Paparan Topik

Hari Kesaktian Pancasila: Sejarah, Nilai dan Tantangan Pancasila

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila bukan hanya simbol kekuatan ideologi, spiritualitas Pancasila sakti harus terus dijaga oleh seluruh komponen bangsa sekaligus pengingat bagi generasi penerus untuk terus menjaga persatuan dalam bingkai Pancasila.

Sejumlah tamu undangan berfoto di depan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, usai mengikuti Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Minggu (1/10). Usai memimpin upacara, Presiden Joko widodo menyatakan bahwa pemerintah tidak akan memberikan ruang kepada ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Kompas/Wisnu Widiantoro (NUT) 01-10-2017

Fakta Singkat

  • Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Oktober
  • Latar belakang lahirnya Hari Kesaktian Pancasila setelah kudeta Gerakan G30SPKI 1965
  • Dalam 1 tahun ada 2 peringatan yakni Hari Lahirnya Pancasila dan Hari Kesaktian Pancasila
  • Pancasila bukan hanya dijadikan ideologi bagi setiap bangsa Indonesia tetapi juga dijadikan ideologi negara.

Hari Kesaktian Pancasila yang kita peringati setiap 1 Oktober tanggal ini dipilih karena menggambarkan kesuksesan bangsa dalam mempertahankan Pancasila dari upaya kudeta yang mengancam dasar negara. Makna “kesaktian” dalam konteks ini merujuk pada kekuatan dan daya tahan Pancasila sebagai ideologi negara yang mampu bertahan dari ancaman ideologi lain, khususnya komunisme, yang dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila.

Peringatan hari kesaktian Pancasila diyakini untuk mempertebal keyakinan akan kebesaran dan kebenaran Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara kesatuan Republik Indonesia, mempertinggi kewaspadaan masyarakat atas pengaruh penyelewengan nilai Pancasila baik yang berasal dari dalam atau luar.

Latar belakang peringatan hari kesaktian Pancasila dimaksudkan agar bangsa Indonesia mengingat kembali kejadian serta untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa tersebut. Peristiwa pada malam 30 September 1965, terjadi upaya kudeta yang dikenal sebagai Gerakan 30 September atau G30S.

Dalam peristiwa ini, sekelompok orang yang diduga terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) menculik dan membunuh enam jenderal tinggi Angkatan Darat serta beberapa perwira lainnya. Mereka berusaha menggulingkan pemerintahan dan mengganti dasar negara Pancasila dengan ideologi komunisme. Para jenderal tersebut dibunuh dan tubuh mereka ditemukan di sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta.

Hari Kesaktian Pancasila juga menjadi momen untuk mengenang dan menghormati para pahlawan revolusi, khususnya enam jenderal dan satu perwira Angkatan Darat yang gugur dalam peristiwa G30S yakni Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Suprapto, Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal M.T. Haryono, Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Kapten Pierre Tendean (perwira muda).

Bermula dari Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966. Dalam surat itu dinyatakan, peringatan harus dilakukan oleh seluruh slagorde (pasukan) Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta massa rakyat.

Setelah keputusan tersebut keluar, Wakil Panglima Angkatan Darat Letjen Maraden Panggabean dalam jumpa pers menjelaskan, Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia pada tanggal itu mendapat ancaman yang luar biasa sehingga hampir saja Pancasila musnah dari Bumi Pertiwi. Namun, Pancasila selamat dari serangan fisik penganut Marxisme, Leninisme, dan Maoisme. Karena itu dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber kekuatan moril dan spiritual bangsa ini.

KOMPAS/PAT HENDRANTO

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila (01/10/1971) dipusatkan di Lubang Buaya, Jakarta. Selesai upacara resmi, Presiden dan Ibu Tien Soeharto, didampingi wapres Sri Sultan Hamengkubowono IX serta para menteri, perwira tinggi dan menengah dari ketiga angkatan dan Polri serta korps diplomatik, meninjau kompleks Monumen Pahlawan Revolusi.

Setelah G30S berhasil digagalkan, pemerintah menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila, yang diresmikan pada tahun 1966. Pertama kalinya upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober 1966, diselenggarakan di Lubang Buaya.

