KOMPAS/RIZA FATHONI
Anggota staf bagian radiologi Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta mempersiapkan proses pemeriksaan pasien dengan alat baru multislice computerized tomography (MSCT), Kamis (19/1/2023). MSCT memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi dengan akurasi tinggi yang berkaitan dengan pemeriksaan organ bergerak yang salah satunya adalah jantung.
Fakta Singkat
- Data WHO (2021) menunjukkan kematian akibat masalah jantung di dunia mencapai 17,8 juta.
- Dalam penggunaan anggaran BPJS, data tahun 2022 menunjukan penyakit kardiovaskular menghabiskan setengah dari seluruh pembiayaan dengan BPJS dalam satu tahun yang sama, yaitu Rp 10,9 triliun dengan jumlah kasus sebanyak 972.050.
- Data Riskesdas menunjukkan penyakit kardiovaskular cenderung meningkat, terjadi pada 15 dari 1.000 orang Indonesia.
- Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama dari seluruh kematian, yaitu 26,4 persen, empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang diakibatkan oleh kanker, yaitu enam persen.
- Di Amerika Serikat kebijakan pengurangan pemanis buatan pada produk makanan dan minuman dalam waktu 10 tahun terbukti menghemat anggaran kesehatan pemerintah sebesar 4,28 Miliar Dollar AS.
- Empat dari lima kematian akibat kardiovaskular disebabkan serangan jantung dan stroke dan sepertiga dari kematian tersebut terjadi secara prematur pada orang yang berusia di bawah 70 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengemukakan pada awal tahun 2000 terjadi 17 juta kematian di dunia akibat penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung. Kenyataan itu mendorong Presiden World Heart Federation, Bayes de Luna untuk membangun gagasan yang mendunia tentang pentingnya merawat kesehatan jantung. Tahun 1999 mengungkapkan gagasan kampanye meningkatkan kewaspadaan dari resiko sakit jantung.
Hari Jantung Sedunia pertama dilaksanakan pada 24 September 2000. Sejak 2012, Hari Jantung Sedunia diperingati setiap 29 September. Lebih dari 90 negara mengambil bagian dalam Peringatan Hari Jantung Sedunia yang menjadi sarana efektif untuk menyebarkan informasi tentang CVD (Cardiovascular Disease) atau penyakit kardiovaskular.
Pada peringatan Hari Jantung Sedunia tahun 2023 mengusung tema “Use heart Know Heart” dan tema nasional “Kenali Jantung Sehatmu, Sayangi Jantungmu”. Tema ini untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit jantung yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Menurut data WHO, pada tahun 2021 kematian karena penyakit jantung di dunia mencapai 17,8 juta di dunia, setara dengan satu dari tiga kematian.
Data Institut for Health Matric and Evaluation (IHME 2019), menunjukkan penyakit kardiovaskular mengakibatkan kematian mencapai 651.481 orang per tahun, terdiri dari 331.349 kematian akibat stroke, 245.343 kematian jantung koroner, 50.620 akibat hipertensi, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Dokter spesialis jantung melakukan proses Primary Percutaneous Coronary Intervention (PPCI), yaitu tindakan membuka sumbatan pada pembuluh darah koroner pada pasien di ruang kateterisasi Rumah Sakit Jantung Diagram, Cinere, Depok, Jawa Barat, Kamis (29/8/2019). Riset kesehatan dasar 2018 mencatat, penyakit jantung koroner jadi penyebab kematian utama setelah stroke dan hipertensi. Data Global Health Data Exchange menunjukkan, penyakit jantung iskemik atau penyempitan pembuluh darah pada jantung jadi penyebab kematian terbanyak kedua setelah stroke pada 2007-2017.
Penyakit Kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskular adalah kelainan jantung dan pembuluh darah yang mencakup penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit kantung rematik, dan kondisi lainnya.
Ada beberapa istilah terkait penyakit jantung. Sakit jantung bawaan adalah masalah jantung yang dibawa sejak bayi. Sementara, infeksi jantung atau endokartidis merupakan infeksi pada lapisan dalam jantung.
Adapun gagal jantung adalah kegagalan otot jantung untuk memompa darah secara memadai keseluruh tubuh. Gangguan jantung lainnya, yakni Aritmia yang merupakan gangguan irama jantung yang menyebabkan denyut jantung tidak normal.
