Paparan Topik | Sains Bumi

Hari Sains Sedunia untuk Perdamaian dan Pembangunan

Potensi besar sains bagi perdamaian dan pembangunan nasional hingga global diperingati setiap tanggal 10 November. Ruang sains juga didorong untuk menjadi inklusif, multidimensi, melibatkan kaum marjinal, dan memperoleh perhatian dari para pembuat kebijakan.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Seroang pelajar mencoba perangkat virtual reality (VR) dalam Expo Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Nasional 2022 di Asrama Haji, Pondok Gede, Bekasi, Rabu (12/10/2022). Sebanyak 446 siswa dari seluruh provinsi di Indonesia akan berlomba di Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Nasional Tahun 2022.

Fakta Singkat

  • Peringatan Hari Sains Sedunia bertujuan menekankan kapasitas sains bagi perdamaian dan pembangunan dunia dan menjembatani sains dengan masyarakat.
  • Sains memiliki makna yang luas. Tidak hanya ilmu alam, sains juga mencakup seluruh pengetahuan yang disusun atas alat-alat formal, seperti logika, metodologi, teori himpunan, dan probabilitas matematis.
  • Peringatan Hari Sains Sedunia pertama kali digagas oleh delegasi dari Etiopia dan Malawi pada World Conference on Science di Hungaria tahun 1999.
  • Peringatan Hari Sains Sedunia pertama kali diresmikan pada tahun 2001 lewat UNESCO General Conference dan pertama kali diperingati pada tahun 2002.
  • Tema Hari Sains Sedunia 2024 adalah “Why Science Matters: Engaging Minds and Empowering Futures” menjadi ruang bagi dialog akan relevansi sains dengan ilmuwan.

Setiap tahunnya pada tanggal 10 November, masyarakat dunia memperingati Hari Sains Sedunia untuk Perdamaian dan Pembangunan. Dikenal juga dengan World Science Day for Peace and Development, situs resmi PBB menekankan tujuan peringatan ini adalah memperbaharui ingatan kolektif akan kapasitas dan kontribusi sains bagi perdamaian dan pembangunan dunia. Selain itu, peringatan ini juga digunakan untuk meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya sains dan menjembatani sains dengan masyarakat.

Sementara menurut situs situs Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), tujuan utama dari hari peringatan ini adalah mempertegas peran sains bagi masyarakat dan mendorong kehadiran sains dalam isu publik yang lebih luas. Hari Sains Sedunia menjadi salah satu cara UNESCO untuk menghubungkan masyarakat dengan sains, terutama untuk tetap mengikuti perkembangan sains dan mendorong masyarakat yang berkelanjutan.

KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Seorang anak membaca penjelasan tentang otak manusia dalam pameran sains bertajuk “Universum. Mensch. Intelligenz.” di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa (9/7/2024). Pameran yang digelar lembaga kebudayaan Jerman Goethe-Institut dan organisasi riset Max Planck Society ini menyajikan informasi tentang penelitian mutakhir di Jerman bagi pemelajar bahasa Jerman, penggemar ilmu pengetahuan, dan masyarakat umum.

Apa itu Sains?

Sains bukan semata merujuk pada mata pelajaran seperti di sekolah dasar. Konsep sains bukan juga merujuk pada artian sempit ilmu alam belaka. Luasnya cakupan definisi sains bisa merujuk pada KBBI, yang meletakkannya dalam definisi “pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya”.

Kompas.id (27/2/2024, Ilmu dan Sains) menuliskan bahwa sains pun berbeda dengan konsep “pengetahuan”. Pengetahuan atau knowledge merujuk pada cakupan yang lebih luas. Susunan pengetahuan pun tidak selalu didirikan atas dasar metode keilmuan tertentu, melainkan bisa diperoleh secara umum.

Dengan demikian, yang membedakan sains dengan pengetahuan lainnya adalah metode yang menyusunnya. Sains disusun atas dasar metode ilmiah sebagai hasil dari sistematika akal sehat dan skeptisisme. Mengutip esai Andi Hakim Nasoetion berjudul Beberapa Catatan: Ilmu dan Science Serta Eksakta dan Non Eksakta pada tahun 1968, sains ditegaskan “bukan hanya mencakup ’ilmu pengetahuan alam’. Setiap pengetahuan yang memasuki taraf kuantitatif berubah menjadi suatu science.”

