaraan kompetisi terakhir dengan operator PT LPIS.

Di saat bersamaaan, beberapa klub yang tidak terlibat d LPI meminta PT LI menyelenggarakan kompetisi tandingan yang diberi nama Liga Super Indonesia (LSI). Hal itu memunculkan dualisme kompetisi sepak bola nasional. Meski liga itu tidak didukung PSSI, LSI didukung oleh Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI).

Dualisme kompetisi itu menambah karut-marut sepak bola nasional sehingga pemerintah membekukan PSSI, dan berujung pada sanksi FIFA terhadap organisasi tersebut.  Setelah sanksi FIFA dicabut, PSSI kemudian menutup  PT Liga Indonesia pada tahun 2016. Kompetisi sepak bola pun berhenti dan sebagai gantinya diadakan turnamen yakni Kejuaraan Torabika  Soccer Championship (TSC) 2016, yang dikelola oleh operator dengan nama PT Gelora Trisula Semesta (GTS).

KOMPAS/HERPIN DEWANTO PUTRO

Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali (kanan) didampingi Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan (dua dari kanan) saat membuka Kongres Biasa PSSI 2020 di Badung, Bali, Sabtu (25/1/2020). Kongres tersebut membahas persiapan Piala Dunia U-20 2021 dan membentuk badan yudisial PSSI.

Torabika  Soccer Championship (TSC) 2016 yang digelar pada April -Desember 2016 diikuti oleh 18 tim yang sebelumnya berlaga di Liga Super Indonesia  (LSI) 2015. LSI 2015 terpaksa dihentikan karena konflik di PSSI dan adanya sanksi dari FIFA sebagai induk organisasi sepak bola dunia.  Pihak operator memberikan hadiah besar bagi pemenang kompetisi yakni Rp 3 miliar bagi juara pertama, dan Rp 2 miliar bagi runner up.

Selain itu, setiap klub peserta TSC juga mendapatkan subsidi komersial Rp 5 miliar dari PT GTS sebagai operator pertandingan. Nilai subsidi ini adalah dua kali lipat dari yang diterima setiap klub Liga Super Indonesia (ISL) dari PT LI pada musim 2013-2014.

Pada 2017, setelah Edy Rahmayadi menjadi Ketua Umum PSSI, penyelenggara kompetisi selanjutnya ditunjuk  PT Liga Indonesia Baru sebagai operator kompetisi Liga 1, nama baru kompetisi  teratas sepak bola nasional.  Operator baru itu juga menyelenggarakan Liga 2 dan Liga 1 U-20.

Untuk memutar roda kompetisi,  PT LIB memberikan subsidi Rp 7,5 miliar untuk setiap klub dalam mengarungi kompetisi yang bernama Liga 1 Go-Jek Traveloka musim 2017. PT LIB kemudian menjadi operator kompetisi teratas sepak bola Indonesia musim 2018, 2019, dan 2021. Musim 2020 kompetisi dihentikan karena pandemi Covid-19.

Di musim 2018, Subsidi yang diberikan pada setiap klub peserta nilainya sama seperti musim sebelumnya yakni Rp 7,5 miliar dengan rincian Rp 5 miliar untuk pembiayaan klub, sementara sisanya, yakni Rp 2,5 miliar untuk pembinaan usia muda. Sementara Liga 1 musim 2019, subsidi yang diberikan PT LIB pada masing-masing peserta sebesar Rp 5 miliar atau turun sepertiganya dari musim sebelumnya.

Operator kembali mengucurkan dana berbentuk kontribusi komersial atau match fee kepada klub peserta Liga 1 2021-2022 sebagai pengganti istilah ‘subsidi’ yang digunakan beberapa musim sebelumnya.

Saham PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang jumlahnya 99 persen  dimiliki bersama oleh semua klub yang bernaung di bawah PSSI, sementara satu persennya dimiliki federasi yakni PSSI.  Di awal pembentukannya PSSI menunjuk beberapa orang untuk mengomandani PT LIB antara lain Berlinton Siahaan menjadi Direktur Utama, CEO dipegang Risha Adhi Wijaya, dan Chief Operating Officer Tigorshalom Boboy , dan Komisaris Utama Glenn T Sugita.

Dalam perkembangannya, perusahaan itu dipimpin oleh Akhmad Hadian Lukita yang terpilih menjadi direktur utama perusahaan itu pada RUPS Luar Biasa pada Juni 2020. Akhmad Hadian menggantikan Cucu Somantri yang sebelumnya mundur pada RUPS PT LIB pada 18 Mei 2020. Sementara Juni Rachman, ditunjuk sebagai Komisaris Utama PT LIB untuk mengisi tempat yang ditinggalkan Sonhadji.

KOMPAS/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru, Akhmad Hadian Lukita, memantau persiapan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (25/8/2021), jelang menggelar laga pembuka Liga 1 2021-2022 pada 27 Agustus 2021.

Format Kompetisi

Format penyelenggaraan Liga 1 2021-2022 berbeda dari kompetisi musim-musim sebelumnya. Biasanya, kompetisi digelar kandang dan tandang, dan otomatis pertandingan digelar di seluruh Indonesia. Namun, karena pandemi Covid-19, operator kompetisi memutuskan untuk menyelenggarakan seluruh pertandingan Liga 1 2021-2022 di Pulau Jawa.

Tak hanya lokasi pertandingan, format baru kompetisi juga berubah. Operator menerapkan sistem bubble to bubble seperti penyelenggaraan Piala Menpora. Seluruh pemain dan ofisial di karantina di hotel, dan semua transportasi ditanggung oleh penyelenggara dalam hal ini PT Liga Indonesia Baru.