Adapun jantung koroner merupakan kondisi adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner (pembuluh darah yang memberikan pasokan darah dan oksigen ke otot jantung) yang disebabkan oleh penumpukan plak lemak atau pengerasan yang berujung pada proses peradangan di dinding pembuluh koroner jantung.
Terjadinya penyempitan pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan otot jantung tidak mendapatkan pasokan darah maupun oksigen yang dibutuhkan. Jika kondisi ini terus berlangsung, dapat mengakibatkan terjadinya kondisi yang disebut serangan jantung.
Empat dari lima kematian akibat kardiovaskular disebabkan serangan jantung dan stroke. Sepertiga dari kematian tersebut terjadi secara prematur pada orang yang berusia di bawah 70 tahun.
Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi peningkatan penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi dari 25,8 persen (2013) menjadi 34,1 persen (2018), penyakit jantung koroner 1,5 persen (2013–2018), penyakit gagal ginjal kronis dari 0,2 persen (2013) menjadi 0,38 persen (2018).
Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 1,5 persen, dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Utara sebesar 2,2 persen, DIY sebesar 2 persen, Gorontalo sebesar 2 persen.
Namun, ada 8 provinsi memiliki prevalensi lebih tinggi daripada prevalensi nasional atau lebih dari 1,5 persen, yaitu: NAD Aceh (1,6 persen), Sumatera Barat (1,6 persen), DKI Jakarta (1,9 persen), Jawa Barat (1,6 persen), Jawa Tengah (1,6 persen), Kalimantan Timur (1,9 persen), Sulawesi Utara (1,8 persen), dan Sulawesi Tengah (1,9 persen).
Data Riskesdas juga menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular cenderung meningkat setidaknya 15 dari 1.000 orang Indonesia. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama dari seluruh kematian ,yaitu 26,4 persen, empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang diakibatkan oleh kanker, yaitu enam persen.
Dilihat dari sebaran penduduk perkotaan, maka di perkotaan memiliki prevalensi lebih tinggi daripada pedesaan, yaitu 1,6 persen di kota dan hanya 1,3 persen di desa. Perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi dari laki-laki, yaitu perempuan 1,6 persen dan laki-laki 1,3 persen.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Layar monitor menampilkan aktivitas tenaga kesehatan dalam cath lab layanan jantung anak, vascular dan otak terpadu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (9/3/2021).
Prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia makin tinggi karena perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang. Perilaku tidak sehat tersebut menjadi salah satu kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner, serta berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death.
Dalam penggunaan anggaran BPJS, data tahun 2022 menunjukan penyakit karadiovaskular menghabiskan setengah dari seluruh pembiayaan dengan BPJS dalam satu tahun yang sama. Sebesar Rp 10,9 triliun dengan jumlah kasus 13.972.050.
Mengatasi persoalan penyakit kardiovaskular membutuhkan kerja keras karena masyarakat belum memiliki kepedulian pada persoalan penyakit tersebut. Dari 10 orang yang menderita penyakit tidak menular (PTM) hanya tiga orang yang terdeteksi, selebihnya tidak mengetahui bahwa dirinya sakit karena tidak ada gejala dan tanda sampai komplikasi terjadi.
Namun, dari tiga orang yang menyadari dirinya menderita PTM hanya satu orang saja yang berobat dengan teratur. Hal itu tentu saja menyulitkan pendataan kesehatan orang dengan PTM, walaupun penyakit jantung menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.
Gejala yang dirasakan akibat masalah kardiovaskular bervariasi, yaitu nyeri dada seperti tertimpa beban berat saat aktivitas, sesak nafas, maupun mudah lelah. Namun, masalah janatung koroner terkadang dapat terjadi tanpa gejala-gejala tersebut.
Ada sejumlah faktor risiko utama penyakit jantung koroner yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu: usia, jenis kelamin, dan genetis.
Semakin meningkat usia, resiko masalah jantung makin tinggi. Apabila sudah berusia di atas 40 tahun, sebaiknya melakukan pemeriksaan jantung.
Dilihat dari jenis kelamin, biasanya pria lebih berisiko daripada wanita, sedangkan wanita yang sudah menopause lebih berisiko daripada sebelum menopause.
Faktor risiko ketiga adalah keluarga atau genetis. Jika ada riwayat keluarga yang mengalami serangan jantung atau riwayat kematian mendadak, sebaiknya orang itu mewaspadai kesehatan jantungnya.
Di samping itu, faktor resiko penyakit jantung yang dapat dimodifikasi adalah tekanan darah tinggi, peningkatan kadar lemak darah, diabetes melitus, obesitas, gaya hidup kurang olahraga, merokok, serta stress psikis.