Para menteri, duta besar, dan atase militer negara sahabat serta rombongan lainnya dalam jumlah besar, menggunakan bus PPD, beriringan dari sekitar Monumen Nasional menuju Lubang Buaya. Bertindak sebagai inspektur upacara ialah Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto.

Di Bandung, upacara berlangsung di Lapangan Tegal Lega dengan inspektur upacara Panglima Kodam VI Siliwangi Mayjen HR Dharsono, dengan diikuti ribuan tentara dan mahasiswa.

Di Jakarta, upacara peringatan juga diikuti ribuan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai kesatuan aksi dan berlangsung di halaman Markas Kostrad. Setelah upacara, para mahasiswa melakukan aksi di depan Istana Merdeka menuntut penjelasan Presiden Soekarno soal aksi G30S/PKI.

Peringatan Hari Lahir Pancasila dan Hari Kesaktian Pancasila sangat penting dan saling melengkapi. Pada 1 Juni, kita berbicara lahirnya Pancasila yang juga berperan mempersatukan bangsa. Pancasila abadi karena ancaman perpecahan lumrah terjadi kapan saja pada bangsa yang demikian majemuk. Apabila dasar negara itu diibaratkan fondasi rumah, dinding dan atapnya sudah dibangun, perlu dijaga dari bahaya lain, yaitu angin badai dan topan atau tanah longsor.

Makna Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak dan bukan hanya diciptakan oleh seorang sebagai mana yang terjadi pada ideologi lain di dunia.Namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Ideologi merupakan sebuah istilah yang sangat kental dengan kehidupan bernegara, berbangsa sehingga warna dari suatu bangsa sangat ditentukan oleh ideologi yang dianutnya.

Ideologi dalam arti sempit dapat dipahami sebagai seperangkat gagasan yang memuat penjelasan terhadap realistis, cita-cita, nilai yang ingin dicapai, dan cara mencapai cita-cita tersebut yang menjadi pedoman bagi suatu komunitas untuk bertindak, yang diakui dan dinyatakan secara tersurat oleh komunitas tersebut.

Secara bahasa Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu panca yang artinya lima. Sedangkan sila artinya dasar. Jadi Pancasila adalah lima dasar.

Adapun menurut istilah atau terminologi, Pancasila adalah konsep lima dasar yang menjadi ideologi negara Indonesia yang dikemukakan oleh Ir Soekarno.

Pancasila menjadi panduan dan pedoman bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara. Untuk memahami apa itu ideologi Pancasila dapat diuraikan satu persatu secara bahasa.

Ideologi adalah konsep buah pemikiran. Jika ditambahkan dengan Pancasila berarti konsep buah pemikiran yang berlandaskan pada nilai Pancasila.

Pancasila bukan hanya dijadikan ideologi bagi setiap bangsa Indonesia. Bahkan dijadikan ideologi negara. Setiap perilaku pejabat dan jajaran pemerintahan mesti mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila merupakan jati diri dan identitas bangsa.

Pancasila sebagai ideologi negara memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia adalah landasan hukum, moral, dan sosial yang menjaga keutuhan dan persatuan Indonesia, serta melindungi keragaman dan kedaulatan bangsa. Dengan berlandaskan pada Pancasila, Indonesia diharapkan mampu menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam negeri maupun global, dengan tetap menjaga identitas, keadilan, dan kesejahteraan rakyat.

Pancasila sebagai Dasar Negara dan Sumber dari Segala Hukum merupakan dasar negara Indonesia yang berarti seluruh sistem hukum dan peraturan di Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Setiap kebijakan, keputusan politik, dan undang-undang harus sesuai dengan sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Sebagai sumber dari segala hukum, Pancasila menjadi pedoman utama dalam penyusunan aturan hukum dan konstitusi negara.

Pancasila menjadi pandangan hidup bangsa tidak hanya menjadi pedoman dalam sistem pemerintahan, tetapi juga sebagai pandangan hidup atau filosofi bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila memberikan arahan tentang bagaimana masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan sesama, menjaga persatuan, serta menciptakan kehidupan yang adil dan harmonis.

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, ras, dan budaya. Pancasila menjadi ideologi yang mampu menyatukan perbedaan tersebut dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Melalui Pancasila, seluruh elemen bangsa merasa dihargai dan dilindungi, sehingga tercipta persatuan dan kesatuan dalam perbedaan.