Sistem kompetisi menggunakan sistem berseri, layaknya kompetisi basket profesional Indonesia (IBL) maupun Liga Futsal Indonesia. Rencananya, akan ada enam seri, yang terbagi dalam tiga klaster. Meski begitu, seluruh tim total tetap melakoni 34 pertandingan seperti biasa. Seri pertama Liga 1 2021-2022 akan dihelat di Klaster 1, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. kemudian Klaster 2 yakni Jawa Tengah dan Yogyakarta, serta Klaster 3 di Jawa Timur.

Sistem berseri itu artinya selama 1,5 bulan tim-tim akan bertanding dalam satu klaster, mereka akan bertanding di beberapa stadion. Sebagai gambarannya tim-tim akan bertanding  di stadion di DKI-Jabar, kemudian istirahat lantas masuk klaster Jateng-Jogja, kemudian masuk lagi klaster Jatim, istirahat dan kemudian masuk lagi DKI-Jawa Barat.

Jika dirunut lebih jauh, format kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia itu mengalami beberapa perubahan. Awal digelar Liga Indonesia 1994 hingga 2007 mengunakan format dua wilayah yakni wilayah Barat dan Timur. Tim peserta kompetisi pun mencapai lebih dari 30 tim yang terbagi dalam dua wilayah atu grup.

Tiap-tiap tim dalam satu wilayah bakal bermain penuh dengan sistem kandang dan tandang, peringkat empat besar di masing-masing grup bakal lolos ke babak delapan besar. Dua tim terbawah di masing-masing grup terdegradasi ke Divisi I. babak delapan besar dibagi dua grup, dua grup peringkat teratas masuk ke semifinal, dan yang lolos selanjutnya babak final.

Kemudian mulai musim kompetisi tahun 2008, PSSI merombak total format pertandingan dengan menggunakan format satu wilayah yang diikuti 18 tim yang memainkan pertandingan kandang dan tandang. Pemenang akan ditentukan dari jumlah poin paling banyak selama 34 pertandingan.

Gelar juara ditentukan oleh tim dengan poin tertinggi selama satu musim kompetisi, jika poin sama maka juara akan ditentukan dengan selisih gol. Tiga tim penghuni terbawah klasemen akan langsung terdegradasi dan digantikan oleh tiga tim terbaik dari Liga 2 yang promosi. Format pertandingan itu selanjutnya berlangsung hingga musim kompetisi 2019.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para pemain dengan jersey masing-masing mewakili klub sepakbola peserta Liga I hadir dalam Peluncuran Shopee Liga I 2020 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (24/2/2020).

Tim Juara

Sejak liga pertama kali diselenggarakan pada 1994, sudah ada 14 klub sepak bola di Indonesia yang merengkuh juara Liga Indonesia. Dari 14 klub itu, Persipura Jayapura yang menjuarai empat kali merupakan klub paling sukses mengapai puncak tertinggi supremasi sepak bola nasional, kemudian disusul oleh Persebaya Surabaya (2 kali), Persija Jakarta (2 kali), Persik Kediri (2 kali), dan Persib Bandung (2 kali).

Persipura Jayapura pertama kali berhasil menjadi juara Liga Indonesia di bawah asuhan Rahmad Darmawan pada musim kompetisi 2005. Kemudian klub berjuluk Mutiara Hitam itu meraihnya kembali musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2012/2013 di bawah pelatih Jacksen Tiago.

Tidak hanya menjadi klub paling banyak meraih gelar juara di era Liga Indonesia, Persipura juga mencatatkan prestasi terbaik lainnya. Tim asal Papua itu tercatat memiliki jumlah kemenangan terbanyak dalam 10 musim terakhir (2008-2019), yaitu 165 kemenangan di pentas Liga Indonesia dari total 296 pertandingan yang mereka jalani. Sisanya, Mutiara Hitam itu mencatatkan 80 hasil imbang dan 51 kali kalah.

Juara Liga Indonesia

Musim Juara Runner-up Top skorer Jumlah gol
1994/95 Persib Bandung Petrokimia Putra Peri Sandria 34
1995/96 Bandung Raya PSM Makassar Dejan Gluscevic 30
1996/97 Persebaya Surabaya Bandung Raya Jacksen Tiago 26
1997/1998 Liga dihentikan karena gejolak politik
1998/99 PSIS Semarang Persebaya Surabaya Alain Mabenda 11
1999/00 PSM Makassar PKT Bontang Bambang Pamungkas 24
2001 Persija Jakarta PSM Makassar Baco Sadissou 22
2002 Petrokimia Putra Persita Tangerang Ilham Jayakesuma 26
2003 Persik Kediri PSM Makassar Oscar Aravena 31
2004 Persebaya Surabaya PSM Makassar Ilham Jayakesuma 22
2005 Persipura Jayapura Persija Jakarta Cristian Gonzales 25
2006 Persik Kediri PSIS Semarang Cristian Gonzales 29
2007 Sriwijaya FC PSMS Medan Cristian Gonzales 32
2008/09 Persipura Jayapura Persiwa Wamena Cristian Gonzales & Boaz Solossa 28
2009/10 Arema Persipura Jayapura Aldo Barreto 19
2010/11 Persipura Jayapura Arema Boaz Solossa 26
2011/2012* Sriwijaya FC Persipura Jayapura Alberto Goncalves 25
2013 Persipura Jayapura Arema Boaz Solossa 23
2014 Persib Bandung Persipura Jayapura Emmanuel Kenmogne 25
2015 Liga dihentikan karena kisruh PSSI dan sanksi FIFA
2016 Liga ditiadakan diganti kompetisi TSC A yang dimenangi Persipura Jayapura
2017 Bhayangkara FC Bali United Sylvano Comvalius 37
2018 Persija Jakarta PSM Makassar Aleksandar Rakic 21
2019 Bali United Persebaya Surabaya Marko Simic 28
2020 LIga ditiadakan karena pandemi Covid-19

*dualisme liga yakni LPI dan LSI. LSI tidak diakui oleh PSSI dibawah pimpinan Djohar Arifin Husin, sebaliknya LPI yang diakui PSSI.