Selain itu, ada beberapa hal yang berkecenderungan risiko pada penyakit jantung adalah keterbatasan mengakses layanan kesehatan terkait faktor sosial ekonomi, lingkungan dan faktor pendidikan.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Pemeriksaan gula darah selalu dilakukan saat puluhan lansia yang tergabung dalam Klub Jantung Sehat Hang Tuah Jakarta melakukan senam jantung sehat secara rutin, Kamis (5/3/2020) di Taman Hang Tuah, Jakarta Selatan. Hampir 50 persen anggota klub yang aktif berusia 50-80 tahun.
Adapun faktor yang dapat menjadi pencetus terjadinya penyakit jantung adalah polusi udara, diet rendah lemak, merokok, dan kebiasaan berolahraga.
Polusi udara berkontribusi di atas 25 persen kematian akibat penyakit kardiovaskular, sehingga yang tinggal di perkotaan lebih berisiko terkena serangan jantung daripada di pedesaan yang rendah polusi.
Diet rendah lemak, garam, dan gula sangat berperan untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.
Perokok aktif dan perokok pasif memiliki risiko penyakit jantung. Sayangnya sedikit larangan merokok di area umum. Kurangnya ruang terbuka hijau juga berperan membatasi kemampuan individu untuk lebih aktif bergerak ataupun berolahraga.
Salah satu kebiasaan yang harus diwaspadai adalah konsumsi garam atau natrium tidak boleh lebih dari 2.000 miligram per hari. Kelebihan garam dapat memicu hipertensi, penyakit jantung dan stroke, serta mendorong kematian akibat penyakit tersebut.
Menurut Kemenkes sebanyak 53,5 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi garam melebihi batasan yang dianjurkan. Hal ini tentu saja berbahaya bagi kesehatan masyarakat secara luas.
Asupan garam berlebih ini ternyata menjadi keprihatinan WHO karena memicu peningkatan resiko tekanan darah yang menjadi penyumbang utama kematian global terkait diet. Menurut laporan WHO, hanya lima persen negara anggota WHO yang melindungi warganya dengan kebijakan pengurangan natrium dan 73 persen dengan kebijakan menyeluruh.
Selain garam, konsumsi gula berlebih juga sangat berbahaya bagi kesehatan, apalagi pemanis buatan. Sebuah hasil penelitian menunjukkan pengurangan gula 20 persen dari makanan kemasan dan 40 persen dari minuman dapat mencegah 2,48 juta kejadian penyakit kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung kematian akibat kardiovaskular dan kasus diabetes pada populasi orang dewasa.
Penelitian yang dilakukan di Amerika tersebut kemudian memengaruhi kebijakan pemerintah. Sepuluh tahun setelah dibuat kebijakan pengurangan jumlah pemanis buatan dalam makanan dan minuman kemasan, ternyata pemerintah AS mampu menghemat biaya perawatan. Total penghematan biaya kesehatan 4,28 miliar dollar AS.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Hari Jantung Sedunia – Relawan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) membagikan brosur yang mengajak masyarakat untuk sadar akan kesehatan jantung kepada para pengguna jalan di Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (29/9/2015). Kegiatan ini diselenggarakan untuk memperingati hari jantung sedunia.
Konsumsi gula yang disarankan tidak melebihi 10 persen dari total energi (220 kkl), yakni setara empat sendok makan atau 50 gram per hari. Ada sebuah hasil studi yang melibatkan 106.000 perempuan berusia sekitar 52 tahun yang belum pernah terkena penyakit stroke, jantung ataupun diabetes. Hasilnya menunjukkan bahwa perempuan yang mengkonsumsi minuman manis berlebihan memiliki resiko penyakit kardiovaskular lebih tinggi dibandingkan dengan yang jarang mengkonsumsi minuman manis.
Menurut hasil penelitian Direktorat Penyakit Tidak Menular Kemenkes menemukan bahwa sumber asupan gula, garam, dan lemak (ggl) di Jakarta paling banyak dari jajanan pinggir jalan atau restoran cepat saji.
Untuk mengatasi konsumsi garam, gula, dan lemak berlebih, pemerintah menyiapkan aturan reformulasi produk makanan dan minuman. Mengampanyekan ketersediaan makanan dan minuman yang rendah gula, garam, dan lemak terutama di lingkungan sekolah, tempat kerja, supermarket, restoran, dan ruang publik lainnya.