Pemahaman demikian selaras dengan esai Jonathan Lopez dalam buku Pengantar Filsafat: Epistemologi. Sains, sebagai bentuk pengetahuan formal, tersusun dengan alat-alat formal seperti logika, teori himpunan, dan probabilitas matematis. Dampaknya, sains mampu diterapkan secara lebih luas. Sementara pengetahuan dapat tersusun dari metode-metode informal seperti intuisi, refleksi harian, dan bahasa sehari-hari.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Pelajar SMA Katolik Frateran melihat cerita bergambar yang dibuat dengan aplikasi berbasis kecerdasan buatan di Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya, Senin (10/6/2024). Dalam kesempatan tersebut pelajar yang hadir diberi pengetahuan dasar mengenai aplikasi-aplikasi yang menggunakan kecerdasan buatan. Selain itu pelajar juga diberi arahan untuk bijaksana dalam menggunakan aplikasi berbasis kecerdasan buatan.

Sejarah Peringatan Hari Sains Sedunia

Mengacu kembali pada situs resmi PBB, tanggal 10 November diproklamasikan sebagai Hari Sains Sedunia untuk Perdamaian dan Pembangunan oleh UNESCO. Keputusan tersebut diambil dalam UNESCO General Conference yang diselenggarakan pada 15 Oktober-3 November 2001. Hadirnya Hari Sains Sedunia menjadi salah satu poin resolusi yang diusung Dewan Eksekutif kepada Direktur Jenderal UNESCO pada 19 Oktober 2001.

Dalam dokumen resolusi, Hari Sains Sedunia merupakan tindak lanjut dari World Conference on Science yang diselenggarakan di Budapest, Hungaria pada tahun 1999. Dalam konferensi tersebut, tercipta pembahasan akan kebermanfaatan sains bagi pengetahuan dan kerangka kerja untuk aksi-aksi nyata. Usul akan diadakannya peringatan tersebut disampaikan oleh delegasi dari Etiopia dan Malawi, namun belum diresmikan karena harus melalui tahap studi kelayakan (feasibility study) terlebih dahulu.

Sebagai tindak lanjut, sebagai bahan pertimbangan dan studi kelayakan pelaksanaan Hari Sains Sedunia, penyusunan resolusi dilakukan dengan didasarkan pada lebih dari 200 kuisioner dari 84 representasi lembaga internasional dan negara. Hasilnya, pelaksanaan Hari Sains Sedunia memiliki manfaat untuk menekankan pentingnya peran sains dan ilmuwan bagi masyarakat yang berkelanjutan dan pelibatan warga negara dalam sains.

Selain itu, Hari Sains Sedunia juga diyakini dapat menjadi ruang untuk menunjukkan kepada masyarakat umum relevansi sains dalam kehidupan mereka dan melibatkan mereka dalam diskusi. Upaya-upaya demikian dapat menghadirkan perspektif optimistik bagi keterlibatan lebih lanjut sains dalam perdamaian dan pembangunan global.

KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Aktivitas peneliti di Laboratorium Genomik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/7/2023). Ketua Dewan Pengarah BRIN Megawati Soekarnoputri melakukan kunjungan kerja KST Soekarno untuk meresmikan gedung Animalium dan meninjau aktivitas penelitian di Laboratorium Genomik. KST Soekarno sendiri merupakan pusat riset terintegrasi yang saat ini dikelola oleh BRIN dan diinisiasi oleh Presiden Soekarno sejak tahun 1964.

Tahun 2002 menjadi kali pertama penyelenggaraan Hari Sains Sedunia. Penyelenggaraan pertama tersebut dilangsungkan meriah, dengan melibatkan berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, Komisi Nasional UNESCO, ilmuwan, lembaga penelitian, teknokrat, sekolah, guru, hingga media.

Buletin periodik UNESCO A World of Science yang terbit pada akhir 2002 mencatat, Hari Sains Sedunia di Afrika Selatan dan Lesotho diperingati di Kota Mohale’s Hoek. Di India,  UNESCO  Club  meyelenggarakan kompetisi esai dan diskusi panel dengan Universitas Jawaharlal Nehru di Kota New Delhi. Sementara di Hungaria, Research  Student Association mengadakan konferensi bertajuk “Depth of Scientific Thinking and The Acceleration of The 21st Century”.

Sejak itu, Hari Sains Sedunia pun rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Berbagai pihak terus terlibat aktif dalam peringatannya tiap 10 November. Tidak hanya penyelenggaraan kegiatan, Hari Sains Sedunia juga berhasil mendulang sponsor dan donor untuk berbagai pengembangan sains atas nama perdamaian dan pembangunan.