Sumber: Litbang Kompas/ERI, disarikan dari pemberitaan Kompas dan PSSI

Di bawah Persipura, Klub lainnya yang berhasil mengoleksi dua gelar juara yakni Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Persib Bandung, dan Persik Kediri.  Persebaya Surabaya meraih juara Liga Indonesia pada musim kompetisi 1996/1997 dan 2004, Persija Jakarata meraihnya pada tahun 2001 dan 2018, Persib Bandung pada musim 1994/1995 dan 2014, dan Persik Kediri di musim 2003 dan 2006.

Klub-klub lainnya yang pernah sekali menjadi juara di kompetisi sepak bola teratas itu yakni Sriwijaya FC, Arema Indonesia, PSM Makassar, Bandung Raya, Petrokimia Putra, PSIS Semarang, Semen Padang, Bhayangkara FC, dan Bali United. Sriwijaya FC sebenarnya meraih dua  gelar Liga Indonesia yakni musim 2007 dan musim 2011/2012, namun kompetisi terakhir yang dimenanginya tidak diakui oleh PSSI pimpinan Djohar Arifin Husin.

Bali United merupakan klub terakhir yang menjuarai kompetisi sepak bola professional teratas di tanah air.  Skuad pulau dewata itu memastikan menjadi kampiun ketika liga masih menyisakan empat pertandingan lagi. Tepatnya, pada pekan ke-30 Liga 1 2019, tim berjulukan Serdadu Tridatu tersebut berhasil mengalahkan Semen Padang dengan skor 2-0 di Stadion Haji Agus Salim, Padang, Sumatra Barat, 2 Desember 2019. Hasil itu membuat perolehan angka Bali United tak terkejar oleh tim-tim lainnya.

Jika dirunut lebih jauh, tercatat ada 21 tim berbeda yang pernah meraih gelar juara Perserikatan, Galatama, dan Liga Indonesia. Jika tiga kompetisi itu digabung, Persija (termasuk cikal bakalnya VIJ Jakarta), merupakan klub tersukses dengan total mengoleksi 11 gelar tertinggi sepak bola nasional dengan rincian sembilan di era Perserikatan dan dua di era Liga Indonesia. Sementara Persebaya (termasuk SIVB Surabaya) total mengkoleksi delapan gelar juara, dua di antaranya dari Liga Indonesia.

Persib Bandung dan Persis Solo sama-sama mengoleksi tujuh gelar juara. Persib mengoleksi lima gelar di Perserikatan dan dua gelar di Liga Indonesia, Sementara tujuh gelar yang diraih Persis Solo semuanya dari Perserikatan yakni musim 1935, 1936, 1939, 1940, 1942, 1943, 1948.

Juara Era Perserikatan

Musim Tempat Juara Runner-up
1931 Stadion Sriwedari, Solo VIJ Jakarta PSIM Yogyakarta
1932 Jakarta PSIM Yogyakarta VIJ Jakarta
1933 Surabaya VIJ Jakarta Persib Bandung
1934 Bandung VIJ Jakarta Persib Bandung
1935 Semarang Persis Solo PPVIM Meester Cornelis Jakarta
1936 Solo Persis Solo Persib Bandung
1937 Bandung Persib Bandung Persis Solo
1938 Solo VIJ Jakarta SIVB Surabaya
1939 Yogyakarta Persis Solo PSIM Yogyakarta
1940 Solo Persis Solo PSIM Yogyakarta
1941 Bandung Persis Solo SIVB Surabaya
1942 Surabaya Persis Solo SIVB Surabaya
1943 Yogyakarta Persis Solo PSIM Yogyakarta
1944–1949 Tidak ada pertandingan
1950 (Turnamen Kongres PSSI) Semarang Persib Bandung Persibaya Surabaya
1951 Persibaya Surabaya PSM Makassar
1952 Persibaya Surabaya Persija Jakarta
1954 Persija Jakarta PSMS Medan
1957 PSM Makassar PSMS Medan
1959 PSM Makassar Persib Bandung
1961 Persib Bandung PSM Makassar
1964 Persija Jakarta PSM Makassar
1964–1965 Jakarta PSM Makassar Persebaya Surabaya
1965–1966 Medan PSM Makassar Persib Bandung
1966–1967 Jakarta PSMS Medan Persib Bandung
1967-1969 Jakarta PSMS Medan Persija Jakarta
1971 Jakarta PSMS Medan Persebaya Surabaya
1973 Jakarta Persija Jakarta Persebaya Surabaya
1975 Jakarta Persija Jakarta dan PSMS Medan Juara bersama
1978 Jakarta Persebaya Surabaya Persija Jakarta
1978–1979 Jakarta Persija Jakarta PSMS Medan
1980 Jakarta Persiraja Banda Aceh Persipura Jayapura
1983 Jakarta PSMS Medan Persib Bandung
1985 Jakarta PSMS Medan Persib Bandung
1986 Jakarta Persib Bandung Perseman Manokwari
1986–1987 Jakarta PSIS Semarang Persebaya Surabaya
1987–1988 Jakarta Persebaya Surabaya Persija Jakarta
1989–1990 Jakarta Persib Bandung Persebaya Surabaya
1991–1992 Jakarta PSM Makassar PSMS Medan
1993–1994 Jakarta Persib Bandung PSM Makassar

Sumber: Litbang Kompas/ERI, disarikan dari pemberitaan Kompas dan PSSI

Tim eks Perserikatan lainnya yang meraih gelar juara lebih dari sekali yakni PSMS Medan (5 kali juara perserikatan), PSM Makasar (5 kali juara perserikatan dan 1 kali Liga Indonesia), PSIS Semarang ( 1 kali juara Perserikatan dan 1 kali Liga Indonesia).