Bahkan, pemerintah menyiapkan kebijakan fiskal pada makanan dan minuman dengan kandungan garam, gula dan lemak yang tinggi. Penetapan batasan konsumsi tersebut telah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.
Artikel terkait
Program Pencegahan
Kementerian Kesehatan membentuk komite nasional membuat program pencegahan penyakit jantung jangka panjang agar bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian. Edukasi ditargetkan agar masyarakat paham penyakit jantung dan mampu mengindentifikasi mereka yang beresiko tinggi terkena penyakit jantung. Selain itu, edukasi yang tepat agar masyarakat mengerti prosedur penanganan korban agar cepat ditolong dan mendapat pengobatan yang tepat
Hal itu dilakukan, antara lain, dengan sosialisasi dan diseminasi di berbagai media massa, serta pemasangan spanduk dan umbul-umbul. Saat Peringatan Hari Jantung Sedunia, diberikan surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan provinsi di Indonesia untuk melakukan promosi kesehatan, deteksi dini, dan kerja sama dengan LSM untuk melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat.
Penyakit jantung dapat dicegah, antara lain, dengan mengurangi rokok atau paparan tembakau, penggunaan garam dalam makanan, menghindari konsumsi alkohol. Selain itu, tubuh kita membutuhkan banyak sayuran, aktifitas fisik teratur, dan membangun lingkungan yang kondusif untuk membuat makanan yang sehat dan terjangkau.
Pemerintah juga perlu memfasilitasi kemudahan untuk cek kesehatan agar lebih cepat mengidentifikasi mereka yang beresiko tinggi penyakit kardiovasular agar mendapat pengobatan yang tepat untuk mencegah kematian dini.
Upaya mempermudah akses mendapat obat-obatan penyakit tidak menular dan teknologi kesehatan dasar di semua fasilitas layanan kesehatan primer, juga sangat diperlukan. Selain upaya tersebut, pemerintah perlu memastikan penderita kardiovaskuler mendapat pengobatan dan konseling yang baik.
Salah satu upaya penting dalam mencegah risiko pernyakit kardiovaskular adalah memeriksakan diri, menghindari dan mengobati faktor-faktor risiko tersebut. Deteksi dini sangat penting termasuk pemeriksaan yang komprehensif seperti wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.
Selain itu, sejumlah upaya lainnya sangat diperlukan, yakni pemeriksaan elektrokargiografi (perekaman aktifitas listrik jantung), ekokardiografi (ultrasonografi jantung), uji tredmill (uji latih beban jantung), CT scan korner jantung maupun kateterisasi pembuluh koroner jantung sesuai indikasi yang dibutuhkan.
Pemeriksaan dini tersebut dapat menjadi deteksi awal ada tidaknya risiko penyakit jantung. Meningkatkan kesehatan merupakan bagian dari melindungi dan menyayangi diri sendiri, maka memiliki tubuh yang sehat menjadikan seseorang produktif, sehingga dapat melakukan segala aktifitas serta terhindari dari penyakit mengancam.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Dokter Jusuf Rachmat, ahli bedah jantung anak pada Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, tengah memeriksa Pingkan Ayu (7), penderita penyakit jantung bawaan yang baru dioperasi (4/3/2005). Pingkan ditemani ibunya, Sulistianingsih.
Artikel terkait
Mengintai Orang Muda
Selama ini penyakit kardiovaskular diidentikkan dengan orang tua, padahal penyebab utamanya adalah gaya hidup tidak sehat, pola makan tidak seimbang, tinggi gulam, garam dan lemak, kurang aktifitas fisik serta kebiasaan merokok. Hal itu terungkap dari hasil riset Harvard Medical School yang meneliti 2.097 orang berusia di bawah 50 tahun. Hasilnya adalah satu dari lima orang yang terkena serangan jantung adalah penderita diabetes.
Hal itu terjadi karena adanya perubahan gaya hidup dan jenis makanan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Kecenderungan menghabiskan waktu di belakang meja, makan makanan cepat saji dan kurang sayuran dan buah-buahan, serta tidak memiliki banyak waktu untuk berolahraga.
Perubahan gaya hidup ini yang mengakibatkan orang muda bisa terkena serangan jantung, sehingga perlu upaya untuk menyeimbangkan gaya hidup. Bagi yang sudah berusia 40 tahun sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan setahun sekali. Sebaiknya pada saat usia 20–39 tahun melakukan cek kesehatan 4–6 tahun sekali. Jika memiliki riwayat sakit jantung dalam keluarga, hendaknya segera cek ke dokter.
