Paparan Topik | Kesehatan

Hari Osteoporosis Sedunia: Upaya Mencegah dan Mengobati Osteoporosis

Osteoporosis berpengaruh pada kekuatan tulang akibat menurunnya massa tulang. Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan osteoporosis menduduki peringkat kedua setelah jantung sebagai masalah kesehatan dunia.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Ribuan peserta dari berbagai kelompok, mulai dari Klub Senam Osteoporosis, karyawan Departemen Kesehatan, perwakilan WHO, Yayasan Jantung Indonesia, Yayasan Kanker Indonesia, pelajar dan mahasiswa, dan lainnya bergabung dalam kegiatan senam bersama di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu (13/4/2008).

Fakta Singkat

  • Hari Osteoporosis Sedunia diperingati setiap 20 Oktober.
  • Dua dari lima orang Indonesia berisiko mengalami osteoporosis, sedangkan di dunia satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria usia 50 tahun ke atas yang berisiko mengalaminya.
  • Sekitar 30–40 persen wanita di seluruh dunia mengalami resiko patah tulang akibat osteoporosis.
  • Pasien osteoporosis dapat diberikan terapi dengan hormonal atau bukan hormonal, seperti vitamin D, Kalsium, dan Bifosfonat.
  • Vitamin D dan Kalsium sangat dibutuhkan untuk membantu tulang yang kuat. Keduanya dapat diperoleh dari susu, ikan sarden, ikan salmon, tahu, dan sayuran yang mengandung vitamin C, B, dan kalium.

Sehat di usia tua adalah dambaan setiap orang agar dapat menjalani aktivitas dan menikmati hidup sebagai manusia usia lanjut. Namun, seiring bertambahnya usia, kondisi fisik menurun, termasuk kekuatan tulang.

Pembentukan tulang berlangsung sejak kanak-kanak hingga usia 35 tahun, setelah itu kepadatan tulang menurun. Kondisi menurunnya kepadatan tulang dapat berakibat menjadi pengeroposan tulang atau yang disebut osteoporosis.

Osteoporosis dianggap sebagai penyakit degeneratif yang berpengaruh pada tulang karena menurunnya massa tulang. Kerusakan itu disebabkan berkurangnya matriks dan mineral yang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur jaringan tulang hingga kekuatan tulang menurun.

Menurut data Riskesdas 2018, terdapat 36,4 persen laki-laki dan 30,7 persen perempuan yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktifitas fisik sehingga memicu osteoporosis pada lanjut usia. Di tingkat global, satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria berusia 50 tahun ke atas berisiko mengalami osteoporosis, sedangkan di Indonesia, dua dari lima orang berisiko mengalami osteoporosis.

Tulang dalam tubuh manusia sesuai fungsinya terdiri dari osteoblas (sel pembangun) dan osteoklas (sel pembongkar). Dalam kondisi normal, tulang akan bekerja silih berganti untuk saling mengisi, sehingga tulang akan menjadi utuh. Pada penderita osteoporosis, kerja osteoklas akan melebihi kerja osteoblas, sehingga kepadatan tulang akan berkurang lebih cepat dibandingkan dengan pembentukannya.

Osteoporosis tidak bergejala, sehingga tidak dapat diketahui secara kasatmata. Ketika terjadi kecelakaan seperti terjatuh atau patah tulang, tubuh akan memicu rasa nyeri, kecacatan, dan komplikasi penyakit.  

Pada warga lanjut usia, fenomena yang terjadi adalah postur tubuh yang memendek dan membungkuk. Padahal gejala tersebut sering disertai sakit punggung dan cedera.

Meskipun bukan penyakit fatal seperti penderita jantung, osteoporosis harus tetap diwaspadai. Menurut Yayasan Osteoporosis Internasional (IOF), 20 persen pasien patah tulang osteoporosis meninggal dalam jangka waktu satu tahun. Sepertiga dari pasien patah tulang osteoporosis harus terus berbaring dan sepertiga lainnya harus dibantu agar dapat berdiri. Hanya sepertiga dari pasien osteoporosis yang sembuh dan beraktifitas normal kembali.  

KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO

Para artis dari kiri: Mieke Widjaja, Titiek Puspa, dan Ida Kusuma yang tergabung dalam Gerakan Artis Peduli menghadiri peluncuran program Bulan Kampanye Osteoporosis oleh Menteri Kesehatan Achmad Sujudi di Jakarta, Senin (27/9/2004).