Adapun tim eks Galatama yang pernah menjuarai lebih dari sekali yakni Pelita Jaya Jakarta (3 gelar Galatama yang diraih pada 1988/1989, 1990, 1993/1994), Niac Mitra Surabaya (3 gelar yakni 1980/1982, 1982/1983, 1987/1988), Krama Yudha Tiga Berlian (2 gelar yakni musim 1985, 1986/1987) dan Yanita Utama  (2 gelar musim 1983/1984, 1984).

Juara Liga Sepak Bola Utama/Galatama

Musim Juara Peringkat kedua
1979/1980 Warna Agung Jayakarta
1980/1982 NIAC Mitra Jayakarta
1982/1983 NIAC Mitra UMS 80
1983/1984 Yanita Utama Mercu Buana
1984 Yanita Utama UMS 80
1985 Krama Yudha Tiga Berlian Arseto
1986/1987 Krama Yudha Tiga Berlian Pelita Jaya
19871988 NIAC Mitra Pelita Jaya
1988/1989 Pelita Jaya NIAC Mitra
1990 Pelita Jaya Krama Yudha Tiga Berlian
1990/1992 Arseto Pupuk Kaltim
1992/1993 Arema Pupuk Kaltim
1993/1994 Pelita Jaya Gelora Dewata

Sumber: Litbang Kompas/ERI, disarikan dari pemberitaan Kompas dan PSSI

ARSIP LIGA INDONESIA BARU

Persib akhirnya bisa menggelar latihan bersama secara penuh pada Kamis (26/8/2021) di salah satu lapangan baru di tengah Kota Bandung. Beberapa hari sebelumnya tim hanya bisa melakukan latihan dalam kelompok kecil atas dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah.

Pemain Terbaik dan Top Skorer

Sejak pertama kali diselenggarakan tahun 1994, Liga Indonesia sudah mencatatkan nama 20 pemain terbaik yang lahir dari kompetisi tersebut. Kriteria seorang pemain Liga Indonesia bisa terpilih sebagai pemain terbaik antara lain kemampuan individu, pengaruhnya dalam tim, aspek fair play, menit bermain, dan kontribusi terhadap tim.

Dari 20 nama yang pernah menjadi pemain terbaik sepanjang perjalanan liga tersebut, terdapat satu nama yang paling sering menyandang gelar pemain terbaik yakni Boaz Solossa  dari Persipura yang tiga kali menjadi pemain terbaik Liga Indonesia yakni musim 2008-2009, 2010-2011, dan 2013.

Pencapaian Boaz itu sekaligus menghantarkan Persipura Jayapura menjadi juara terbanyak di era Liga Indonesia hingga saat ini  yang empat kali menjadi juara. Keberhasilan Persipura meraih tiga gelar juara di antaranya, tidak lepas dari kontribusi besar Boaz Solossa yang berhasil menjadi pemain terbaik setiap kali Mutiara Hitam menjadi juara di Liga.

Tak hanya sebagai pemain terbaik, Boaz Solossa juga tercatat sebagai pemain tersubur mencobloskan bola ke gawang lawan. Top skorer itu diraihnya setiap kali Persipura menjadi juara di Liga Super Indonesia  yakni 2008-2009, 2010-2011, dan 2013.

Nama-nama lainnya yang pernah terpilih sebagai pemain terbaik sepanjang penyelenggaraan liga adalah Widodo C. Putro (Petrokimia),  Ronny Wabia (Persipura), Nuralim (Bandung Raya), Ali Sunan (PSIS), Bima Sakti (PSM), Bambang Pamungkas (Persija), Ilham Jayakesuma (Persita), dan Musikan (Persik), Ponaryo Astaman (PSM), Christian Warobay (Persipura), Maman Abdurrahman (PSIS), dan Zah Rahan (Sriwijaya FC).

Di ajang Liga Super Indosia sebagai pengganti nama Liga Indonesia yang mulai dihelat musim 2008/2009 tercatat pemain terbaik yakni Boaz Solossa (Persipura),  Kurnia Meiga (Arema), Keith Kayamba Gumbs (Sriwijaya FC), dan Ferdinand Sinaga (Persib). Adapun di Liga 1 yang mulai digelar sejak musim 2017 menghasilkan pemain terbaik yakni  Paulo Sergio (Bhayangkara FC), Rohit Chand (Persija), Renan Silva (Borneo FC). Renan Silva  dari Borneo FC merupakan pemain terbaik di Liga 1 2019 atau liga terakhir sebelum pandemi Covid-19 melanda tanah air.

Jika dicermati, nama-nama pemain terbaik di Liga Indonesia didominasi oleh pemain lokal yang sebagian besar di posisi striker atau pemain tengah.