Peran Sains bagi Perdamaian

Peran sains bagi perdamaian disoroti oleh pemenang Hadiah Nobel Fisika 1979, Sheldon Lee Glashow dalam kuliah umum “Bagaimana Sains Dasar Mendorong Perkembangan Teknologi dan Sebaliknya” di Universitas Bina Nusantara, Jakarta pada 8 Agustus 2017. Glashow menekankan bahwa sains mampu menjadi ruang bagi siapapun untuk maju bersama, bahkan melampaui konflik politik.

Ia mencontohkan, saat Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, para ilmuwan dari kedua blok tetap saling berkunjung dan melakukan kerja sama. Para ilmuwan tidak terlalu terpengaruh dengan situasi politik dan militer yang terjadi karena memiliki tujuan yang sama, yakni mengembangkan ilmu pengetahuan.

Kuliah umum Glashow tersebut merupakan proyek kerja sama antara Universitas Bina Nusantara dengan Yayasan Perdamaian Internasional (International Peace Foundation/IPF), lembaga non-profit yang mempromosikan perdamaian dunia dan lintas budaya melalui proyek dan kelompok masyarakat ilmiah (Kompas.id, 8/2/2017, Sheldon Lee Glashow: Sains Dukung Perdamaian).

Hubungan antara sains dengan perdamaian juga ditekankan oleh Paus Fransiskus dalam sidang pleno bertema “Basic Science for Human Development, Peace, and Planetary Health” di Vatikan, pada 8-10 September 2022. Paus menekankan peran sains untuk menjaga bumi dan menyudahi masalah peperangan. Menurutnya, melalui studi lintas disiplin, sains mampu memberikan jawaban bagi berbagai tantangan masyarakat dan lingkungan.

Paus menyoroti bahwa saat ini masyarakat dunia tengah menghadapi “perang dunia ketiga”. Di dalamnya, terkandung penderitaan, kemiskinan, dan bentuk-bentuk baru perbudakan. Oleh karenanya, ilmu-ilmu seperti astronomi, fisika, matematika, iklim, hingga filsafat perlu bertemu dan bekerja sama bagi perdamaian.

KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA

Peserta pameran menjelaskan cara kerja mesin injektor nutrisi telur pratetas kepada pengunjung dalam Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo) 2024 di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Jumat (9/8/2024). Pameran yang mengangkat tema “Innovate, Collaborate, Empowering Indonesia” ini diikuti 251 peserta dari kementerian, lembaga pemerintah daerah, perguruan tinggi, BUMN, industri, asosiasi, UMKM, dan organisasi internasional. Mereka memamerkan produk dan ide-ide baru kepada publik, pemangku kepentingan, dan industri.

Peran sains bagi perdamaian dapat ditelisik dalam masyarakat adat yang tinggal di ekosistem gambut. Riset etnografi Fire Play yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial dan Politik Universitas Indonesia (LPPSP UI) pada tahun 2023 menemukan bahwa pengetahuan ilmiah atas lahan gambut tidak dibarengi dengan kebijakan yang sesuai. Gambut memerlukan penanganan yang berbeda dengan lahan pertanian biasa oleh karena materi organik dan tingkat keasaman yang berbeda.

Ketidakselarasan kebijakan dengan sains ini berdampak pada tersudutnya masyarakat lokal. Di Kalimantan Tengah misalnya, beberapa kali terjadi penangkapan penduduk karena menggunakan metode pertanian dengan api yang dinilai tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah. Padahal, penggunaan api diperlukan untuk menetralkan tingkat keasaman lahan dan menyuburkan materi organik. Konflik adat pun tidak terelakkan, bahkan berdampak pada penangkapan sejumlah anggota masyarakat Dayak.

Seandainya kebijakan pemerintah berlandaskan pada sains, terutama terhadap situasi gambut dan kebutuhan penanganannya, konflik dan penyingkiran adat tentunya dapat terhindarkan. Lebih lagi, keselarasan sains dan kebijakan dapat menjaga perdamaian masyarakat adat dengan negara dan mendorong kesinambungan pertanian yang berkelanjutan.