Apa itu Osteoporosis?

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous. Osteo artinya tulang dan porous artinya berulang-lubang atau keropos, atau tulang yang keropos. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan bahwa osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya masa tulang, dan ada perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Hal itu mengakibatkan menurunnya kekuatan tulang, meningkatkan kerapuhan tulang dan resiko terjadinya patah tulang. Bahkan, WHO mengungkapkan bahwa osteoporosis menduduki peringkat kedua setelah jantung sebagai masalah kesehatan dunia.

Berdasarkan data internasional Osteoporosis Foundation, sekitar 30–40 persen wanita di seluruh dunia mengalami resiko patah tulang akibat osteoporosis. Namun, bagi laki-laki resikonya hanya 13 persen yang akan terkena osteoporosis. Data global tersebut juga mengungkapkan bahwa kejadian patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis mencapai 1,7 juta orang dan diperkirakan angka tersebut  akan meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050.

Pada 2013, prevalensi osteoporosis pada perempuan berusia 50–80 tahun sebanyak 23 persen dan usia perempuan usia 70–80 tahun ada 53 persen. Menurut Bone Health and Osteoporosis Foundation ada sekitar 2,8 juta pria mengalami osteoporosis dan 14,4 juta pria mengalami massa tulang yang rendah (astopenia)

Menurut WHO, osteoporosis mengancam 30 persen penduduk Indonesia, dengan angka fraktur tulang panggung sekitar 119 per 100.000 orang. Pada tahun 2050 diperkirakan ada sekitar 300 juta penduduk Indonesia, sekitar sepertiganya berisiko osteoporosis pada usia di atas 50 tahun.

Osteoporosis ditandai oleh dua hal, yaitu densitas (kepadatan) tulang berkurang dan kualitas tulang menurun. Densitas tulang, yaitu gram tulang per volume tulang, dan kualitas tulang menyangkut arsitektur, penghancuran dan pembentukan kembali (mineralisasi) tulang. Tulang yang normal mengandung protein, kolagen, dan kalsium. Jika kekurangan zat tersebut, tulang akan mengalami keropos. Tulang yang keropos sangat rentan mengalami fraktur, maka sangat penting menjaga densitas tulang.

Penyakit keropos tulang ini dapat diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Osteoporosis primer sangat erat kaitannya dengan hormon estrogen yang terjadi pada perempuan, terjadi antara 15–20 tahun setelah masa menopause atau pria berusia lanjut. Tipe osteoporosis sekunder biasa terjadi pada individu usia di atas 70 tahun yang terjadi karena kekurangan kalsium dan sel-sel perangsang pembentuk vitamin D.

Osteoporosis primer banyak dialami perempuan karena terjadi penurunan hormon estrogen yang biasanya menurun tiga tahun sebelum menopause dan terus berlanjut hingga 3–4 tahun setelah menopause. Massa tulang akan berurang 1–3 persen dalam tahun pertama menopause dan proses tersebut berlanjut hingga usia 70 tahun hingga wanita kehilangan 35–50 persen dari tulangnya.

Sementara itu, osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu, atau pun oleh tindakan pembedahahan dan pemberian obat yang efeknya mempercepat pengeroposan tulang.

Osteoporosis sekunder merupakan efek dari obat-obatan steroid alkohol, tembakau, tiroksin, anti kejang, obat-obatan hormon antiseks, heparin, lithium, metrotreksat. Sedangkan penyakit yang cenderung mengakibatkan osteoporosis adalah arthritis rheumatoid atau penyakit kronis yang menyebabkan kurangnya kalsium seperti ginjal, intoleransi terhadap produk susu serta penyakit sistem pencernaan.

Pada laki-laki, lebih banyak terjadi osteoporosis sekunder, salah satu penyebabnya adalah merokok. Merokok menyebabkan ketidakseimbangan dalam proses pembentukan tulang hingga menurunnya massa dan kepadatan tulang. Ironisnya dalam data Atlas tembakau Indonesia (2020) sekitar 60 persen laki-laki di Indonesia merokok.

Menurut data WHO dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) rata-rata konsumsi kalsium dan vitamin D orang Indonesia masih belum mencapai 1.000–1.300 mg per hari. Menurut Global Nutrition Report, data asupan kalsium Indonesia tercatat antara 0,3 gram (penghasilan rendah) dan 0,4 gram (penghasilan menengah).