Selain pemain terbaik di kompetesi liga teratas itu juga menunculkan pencetak gol terbanyak di tiap musimnya. Boaz Solossa yang terpilih tiga kali sebagai pemain terbaik juga tercatat tiga kali menjadi pencetak gol terbanyak Liga Indonesia. Sementara Cristian Gonzales mampu meraih prestasi yang lebih baik dari Boaz dalam mencetak gol terbanyak pada setiap musimnya. Pemain asal Uruguay yang kini telah menjadi warga negara Indonesia itu tercatat empat kali menjadi top scorer di era Liga Indonesia.

Pertama kalinya Cristian Gonzales menjadi top scorer Liga Indonesia adalah pada musim pertamanya bersama Persik Kediri, yaitu pada Liga Indonesia 2005. Torehan 25 gol menjadikannya sukses sebagai yang paling subur di musim itu. Cristian Gonzales kemudian tampil mendominasi top scorer bersama Persik Kediri dalam tiga musim berikutnya, mulai dari 2006, 2007, dan musim 2008/2009.

Di musim pertamanya yakni 2005, Gonzales menorehkan 25 gol.  Gonzales makin tajam pada dua musim berikutnya dengan mencetak 29 gol di Liga Indonesia 2006,  dan 32 gol di musim 2007. Pada musim 2007/2008, Cristian Gonzales berbagi tempat di puncak daftar pencetak gol terbanyak dengan Boaz Solossa yang sama-sama mengoleksi 28 gol. Meski empat kali sebagai top skorer, Gonzales belum pernah sekalipun menyandang predikat pemain terbaik di liga.

Selain Gonzales, nama top skorer yang melegenda yakni striker Bandung Raya, Peri Sandria yang mencetak gol terbanyak di musim 1994/1995. Saat itu, Peri Sandria menjadi top scorer dengan torehan 34 gol dalam satu musim dan rekor itu bertahan selama 22 tahun.

Torehan gol Peri Sandria itu pun patah pada musim 2017, Striker asal Belanda, Sylvano Comvalius yang bermain untuk Bali United mampu membuat torehan lebih baik yaitu 37 gol dalam satu musim. Torehan tersebut mengantar Sylvano Comvalius menjadi top scorer Liga 1 2017 sekaligus menjadi pencetak gol terbanyak dalam satu musim sepanjang Liga Indonesia hingga saat ini.

Pemain Terbaik Liga Indonesia

Musim Pemain terbaik
1994/1995 Widodo C. Putro (Petrokimia)
1995/1996 Ronny Wabia (Persipura)
1996/1997 Nuralim (Bandung Raya)
19971998 Liga dibatalkan karena gejolak politik
1998/1999  Ali Sunan (PSIS)
1999/2000 Bima Sakti (PSM)
2001 Bambang Pamungkas (Persija)
2002 Ilham Jayakesuma (Persita)
2003 Musikan (Persik)
2004 Ponaryo Astaman (PSM)
2005 Christian Warobay (Persipura)
2006 Maman Abdurrahman (PSIS)
2007/2008 Zah Rahan (Sriwijaya FC)
2008/2009 Boaz Solossa (Persipura)
2009/2010 Kurnia Meiga (Arema)
2010/2011 Boaz Solossa (Persipura)
2011/2012* Keith Kayamba Gumbs (Sriwijaya FC)
2013 Boaz Solossa (Persipura)
2014 Ferdinand Sinaga (Persib)
2015 pembekuan PSSI dan sanksi FIFA
2016 Liga ditiadakan
2017 Paulo Sergio (Bhayangkara FC)
2018 Rohit Chand (Persija)
2019 Renan Silva (Borneo FC)
2020 Liga ditiadakan karena pandemi Covid-19

*dualisme liga yakni LPI dan LSI. LSI tidak diakui oleh PSSI dibawah pimpinan Djohar Arifin Husin, sebaliknya LPI yang diakui PSSI.

Sumber: Litbang Kompas/ERI, disarikan dari pemberitaan Kompas dan PSSI

KOMPAS/EDDY HASBY

Para pemain kesebelasan Persib Bandung saat melawan Persiraja Banda Aceh, dalam kompetisi Djarum Super Divisi Utama Perserikatan PSSI, di Stadion Utama Senayan, Jakarta (4/8/1994).

Pelatih Terbaik

Kesuksesan suatu tim meraih gelar juara Liga Indonesia tak bisa lepas dari peran pelatih dalam mengomandani skud asuhannya. Dalam sejarah Liga Indonesia, terdapat empat pelatih yang sukses meraih juara Liga Indonesia bersama tim yang berbeda.

Keempat pelatih itu adalah Stefano Cugurra Teco yang dua kali menjadi juara di era Liga 1 bersama Persija Jakarta dan Bali United, Rahmad Darmawan yang menjadi kampiun bersama Persipura dan Sriwijaya FC, dan Jacksen Tiago yang menjadi juara bersama Persebaya Surabaya dan Persipura Jayapura, dan Henk Wullems yang membawa Bandung Raya dan PSM Makassar menjadi juara Liga Indonesia.

Stefano Cugurra Teco merupakan pelatih asal Brasil yang mampu meraih prestasi terbaik dalam dua musim berturut-turut di dua klub yang berbeda. Berkat keberhasilannya membawa dua klub berbeda meraih juara, Teco pun menorehkan prestasi dalam sejarah sepak bola Indonesia sebagai satu-satunya pelatih terbaik liga teratas di negeri ini yang mampu dua kali juara berturut-turut bersama tim berbeda .