Peran Sains bagi Pembangunan

Sementara peran sains bagi pembangunan dipaparkan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Prof. Daniel Murdiyarso di Menara Kompas, Jakarta pada 18 Agustus 2023. “Seharusnya Indonesia Emas 2045 dibarengi dengan pengembangan sains dalam negeri karena hal itu yang akan mengawalnya,” ujarnya. Ia percaya bahwa pengembangan sains akan mengisi dan memperbaiki kekurangan dari penggunaan teknologi sekaligus mengoptimalkan berbagai potensi untuk kemajuan bangsa.

Daniel mencotohkan peran tersebut dalam sektor pembangunan energi bersih. Kontribusi ilmuwan akan berdampak besar pada kebijakan penghentian penggunaan energi fosil dan penggunaan energi bersih pada tahun 2045. Inovasi penyediaan sumber-sumber energi alternatif dan terbarukan tentu lahir dari proyek-proyek sains.

Tidak hanya soal energi, kontribusi sains bagi pembangunan juga tampak pada sektor pangan. Anggota Komisi Ilmu Rekayasa AIPI Budhi Muliawan Suyitno, mengatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi besar sebagai lumbung pangan dunia. Hal tersebut selaras dengan kandungan tanah Indonesia yang juga mengandung banyak logam tanah langka sebagai sumber energi.

Hal-hal demikian dapat tercapai melalui maksimalisasi potensi, yang dapat dikembangan melalui proyek-proyek penelitian pada koridor sains. “Bisakah kita hidup serasi, selaras, seimbang dalam harmoni semesta? Tentunya ini perlu kolaborasi semua pihak yang mempunyai kesadaran untuk melestarikan Bumi,” katanya (Kompas.id, 18/8/2023, Indonesia Emas 2045 Perlu Dibarengi Pengembangan Sains Dalam Negeri).

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Gedung Lembaga Biologi Melekuler Eijkman atau Lembaga Eijkman di Jakarta Pusat, Selasa (4/1/2022).

Keterhubungan sains dengan kebijakan pembangunan juga tersorot dalam The International Network for Governmental Science Advice (INGSA) 2024 di Kigali, Rwanda pada Mei 2024 lalu. Presiden INGSA Remi Quirion menekankan pentingnya penyusunan kebijakan yang tidak hanya berdimensi politik, namun lebih lagi berlandaskan pada bukti saintifik.

”Kita perlu terus mencari cara-cara baru untuk mendukung kebijakan berbasis bukti dan praktik tata kelola di semua tingkatan,” ujar Quirion. Konferensi yang dipimpinnya tersebut mempertemukan berbagai lembaga riset sains, peneliti, pengambil kebijakan, hingga organisasi dunia untuk mendorong saran ilmiah bagi arah pembangunan dan kebijakan (Kompas.id, 2/5/2024, Dari Rwanda, Komunitas Sains Dunia Dorong Kebijakan Berbasis IPTEK).

Selan itu, proyek-proyek sains juga dapat mendukung pengentasan berbagai masalah pembangunan berkelanjutan. Misalnya saja, penciptaan kota-kota ramah lingkungan, mengurangi dan memanfaatkan sampah, menginisiasi sumber energi bersih, hingga mengelola air bersih. Saran ilmiah diperlukan dalam inisiatif-inisiatif tersebut (Kompas.id, 1/6/2024, Demi Masa Depan Bumi, Saatnya Pembangunan Berpijak Sains).

Akses Berkeadilan atas Sains

Berangkat dari pentingnya kontribusi sains bagi dunia, terutama dalam perdamaian dan pembangunan, Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mendorong sains untuk menjadi ruang yang inklusif dan terbuka bagi beragam pihak. Hal ini disampaikannya dalam surat terbuka pada peringatan Hari Sains Sedunia 2023. Dorongan tersebut ditujukkan tidak hanya bagi para ilmuwan terutama untuk dukungan dalam melaksanakan berbagai proyek penelitian, namun juga masyarakat terpinggir.

Azoulay mendorong keterbukaan sains. Dalam kaitannya dengan ilmuwan, ia menyoroti perlunya akses pada data, dana, dan peralatan. Ilmuwan juga perlu berkolaborasi dengan rekan-rekan sejawat agar kemajuan dapat dipercepat dan kesenjangan pengetahuan lintas negara dapat dijembatani.

Azoulay juga menyoroti pentingnya membuka sains bagi kelompok-kelompok yang terpinggirkan, terutama perempuan dan masyarakat adat. Ia memberikan contoh, bahwa catatan UNESCO menunjukkan hanya satu dari tiga peneliti yang berjenis kelamin perempuan. Karena itu, UNESCO bekerja untuk mendorong kesetaraan gender dalam sains, misalnya melalui inisiatif di Afrika dan Karibia. Dalam 25 tahun terakhir, proyek ini telah memperkuat karir lebih dari 4.100 ilmuwan perempuan dari lebih dari 110 negara.