Umumnya, pada laki-laki yang terjadi adalah penipisan pada tulang trabecular, yaitu arsitektur tulang dengan jaringan rumit dan elastis yang lebih keras. Sedangkan pada wanita, penurunan terjadi pada trabeculae, yaitu bagian dari trabecular yang merupakan pembentuk kisi-kisi dalam penyusunan tulang. 

Ciri yang mudah dikenali dari penderita osteoporosis adalah tubuhnya memendek dan membungkuk. Banyak orang keliru menganggap hal itu sebagai proses alamiah menjadi tua. Untuk pemeriksaan dapat dilakukan pada saat bertemu dokter. Jika pasien jatuh, lakukanlah foto rontgen, tes darah, atau pun pemeriksaan bone scan.

KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO

Chintami Atmanagara menghadiri peluncuran program Bulan Kampanye Osteoporosis oleh Menteri Kesehatan Achmad Sujudi di Jakarta, Senin (27/9/2004).

Dampak Osteoporosis

Kasus osteoporosis berdampak perekonomian keluarga seperti pengobatan apalagi tindakan operasi. Selain itu, ada beban finansial tidak langsung, yaitu resiko kehilangan pekerjaan, waktu, dan tenaga dari anggota keluarga yang mengurus pasien.

Biaya pengobatan seorang yang mengalami fraktur osteoporosis membutuhkan 80–100 juta rupiah. Patah tulang paha atas akibat osteoporosis berdampak sangat serius pada kesehatan dan kualitas hidupnya individu. Pasien osteoporosis membutuhkan waktu perawatan lebih lama dari pada pasien penyakit lain.

Hal lain yang harus diperhitungkan adalah pembiayaan tidak langsung, seperti pasien kehilangan pekerjaannya, serta beban ekonomi keluarga karena pasien osteoporosis sangat tergantung pada orang lain.

Jika anggota keluarga tidak bisa merawatnya, perlu menggaji orang lain untuk merawat pasien fraktur osteoporosis. Selain itu, keterbatasan gerak bagi penderita osteoporosis dapat mengakibatkan stress karena keinginan beraktifitas terhalang. Bahkan, kejadian patah tulang panggul memiliki risiko kematian yang tinggi.

Pada 2021, angka risiko osteoporosis Indonesia adalah 22,3 persen, sedangkan untuk asteopenia (proses sebelum osteoporosis) adalah 32,3 persen. Insiden tertinggi terdapat di Sulawesi Utara sebesar 27,7 persen, Jawa Barat sebesar 22,2 persen, dan Yogyakarta sebesar 17,1 persen.

Sebuah riset yang mengumpulkan data tahun 2009–2018 di Asia Pasifik menyebutkan bahwa prevalensi osteoporosis antara 10–30  persen wanita dan menyerang usia di atas 40 tahun. Sementara itu, insiden patah tulang osteoporosis berkisar 500–1000 per 100.000 orang per tahun, pada orang dewasa berusia di atas 50 tahun. Data tersebut diperoleh dari artikel dan literatur di Australia, Tiongkok, Taiwan, Hongkong, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.

Pengeroposan tulang dapat dipicu oleh beberapa faktor, yaitu:

  • Usia

Sejak lahir hingga usia 30 tahun, jaringan tulang yang bertambah lebih banyak daripada  jaringan tulang yang hilang. Namun, setelah usia 30 tahun jaringan tulang yang hilang lebih banyak daripada jaringan tulang yang terbentuk. 

  • Jenis kelamin

Resiko osteoporosis lebih besar pada wanita daripada laki-laki. Pada osteoporosis primer perbandingan antara wanita dengan pria, yaitu 5:1. Namun, pada osteoporosis sekunder, prevalensi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, yaitu 40–60 persen, yang diakibatkan oleh hipogonadisme, alkohol, atau pemakaian kortikosteroid yang berlebihan.

  • Ras

Umumnya ras Afrika Amerika memiliki massa tulang yang tertinggi sedangkan ras kulit putih terutama Eropa Utara memiliki massa tulang terendah. Massa tulang pada ras campuran Asia-Amerika berada di antara keduanya.

  • Riwayat Keluarga

Faktor genetik berpengaruh pada resiko osteoporosis, sehingga riwayat keluarga akan menjadi salah satu faktor pemicu.