Awalnya Teco  datang ke Indonesia pada akhir 2016 dan mendampingi Persija Jakarta di Liga 1 2017. Tahun pertamanya di Persija, pelatih asal Brasil itu mampu membawa tim Macan Kemayoran finis di peringkat keempat.  Tahun keduanya di Persija, Teco pun membawa Persija meraih gelar juara Liga 1 2018. Di penghujung kompetisi, prestasi Teco itu membawanya menyabet gelar pelatih terbaik Liga 1 2018.

Di musim 2019, Teco mendapatkan tawaran dari Bali United untuk menangani tim tersebut. Berbekal pemain-pemain berkualitas dan beberapa pemain yang dibawanya dari Persija, Teco pun berhasil mengantar Bali United menjadi juara pada akhir musim 2019. Teco pun terpilih kembali sebagai pelatih terbaik Liga 1 2019 sama seperti yang dicapainya musim sebelumnya bersama Persija Jakarta.

Pelatih Tim Juara Liga Indonesia

Musim Juara Nama pelatih
1994/95 Persib Bandung Indra Thohir
1995/96 Bandung Raya Henk Wullems
1996/97 Persebaya Surabaya Rusdy Bahalwan
1997/1998 Liga dihentikan karena gejolak politik
1998/99 PSIS Semarang Edy Paryono
1999/00 PSM Makassar Henk Wullems
2001 Persija Jakarta Sofyan Hadi
2002 Petrokimia Putra Igor Dubrovin
2003 Persik Kediri Jaya Hartono
2004 Persebaya Surabaya Jacksen F Tiago
2005 Persipura Jayapura Rahmad Darmawan
2006 Persik Kediri Daniel Roekito
2007 Sriwijaya FC Rahmad Darmawan
2008/09 Persipura Jayapura Jacksen F Tiago
2009/10 Arema Robert Rene Alberts
2010/11 Persipura Jayapura Jacksen F Tiago
2011/2012* Sriwijaya FC Kas Hartadi
2013 Persipura Jayapura Jacksen F Tiago
2014 Persib Bandung Djajang Nurdjaman
2015 Liga dihentikan karena kisruh PSSI dan sanksi FIFA
2016 Liga ditiadakan diganti ISC A yang dimenangi Persipura Jayapura
2017 Bhayangkara FC Simon McMenemy
2018 Persija Jakarta Stefano Cugurra
2019 Bali United Stefano Cugurra
2020 LIga ditiadakan karena pandemi Covid-19
2021 Mulai 27 Agustus 2021

*dualisme liga yakni LPI dan LSI. LSI tidak diakui oleh PSSI dibawah pimpinan Djohar Arifin Husin, sebaliknya LPI yang diakui PSSI.

Sumber: Litbang Kompas/ERI, disarikan dari pemberitaan Kompas dan PSSI

Selain Teco, pelatih yang mampu dua kali menghantarkan timnya juara Liga Indonesia yakni  Rahmad Darmawan. Ia berhasil membawa Persipura Jayapura meraih gelar juara Liga Indonesia 2005. Pencapaian itu buah dari perjalanan Persipura yang menjadi juara Wilayah Timur , dan kemudian menjadi pemuncak klasemen Grup B babak 8 besar Liga Indonesia 2005. Di partai final, Persipura Jayapura berhasil menang 3-2 atas Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 25 September 2005.

Dua musim kemudian di Liga Indonesia 2007-2008, Rahmad Darmawan yang menukangi tim Sriwijaya FC, berhasil membawa tim asuhannya yang berjuluk Laskar Wong Kito menjadi pemuncak klasemen Wilayah Barat dan maju ke babak empat besar. Sriwijaya FC Kembali menjadi teratas di fase tersebut, dan melaju ke partai final menghadapi PSMS Medan.  Di laga final yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung pada 10 Februari 2008, tim asuhannya berhasil mengalahkan PSMS Medan dengan skor 3-1.

Pelatih lainnya yang sukses meriah juara dengan tim yang berbeda adalah Jacksen Tiago. Setelah sukses mengantarkan Persebaya Surabaya promosi ke divisi utama, kasta tertinggi kompetisi sepak bola tanah air pada 2003, setahun kemudian ia berhasil membawa Persebaya juara Liga Indonesia 2004.

Pencapaian itu kemudian diulanginya bersama tim yang berbeda yakni Persipura Jayapura pada Liga Indonesia  musim 2007/2008.  Tak hanya musim 2007/2008, Pria kelahiran Rio de Janeiro Brasil itu kembali mengantarkan Persipura kampiun di Liga Indonesia musim 2010/2011 dan 2013. Selain itu, Jacksen Tiago ketika masih aktif bermain, berhasil membawa Persebaya juara musim 1996/1997 sekaligus menjadi top scorer musim tersebut.

Adapun pelatih asal Belanda Henk Wullems, prestasi gemilang dicapai ketika menangani klub Bandung Raya dan PSM Makasssar.  Ia menjadi pelatih asing pertama di era Liga Indonesia yang berhasil mempersembahkan juara buat klub yang dilatihnya yakni Bandung Raya di musim 1995/1996. Empat tahun berselang bersama skuad PSM Makassar, Henk Wullems yang diduetkan dengan pelatih lokal, Syamsuddin Umar, sukses membawa PSM menjuarai Liga Indonesia VI 1999/2000. (LITBANG KOMPAS)

KOMPAS/INGKI RINALDI

Penjaga gawang Persija Jakarta asal Moldova, Evgheny Khmaruk, mengamankan bola dari serangan Persik Kediri dalam lanjutan Liga Djarum Indonesia 2007 (12/9/2007) di Stadion Brawijaya, Kediri. Dalam partai tersebut, “Macan Kemayoran” Persija menahan imbang tuanrumah 1-1.