Pancasila adalah ideologi terbuka, artinya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa terus berkembang seiring perubahan zaman, tanpa kehilangan esensinya. Pancasila bersifat fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan sosial, politik, dan ekonomi, namun tetap menjaga prinsip-prinsip dasarnya. Hal ini memungkinkan Pancasila tetap relevan di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi.

Pancasila juga menjadi penjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Ideologi Pancasila menjaga kemerdekaan Indonesia dari ancaman ideologi lain yang bertentangan dengan semangat kebebasan, persatuan, dan kesejahteraan yang menjadi cita-cita bangsa.

Pancasila menghargai kebebasan berpendapat dan aspirasi rakyat. Dalam pelaksanaannya, nilai Pancasila mendorong adanya proses demokrasi yang sehat melalui musyawarah dan perwakilan. Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk terlibat dalam pengambilan keputusan melalui mekanisme demokrasi yang diatur dalam sistem politik negara.

Tantangan dan Nilai Ideologi Pancasila

Di era modern saat ini, apakah Pancasila masih dijadikan ideologi dan di terjemahkan dalam kehidupan sehari-hari, atau hanya sebatas fondasi tertulis dalam kurikulum pendidikan, dihafal tanpa diamalkan makin samar penerapannya dalam bermasayarakat. Penguatan nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda yang tak konsisten dan berkelanjutan mengancam pembangunan sumber daya manusia dan kebudayaan Indonesia.

Masalah lemahnya penjiwaan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan bukan semata tentang landasan, melainkan juga penerapan dalam pendidikan gagal menjadikan pembudayaan dan pembiasaan. Banyaknya kasus dan permasalahan republik yang jauh dari penerapan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila adalah sebuah ideologi negara dan bangsa Indonesia yang bersifat terbuka. Dalam arti, isi dari Pancasila tidak bisa berubah-ubah sesuai kondisi perkembangan tertentu. Pancasila adalah hasil dari kontrak sosial. Pancasila akan terus berlaku jika bangsa Indonesia masih menyepakatinya secara bersama-sama.

Penyelewengan Pancasila dari era Orde Lama adalah terjadinya pemberontakan G30S PKI, presiden membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilihan Umum 1955 dan diangkatnya Ir Soekarno jadi Presiden seumur hidup.

Pada masa orde baru juga terjadi penyelewengan ideologi Pancasila berupa kebebasan berpendapat dan kebebasan pers yang sangat terbatas. Kemudian dilanjutkan pada era reformasi sekarang ini yang marak peredaran miras, narkoba, vandalisme, pertikaian antar suku, anarkisme dan kebejatan moral, dan konflik di tengah masyarakat. Untuk saat sekarang ini, Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia harus benar-benar diterapkan sepenuhnya.

Tidak boleh ada lagi korupsi, nepotisme, mementingkan kepentingan sendiri dan kelompok dan lain-lain. Maraknya korupsi dan hidup bermewah-mewahan serta mementingkan kepentingan diri dan kelompoknya. Nepotisme semakin merajalela, haus akan kekuasaan belum terpuaskan karena terhambat peraturan, sanak famili pun dijadikan alat penerus tombak berkuasa. Dipertontonkan layaknya suatu hal yang lumrah, Mereka hanyalah oknum yang mengatasnamakan Pancasila untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

Di masa reformasi saat ini, kebebasan yang terbuka luas bagi bangsa Indonesia mesti sesuai dengan nilai Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara mendapatkan tantangan yang cukup berat, termasuk tantangan global perkembangan zaman.

Kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi yang dikenal dengan revolusi teknologi 4.0 menampilkan wajah yang tidak semata-mata positif namun memiliki sisi negatif. Terbukanya ruang yang sangat luas bagi masuknya nilai-nilai yang mensubordinasi nilai-nilai kebangsaan, paham individualistik dan materialistik kini kian menggerus adat ketimuran masyarakat kita.

Belum lagi komunikasi interpersonal tradisional yang mengandalkan sisi humanitas sudah tidak ada lagi. Ancaman ini sangat nyata dan bisa merusak harmonisasi sosial an kebersamaan yang menjadi bagian tradisi bangsa.