  • Indeks Massa tubuh

Berat badan yang ringan, indeks massa tubuh yang rendah dan kekuatan tulang yang menurun memiliki resiko lebih tinggi pada berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh wanita. Wanita yang memiliki berat badan berlebih dan lemak berlebih, akan mengurangi penurunan massa tulang. Jaringan lunak dapat melindungi rangka tubuh dari trauma dan patah tulang.

  • Aktivitas Fisik

Olahraga dan latihan beban memberikan penekanan pada rangka tulang sehingga merangsang pembentukan tulang. Sebaliknya, orang yang lebih banyak diam dapat mengurangi massa tulang. Oleh sebab itu, atlet memiliki massa tulang lebih besar daripada non-atlet. Proporsi penderita osteoporosis pada orang yang memiliki aktivitas fisik dan beban pekerjaan harian pada usia 25–55 tahun lebih sedikit daripada orang yang memiliki aktivitas fisiknya rendah.

  • Penggunaan Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah obat yang banyak digunakan untuk berbagai penyakit termasuk autoimun. Namun, jika digunakan dalam jangka panjang akan menyebabkan osteoporosis sekunder dan fraktur osteoporotik. Kortikosteroid dapat menginduksi terjadi osteoporosis jika dikonsumsi lebih dari 7,5 miligram per hari selama lebih dari tiga bulan. Hal itu terjadi karena kortikosteroid menghalangi penyerapan kalsium dan ekskresi kalsium, bahkan lebih lanjut mengakibatkan terjadinya osteoporosis yang progresif.

  • Menopause

Wanita yang memasuki masa menopause mengalami penurunan produksi hormon estrogen dan progesterone, padahal kedua hormon tersebut berfungsi  mempertahankan remodelling tulang normal. Sehingga setelah menopause massa tulang makin berkurang dan yang paling terpengaruh adalah tulang trabecular. Makin lama tulang trabecular makin banyak berlubang atau terlepas dari jaringan sekitarnya.

  • Kebiasaan merokok.

Tembakau sangat meracuni tulang dan menurunkan kadar estrogen, sehingga wanita yang merokok apalagi memiliki berat badan rendah akan sangat rentan mengalami keropos tulang.

  • Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kebiasaan minum alkohol 750 ml per minggu berdampak pada massa densitas tulang.    

  • Riwayat Fraktur

Riwayat fraktur akan sangat berpengaruh pada osteoporosis, tetapi dapat diantisipasi dengan olahraga yang tepat dan  mengkonsumsi vitamin untuk mencegah osteoporosis.

Infografik Osteoporosis

Gangguan kesehatan osteoporosis tersebar di seluruh dunia dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama negara berkembang. Di Amerika, sebuah studi menunjukkan osteoporosis menyerang 20–25 juta penduduk, yaitu satu di antara 2–3 wanita post menopause dan lebih dari 50 persen penduduk di atas usia 75–80 tahun. Studi tersebut memperlihatkan bahwa 80 persen penderita osteoporosis adalah perempuan.

Osteoporosis dini dapat dideteksi dengan pemeriksaan kepadatan massa tulang, yaitu bone mineral densitometry  (BMD) melalui uji T-score dan Z score. International Society for Clinical Densitometry biasanya mengacu pada angka -2,5 atau kurang, pengukuran ini dapat dilakukan pada pria dan wanita. Selain itu, dapat dilakukan prosedur Peripheral DXA (mengukur kepadatan tulang di pergelangan tangan, jari-jari dan tumit kaki) dan Dual Energy X-Ray (pengukuran kepadatan tulang panggul).

Mencegah terjadinya pengeroposan tulang tentunya harus dimulai dari nutrisi yang tepat untuk tubuh. Idealnya tubuh memerlukan pemenuhan kalsium sebanyak 1.000 miligram per hari untuk wanita usia 19–50 tahun, termasuk ibu hamil dan menyusui. Untuk pria usia 17–70 tahun dibutuhkan 1.200 miligram per hari,  sedangkan pada wanita lansia disarankan memenuhi kalsium 1.200 miligram per harinya. Selain itu, dibutuhkan asupan vitamin D untuk orang dewasa sebesar 15–20 mikrogram atau 800-1000 IU perhari. Vitamin D dibutuhkan untuk proses penyerapan kalsium dalam tubuh.