Artikel Terkait

Referensi

Buku

Herfiyana, Novan, dkk. 2011. Ensiklopedia Sepak Bola Indonesia. Jakarta: PT Lentera Abadi.

Saputra, Asep, dkk. 2010. Sepakbola Indonesia Alat Perjuangan Bangsa dari Soeratin hingga Nurdin Halid (1930-2010). Jakarta: Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.

Arsip Kompas

“Liga Indonesia Perlu Persiapan Matang”, KOMPAS 30 Januari 1994, hal. 4.

“Sudah Ada Titik Temu, Soal Liga Indonesia”, KOMPAS 31 Maret 1994, hal. 19.

“Liga Indonesia Bergulir November. * Perserikatan dan Galatama Digabung”, KOMPAS 28 Juli 1994, hal. 19.

“Demi Sepak Bola Nasional, Liga Harus Batal”, KOMPAS 30 Juli 1994, hal. 1.

“PSSI Bertanggung Jawab Jika Liga Indonesia Gagal”, KOMPAS 30 Juli 1994, hal. 19.

“Realisasi Liga Indonesia, Harus Melalui Persiapan yang Matang”, KOMPAS 31 Juli 1994, hal. 1.

“LI Menyalahi Hasil Kongres PSSI”, KOMPAS 1 Agustus 1994, hal. 1.

“Soal LI Bingungkan Pemain Galatama dan Persrikatan”, KOMPAS 2 Agustus 1994, hal. 19.

“Sekjen AFC Peter Vellapan: Liga Indonesia Cara Terbaik Tingkatkan Sepak Bola Nasional”, KOMPAS 4 Agustus 1994, hal. 19.

“Liga Indonesia Menjadi Liga Dunhill. *Status Kompetisi Belum Jelas”, KOMPAS 1 September 1994, hal. 19.

“Wapres: Sukses LI Tergantung Tekad Pengelola dan Kekompakan Masyarakat Sepak Bola. * PSSI Perlu Menjelaskan Kasus Persiba”, KOMPAS 1 November 1994, hal. 19.

“Juara Galatama dan Juara Perserikatan Mengawali Kompetisi Liga Indonesia * Perserikatan Berhak Memakai Pemain Asing”, KOMPAS 2 November 1994, hal. 19.

“Jadwal Pertandingan Liga Dunhill. 27 November – 26 April 1994. Putaran I”, KOMPAS 27 November 1994, hal. 4.

“Liga Bank Mandiri 2003 Dihadang Napas, Prestasi, dan Kualitas”, KOMPAS 3 Januari 2003, hal. 28.

“PSSI Setujui Format Dua Wilayah”, KOMPAS 6 Januari 2005, hal. 24.

“Kompetisi Sepak Bola Divisi Utama Liga Indonesia 2005 Diikuti 28 Klub”, KOMPAS 27 Januari 2005, hal. 24.

“Liga Profesional Indonesia, Kapan Datangnya?”, KOMPAS 2 Maret 2005, hal. 48.

“PSSI dan BLI Tidak Konsisten * Jumlah Peserta Kompetisi Kembali Berubah”, KOMPAS 10 Agustus 2006, hal. 30.

“Liga Indonesia: BLI Tetapkan Pembagian Wilayah Klub Divisi Utama”, KOMPAS 12 Desember 2006, hal. 28.

“Liga Super “Asal Jalan Dulu…””, KOMPAS 6 Maret 2008, hal. 34.

“Sepak Bola: Liga Super Indonesia Akan Diikuti 18 Klub”, KOMPAS 17 Juni 2008, hal. 28.

“Kongres Segera Digelar * Permintaan Presiden Bukti Pengurus PSSI Tidak Lagi Dipercaya”, KOMPAS 30 Januari 2010, hal. 30.

“Blatter Restui Kongres: Mantan Pemain Timnas Inginkan Perombakan PSSI”, KOMPAS 25 Maret 2010, hal. 30.

“Hari Ini Presiden Buka Kongres Sepak Bola”, KOMPAS 30 Maret 2010, hal. 30.

“Kongres Sepak Bola Nasional: PSSI Didesak Lakukan Reformasi dan Restrukturisasi”, KOMPAS 1 April 2010, hal. 1.

“Bekas Narapidana Dilarang Aturan * PSSI Harus Mematuhi Aturan Komite Olimpiade”, KOMPAS 16 Agustus 2010, hal. 30.

“LPI Bakal Bergulir Oktober * PT LI Ancam Coret Klub Peserta”, KOMPAS 18 September 2010, hal. 30.

“Liga Primer Indonesia: Tonggak Kemerdekaan Sepak Bola Indonesia”, KOMPAS 25 Oktober 2010, hal. 31.

“Awal Perubahan di Solo”, KOMPAS 8 Januari 2011, hal. 29.

“Kongres PSSI: Upaya Melanggengkan Kekuasaan”, KOMPAS 24 Januari 2011, hal. 30.

“Kisruh Sepak Bola: Batal, Pencalonan Nurdin-Nirwan”, KOMPAS 26 Februari 2011, hal. 1.

“Kisruh PSSI: Mosi Tidak Percaya 83 Anggota atas Nurdin”, KOMPAS 1 Maret 2011, hal. 1.

“Blatter Cekal Nurdin *FIFA Memantau dan Tahu Persis Situasi di Indonesia”, KOMPAS 9 Maret 2011, hal. 29.

“FIFA Bentuk Komite Normalisasi untuk Kasus PSSI”, KOMPAS 5 April 2011, hal. 1.