Walaupun begitu, nilai-nilai Pancasila jika diamalkan dengan khidmat pengaruh internal maupun eksternal masih bisa dilalui karena Pancasila masih sesuai dengan perkembangan jaman terkini.

Sejauh ini, Pancasila belum sepenuhnya berhasil mewujud ke dalam praktik hidup keseharian masyarakat Indonesia modern. Harus diakui, kita belum seberhasil Jepang, misalnya, yang mampu mengombinasikan berbagai warisan kearifan dan keyakinan seperti Buddhisme, Shintoisme, Konfusianisme, Bushido, hingga pengaruh Barat di masa Meiji dan sesudahnya menjadi suatu ideologi dan etika tanpa nama.

Etika dan nilai-nilai moral yang tidak mudah didefinisikan, tetapi sangat mudah dirasakan. Terlepas dari sejarah kelamnya, Jepang pasca-Perang Dunia II adalah salah satu rujukan penting di dunia tentang penerapan etika publik seperti disiplin, saling percaya, integritas, peduli, dan pembelajar.

Ide Pancasila harus dapat diterjemahkan ke dalam praktik-praktik kebajikan sosial yang lebih populer, seperti berbagi, jujur, tepat waktu, apresiatif, cinta lingkungan, gotong royong, hingga kebiasaan antre.

Pengamalan nilai-nilai Pancasila merupakan perwujudan rasa cinta kepada Tanah Air sehingga dapat membangun bangsa dan negara yang lebih baik. Nilai-nilai Pancasila dapat diamalkan dalam bentuk sederhana, seperti saling menghargai, bekerja sama, dan saling menghormati. Pancasila memberkati bangsa dengan nilai-nilai inklusivitas, toleransi, gotong royong, keberagaman yang dirajut dalam identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika.

Sila-sila yang terdapat dalam Pancasila merupakan pandangan dan keseharian hidup serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu dirangkum dalam konsep Pancasila. Dalam kehidupan kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia sudah dijelaskan dalam UUD 1945.

Penjelasan dan butirnya sudah dijelaskan lebih lengkap. Tinggal ke penerapannya saja dalam sehari-hari. Penerapan Pancasila harus dilakukan oleh setiap pribadi bangsa Indonesia. Karena ini menjadi landasan dan pijakan bagi negara dan bangsa Indonesia.

Dalam penerapan Pancasila dalam keseharian hidup tidaklah susah. Karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah menjadi kebiasaan dan kearifan lokal orang Indonesia sejak dulu.

Masyarakat tidak hanya menjunjung tinggi Pancasila sebagai dasar negara ataupun tujuan berbangsa, tetapi juga turut menjadikan Pancasila sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila tidak hanya untuk dibaca dan didengar, tetapi juga harus dipraktikkan dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga nilai-nilai Pancasila akan tertanam di dalam hati bangsa Indonesia.

Ini adalah benih yang jika terus-menerus dipupuk melalui pendidikan dan pembiasaan, secara organik akan membentuk warga negara yang bertanggung jawab. Nilai-nilai besar Pancasila akan mengisi alam bawah sadar manusia Indonesia secara permanen dan mengejawantah ke dalam sikap dan praktik hidup sehari-hari. Dengan demikian, Pancasila akan tetap hidup dalam sanubari dan perilaku kita sebagai nilai dan ideologi walau tanpa nama. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Pantjawarsa Hari Peringatan Kesaktian Pancasila, Departemen Pertahanan Keamanan, 1970.

  • Karomani, Membangun Karakter Bangsa melalui Pengamalan Pancasila, Graha Ilmu, 2021.

  • Hendar Putranto, Ideologi Indonesia Berbasi Multikulturalisme, Mitra Wacana Media, 2016.

Arsip Kompas
  • Kisah 1 Oktober. Kompas, 23 Sep 2019, Hlm. 11.

  • Sejarah: Peran KA di Masa Kemerdekaan. Kompas, 31 Agustus 2005. Hlm. 1.

  • Pancasila dan Ideologi Tanpa Nama. Kompas,Senin, 03 Juni 2024. Hlm. 6.

  • Makna Peringatan Kesaktian Pancasila. Kompas,2 Oktober 2020. Hlm. 6.