Dalam dunia yang berubah dengan cepat, mendukung keterjangkauan sains dan menumbuhkan partisipasi di dalamnya telah menjadi kebutuhan mendesak. Oleh karena itu, Azoulay melalui UNESCO juga menyerukan peningkatan pendanaan untuk penelitian ilmiah, keterwakilan perempuan yang lebih tinggi, akses yang lebih luas terhadap pendidikan sains untuk semua, dan keterlibatan publik dalam proses ilmiah. “Sains yang lebih terbuka, lebih didanai, dan lebih setara adalah sains yang sangat dibutuhkan dunia,” tulis Azoulay.

Atas dasar itulah, UNESCO telah menginisiasi Open Science (Sains Terbuka) sejak tahun 2021. Open Science adalah inisiatif yang bertujuan untuk membuat berbagai penelitian ilmiah lebih mudah diakses, inklusif, dan kolaboratif. Di dalam Open Science, terkandung berbagai prinsip dan pedoman untuk mempromosikan akses terbuka ke data ilmiah, pengetahuan, dan alat-alat penelitian, sehingga manfaat dari kemajuan ilmiah dapat dinikmati secara luas.

Open Science mendorong akses ke data dan pengetahuan ilmiah. Ditekankan, bahwa seharunya para ilmuwan dan masyarakat umum memiliki akses gratis ke data, publikasi, dan informasi ilmiah. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan hambatan yang membatasi akses terhadap pengetahuan ilmiah, terutama bagi institusi dan negara dengan sumber daya terbatas.

Selain itu, Open Science juga mengamanatkan bidang sains menjadi lebih inklusif, terutama bagi perempuan, masyarakat adat, dan kelompok lain yang kurang terwakili. Ini termasuk mendorong partisipasi mereka dalam penelitian. Dengan membuat proses ilmiah lebih terbuka dan mendorong partisipasi publik, UNESCO berupaya mengharapkan peningkatan kepercayaan publik terhadap sains.

Melalui Open Science, UNESCO membayangkan lingkungan ilmiah global di mana pengetahuan mengalir bebas, penelitian bermanfaat bagi semua orang, dan sains dapat mendukung berbagai upaya pengentasan tantangan global dengan lebih efektif.

Hari Sains Sedunia 2024

Hari Sains Sedunia untuk Perdamaian dan Pembangunan tahun 2024 akan jatuh pada hari Minggu, 10 November. Pada kesempatan kali ini, tema yang diusung adalah “Why Science Matters: Engaging Minds and Empowering Futures” (Mengapa Sains Penting: Menggerakkan Pikiran dan Memberdayakan Masa Depan).

Tema tahun 2024 ini memberikan ruang dialog dan pertanyaan terhadap para ilmuwan ternama, khususnya soal bagaimana sains bisa berdampak pada kehidupan harian masyarakat. Lebih lagi, dialog dapat dibawa pada upaya penemuan solusi akan kontribusi sains dalam menjawab berbagai tantangan di tingkat lokal, nasional, hingga global.

Tema tersebut juga berada dalam kerangka Dekade Sains untuk Pembangunan Berkelanjutan/International Decade of Sciences for Sustainable Development periode 2024–2033. Penetapan dekade ini dilakukan oleh United Nations General Assembly (UNGA) pada Agustus 2023 lalu. Tujuan penetapan kerangka kerja ini adalah mendorong kemajuan pemahaman sains demi kesejahteraan manusia dan lingkungan.

Selain itu, Hari Sains Sedunia 2024 juga akan digunakan untuk mendorong partisipasi generasi muda melalui forum dan jaringan pemuda UNESCO. Tujuannya adalah menggali peran ilmu pengetahuan dalam dunia digital yang cepat berubah. Kaum muda akan diberi kesempatan untuk berdialog dengan ilmuwan ternama dan memahami bagaimana sains memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Referensi

Arsip Kompas
Buku
  • Lopez, J. (2022). Epistemologi, Probabilitas, dan Sains. Dalam B. C. Barnett, Pengantar Filsafat: Epistemologi (hal. 141-170). Yogyakarta: Penerbit Antinomi.
Internet

Artikel terkait