“Sepak Bola Indonesia: FIFA Ancam Bekukan PSSI”, KOMPAS 23 April 2011, hal. 29.

“Kongres PSSI: Djohar-Farid Harus Revolusioner”, KOMPAS 10 Juli 2011, hal. 8.

“Klub-klub Profesional Diranking”, KOMPAS 4 Agustus 2011, hal. 31.

“PSSI Tidak Akan Berkompromi * Penggabungan Klub untuk Memenuhi Kriteria AFC”, KOMPAS 5 Agustus 2011, hal. 31.

“Klub Tak Penuhi Syarat”, KOMPAS 26 Agustus 2011, hal. 31.

“FIFA dan AFC Bahas Kompetisi Pro”, KOMPAS 5 September 2011, hal. 31.

“Musim 2011/2012 Bergulir Setahun Penuh”, KOMPAS 28 September 2011, hal. 31.

“BOPI Izinkan Dua Liga Digelar Bersamaan”, KOMPAS 30 November 2011, hal. 31.

“PSSI Beri Sanksi, LSI Jalan Terus”, KOMPAS 14 Desember 2011, hal. 30.

“PSSI Tetap Gelar KLB Palangkaraya *KPSI Gelar Kongres Sendiri di Jakarta”, KOMPAS 10 Desember 2012, hal. 31.

“PSSI dan KPSI Akhiri Konflik”, KOMPAS 19 Februari 2013, hal. 30.

“FIFA Tegaskan Status KLB”, KOMPAS 6 Maret 2013, hal. 30.

“Dualisme PSSI Berakhir Sudah”, KOMPAS 18 Maret 2013, hal. 1.

“Verifikasi Klub Harus Pastikan Finansial”, KOMPAS 21 Maret 2013, hal. 30.

“IPL Dihentikan, PSSI Gelar ”Play Off””, KOMPAS 3 Oktober 2013, hal. 30.

“Unifikasi: Peserta Kompetisi Harus Tetap Diselamatkan”, KOMPAS 3 Oktober 2013, hal. 30.

“Final ISL 15 November 2014: Sebanyak 22 Tim Dibagi dalam Wilayah Barat dan Timur”, KOMPAS 4 Januari 2014, hal. 22.

“BOPI Minta ISL Ditunda”, KOMPAS 14 Februari 2015, hal. 30.

“Klub ISL Keberatan”, KOMPAS 17 Februari 2015, hal. 31.

“Menpora Segera Surati FIFA”, KOMPAS 21 Februari 2015, hal. 30.

“Liga Super Indonesia: Polri – Persebaya dan Arema Tak Diberi Izin”, KOMPAS 4 April 2015, hal. 30.

“Peringatan untuk PSSI”, KOMPAS 9 April 2015, hal. 30.

“BOPI Tegur PT Liga Indonesia”, KOMPAS 11 April 2015, hal. 31.

“Peringatan FIFA Harus Jadi ”Cambuk” bagi PSSI”, KOMPAS 13 April 2015, hal. 30.

“Momentum Membenahi Sepak Bola Nasional”, KOMPAS 19 April 2015, hal. 1.

“Momentum Perbaikan Liga”, KOMPAS 3 Mei 2015, hal. 8.

“Momentum Perbaikan Sepak Bola Nasional”, KOMPAS 31 Mei 2015, hal. 1.

“Pemerintah dan FIFA Sepakat Cari Solusi”, KOMPAS 3 November 2015, hal. 1.

“FIFA: Komite ”Ad Hoc” Reformasi Jadi Solusi”, KOMPAS 4 November 2015, hal. 1.

“Sejalan, Pemikiran Imam dan Agum”, KOMPAS 11 Februari 2016, hal. 28.

“Akuntabilitas, Prasyarat Pencabutan Pembekuan”, KOMPAS 25 Februari 2016, hal. 1.

“Klub-klub Usulkan KLB PSSI Terkait La Nyalla”, KOMPAS 19 Maret 2016, hal. 31.

“Pemerintah Dukung Kompetisi ISC”, KOMPAS 11 April 2016, hal. 30.

“Menpora Cabut Pembekuan PSSI”, KOMPAS 11 Mei 2016, hal. 29.

“Perbaikan Tata Kelola Harus Berlanjut”, KOMPAS 15 Mei 2016, hal. 8.

“PSSI Tanggapi Tuntutan Kongres Luar Biasa”, KOMPAS 19 Mei 2016, hal. 29.

“Sikap FIFA Diharapkan Menjadi Awal Baik”, KOMPAS 16 Oktober 2016, hal. 9.

“Pintu Masuk Pembenahan Sepak Bola”, KOMPAS 10 November 2016, hal. 31.

“PSSI ”Rumah Besar” Sepak Bola Indonesia”, KOMPAS 11 November 2016, hal. 1.

“Tonggak Bersejarah Sepak Bola Nasional * Program Kerja Garuda Emas Menjadi Acuan PSSI Membangkitkan Prestasi Tim Nasional”, KOMPAS 9 Januari 2017, hal. 31.

“Korona Hentikan Liga”, KOMPAS 15 Maret 2020, hal. 4.

“Liga Indonesia Dihentikan hingga Akhir Juni”, KOMPAS 28 Maret 2020, hal. 19.

“Kompetisi Dipastikan Berlanjut”, KOMPAS 18 September 2020, hal. 13.

“Klub-klub Masih Menunggu Kepastian”, KOMPAS 30 Oktober 2020, hal. 14.

“Kompetisi Liga 1 dan 2 Dimulai Juli”, KOMPAS 25 Mei 2021, hal. 14.