Untuk mendapatkan vitamin D yang mudah dan murah adalah dengan berjemur di bawah sinar matahari pada pagi hari. Pukul jam 9 pagi hingga jam 2 siang selama 20–25 menit, setidaknya 2–3 kali seminggu. Khusus di wilayah Jakarta dan daerah yang dilintasi garis khatulistiwa, sinar matahari dengan UVB terbaik ada pada pukul 11 hingga 1 siang.

Selain suplemen vitamin D dan kalsium, asupan nutrisi untuk mencegah osteoporosis dapat diperoleh dari makanan alami. Susu merupakan sumber kalsium terbaik untuk menguatkan tulang, dan produk susu kemasan terkadang sudah ditambahkan vitamin D.

Sayuran adalah makanan terbaik baik tubuh karena serat dan vitamin yang terkandung di dalamnya. Vitamin C dalam sayuran berguna membentuk sel-sel pembentuk tulang. Vitamin K dan B kompleks berperan dalam proses pembekuan darah dan meningkatkan kesehatan tulang. Kekurangan vitamin B dapat melemahkan tulang. Kacang kedelai mengandung vitamin B, vitamin D, vitamin E, serta kandungan susu kedelai mengandung isoflvon dan phytoestrogen. Semua kandungan susu kedelai tersebut sangat baik untuk menjaga kesehatan tulang.

Meski tampaknya sederhana, tahu mengandung kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, vitamin D, A, B6 dan C yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis. Sama halnya dengan ikan sarden dan salmon yang mengandung vitamin D dan asam lemak Omega 3. Kedua jenis ikan tersebut  berfungsi menguatkan tulang dan menjaga kepadatan tulang. Selain itu makanan yang terbuat dari olahan tepung yang difortifikasi (penambah zat gizi) seperti roti baik untuk pemenuhan kesehatan tulang.

Terlalu sering mengkonsumsi kafein dan kelebihan garam juga tidak baik bagi tulang, karena kafein dan garam berlebih menghambat penyerapan kalsium di dalam tubuh.

Sebaiknya, tinggalkan kebiasaan merokok dan minum alkohol karena mengurangi kepadatan tulang. Nikotin dalam rokok memberikan efek toksik langsung pada osteoblast yang akan menyebabkan resiko patah tulang. Jangan lupa menjaga berat badan ideal agar terhindar dari beberapa penyakit, karena kelebihan berat badan meningkatkan risiko cedera pada tulang.

Selain makanan yang tepat, olahraga teratur dan aktif bergerak dapat  mengurangi risiko fraktur hingga 40 persen. Olahraga teratur dapat meningkatkan massa tulang, cukup dengan gerak ringan dan sedang, seperti senam, jalan sehat, bersepeda dan berenang. Penelitian membuktikan bahwa seseorang yang tidak rutin berolahraga memiliki tulang yang lebih rentan mengalami masalah osteoporosis. Kita bisa melakukan olahraga ringan minimal 150 menit per minggu yang terbagi 5 kali sesi selama 30 menit.

AYU NURFAIZAH

Senam dalam rangka memperingati Hari Osteoporosis Sedunia di Kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Minggu (23/10/2022).

Mengobati Penderita Osteoporosis

Penyakit osteoporosis biasanya terjadi pada lansia. Jika terjadi dan tanpa ada kejadian patah tulang, pengobatan cukup dengan mengonsumi obat-obatan tertentu. Pengobatan osteoporosis berfokus membantu meringankan gejalanya, membantu menguatkan kepadatan tulang, melambatkan proses pengeroposan, dan mencegah terjadinya patah tulang.

Pengobatan ada dua tipe yaitu hormonal dan nonhormonal. Untuk hormonal, dapat diberikan terapi hormon estrogen, tetapi beresiko dapat menimbulkan kaker ovarium, kanker payudaa hingga stroke. Kemudian terapi selective estrogen receptor modulator (SEMRs), obatnya adalah raloxifene. Ada pula terapi hormon testosteron hanya diberikan pada pria yang mengalami kondisi hipogonadisme atau ketidakmampuan membuat hormon seks secara normal. Ada pula obat penumbuh tulang, hanya diberikan pada pasien yang berada pada kondisi kepadatan tualng sangat rendah. Pemberikan Kalsitonin, yaitu hormon yang berfungsi menguatkan kepadatan, diberikan dalam bentuk suntikan.

Sedangkan untuk terapi non-hormonal dilakukan dengan memberikan suplemen vitamin D dan kalsium untuk menjaga kepadatan tulang dan mencegah terjadinya keretakan. Kemudian pemberian bifosfonat yang berfungsi menjaga kepadatan tulang dengan cara melambatkan pemecahan jaringan tulang. Bifosfonat ini banyak digunakan bukan hanya pasien osteoporosis, juga pada wanita yang sudah menopause.

Namun, jika penyerapan bifosfonat sangat buruk, harus diperhatikan cara minumnya. Bisfofonat harus diminum pada pagi hari sebelum makan dan minum dengan posisi tubuh duduk tegak. Setelah minum bifosfonat, tidak boleh tiduran atau membungkuk selama 60 menit dan tidak boleh makan dan minum kecuali air putih. Tentu dilarang mengkonsumsi obat apapun selama satu jam setelah minum bifosfonat.

Langkah penanganan yang paling utama dilakukan adalah mencegah terjadinya tulang patah atau retak terutama akibat cedera atau benturan. Jangan menggunakan alas kaki yang licin saat keluar rumah dan menata perabot dalam rumah agar terhindar dari benturan. Gunakan karpet kamar mandi dan pegangan dinding untuk menghindari terpeleset di kamar mandi.

Seseorang yang sudah terdiagnosa menderita osteoporosis sebaiknya melakukan olahraga yang aman baginya. Tidak semua jenis olahraga aman untuk pasien OP, pasalnya ada beberapa gerakan yang dapat membuat kondisi fisik makin buruk. Olahraga yang tepat dapat  membantu menjaga dan meningkatkan kesehatan tulang salah satunya adalah senam.

Gerakan senam yang baik untuk pasien osteoporosis adalah :

  • Shoulder Lifts, yaitu mengangkat bahu dengan ketinggian tidak lebih dari bahu kemudian turunkan bahu, gerakan ini membantu melatih otot bahu dan otot dada. Gunakan halter di kedua tangan lalu angkat bahu anda.
  • Squat, gerakan ini untuk melatih otot kaki, pinggul dan bokong. Squat adalah olahraga yang cukup berat maka jangan memaksakan diri ketika melakukannya.
  • Foot Stomp, berdirilah dengan kaki dibuka selebar bahu dan hentakkan kaki bergantian.
  • Hip Leg Lift, yaitu berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu dan angkat kaki ke samping tapi jangan terlalu tinggi. Lakukan gerakan ini sambil berpegangan pada pintu atau kursi. Gerakan Hip Leg Lift membantu keseimbangan penderita osteoporosis.
  • Hamstring curl untuk memperkuat otot bagian belakang kaki bagian atas. Lakukan dengan posisi berdiri dan berpegangan pada barang yang kokoh untuk menjaga keseimbangan. Berdiri dengan kaki selebar bahu gerakkan sedikit kaki kiri ke belakang kiri hingga jari-jari kaki menyentuh lantai. Kontraksikan otot di bagian belakang kaki kiri untuk mengangkat tumit kiri ke bokong, dan turunkan kaki perlahan. Ulangi gerakan ini untuk kedua kaki sebanyak 12 kali.
  • Naik turun tangga, cukup satu lantai saja dan turunlah kembali. Gerakan ini melatih kekuatan tulang. Ingatlah semua gerakan itu tidak boleh dilakukan memaksakan diri, jika merasa lelah maka istirahatlah.

(LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
  • Kendalikan Resiko Osteporosis, Kompas, Senin 30 Okt 2017
  • Cegah Tulang Keropos Sejak Dini, Kompas, 20 Okt 2018, hlm 14
  • Sadari Resiko Osteporosis Sejak Dini, Kompas, Jumat, 21 Okt 2022, hlm 05
  • Mari Mencegah Osteoporosis, Kompas, Kamis, 5 Mei, hlm 08
  • Mencegah Osteoporosis Pada Pria Indonesia, Kompas, Sabtu 6 Nov 2021, hlm A
Internet
  • Kendalikan Resiko Osteporosis, Kompas, Senin 30 Oktober 2017
  • Cegah Tulang Keropos Sejak Dini, Kompas, 20 Oktober 2018, hlm 14
  • Sadari Resiko Osteporosis Sejak Dini, Kompas, Jumat, 21 Oktober 2022, hlm 05
  • Mari Mencegah Osteoporosis, Kompas, Kamis, 5 Mei, hlm 08
  • Mencegah Osteoporosis Pada Pria Indonesia, Kompas, Sabtu 6 November 2021, hlm A