Seringkali gangguan jantung terjadi tanpa gejala awal, ketika pasokan darah ke jantung tersumbat timbunan kolesterol yang membentuk plak di dinding pembuluh darah. Gejala nyeri atau rasa tidak nyaman dari pundak kiri menjalar ke lengan, siku, rahang atau punggung, sehingga pendeita kesulitan bernapas, mual, muntah, berkeringat dingin, pucat sampai pingsan.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Penyakit jantung bawaan tak kenal usia. Hadiyan (5 tahun) pada Januari lalu harus menjalani operasi karena sebagian darah bersihnya bercampur dengan darah kotor. Kini dia bisa beraktivitas tak beda dengan anak sehat lainnya (3/3/2005). Meski pada waktu-waktu tertentu Hadiyan harus kontrol ke dokter diantar orangtuanya, Herman Syah dan Eka Suriani (kiri).
Pengobatan Kardiovaskuler
Pengobatan kardiovaskuler dilakukan untuk mencegah terjadinya sumbatan lebih berat di pembuluh darah jantung dengan obat pengencer darah, seperti aspirin atau clopidogrel dan nitrat. Adapun obat-obatan untuk mengatasi penyakit jantung adalah dengan meredakan dan menurunkan risiko terjadinya komplikasi. Beragam obat yang dapat diberikan pada pasien penderita kardiovaskular, yaitu:
- Obat golongan ACE inhibitor, seperti captopril dan ramipril, atau angiotensin II receptor blockers, seperti valsartan atau losartan, untuk menurunkan tekanan darah.
- Obat golongan antagonis kalsium, misalnya amlodipine dan nifedipine, untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun.
- Obat pengencer darah, seperti heparin, warfarin, aspirin, atau clopidrogel untuk mencegah penggumpalan darah sehingga tidak menyumbat pembuluh darah jantung.
- Obat penghambat beta, seperti metoprolol dan bisoprolol, untuk mengatasi gangguan irama jantung.
- Obat penurun kolesterol, seperti simvastatin atau atorvastatin, untuk menurunkan kolesterol sehingga plak pembuluh darah tidak bertambah.
- Obat nitrat, seperti nitrogliserin dan isosorbide dinitrate, untuk melebarkan pembuluh darah pada pasien penyakit jantung koroner.
Jika sumbatan sudah sangat berat, dokter akan membuka sumbatan di pembuluh darah dengan tindakan percutaneous coronary intervention (PCI). Sebagai contoh, dokter akan memasang stent maupun ring, atau operasi bypass jantung pada pasien yang mengalami serangan jantung.
Prosedur medis lain yang dapat dilakukan adalah:
- Operasi katup jantung, untuk memperbaiki atau mengganti katup jantung yang rusak.
- Pemasangan alat pacu jantung, untuk mengatasi gangguan irama jantung
- Ablasi jantung, untuk mengatasi gangguan irama jantung.
- Transplantasi jantung, untuk mengganti jantung pasien yang rusak dengan jantung baru dari pendonor.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Petugas memeriksa tekanan darah warga yang mengikuti kegiatan Pos Pembinaan Terpadu untuk Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Sabtu (25/8/2018). Kegiatan pelayanan kesehatan bagi warga berusia 17-60 tahun ini merupakan upaya deteksi dini terhadap sejumlah penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, stroke, jantung, dan ginjal.
Menjaga Kesehatan Jantung
Salah satu kegiatan untuk menjaga kesehatan jantung adalah jalan kaki. Menurut studi yang diterbitkan European Journal of Preventive Cardiology bahwa berjalan 3.967 langkah setiap hari mengurangi resiko penyakit kardiovaskular dan kematian. Jika berjalan 20.000 langkah sehari manfaat kesehatan baik pada laki-laki ataupun perempuan akan meningkat.
Menjaga kualitas tidur sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebuah studi mengungkapkan bahwa tidur yang teratur menjauhkan kita dari penyakit kardiovaskular. Penelitian yang dilakukan selama tujuh tahun pada orang usia paruh baya menemukan bahwa orang yang tidur tidak teratur memiliki peluang 73 persen terkena penyakit kardiovaskular dan 33 persen terkena kanker. Bahkan sepertiga orang yang memiliki pengakit jantung mengalami masalah gangguan tidur mereka.
Ada sebuah kegiatan ringan yang bisa dilakukan semua orang untuk menurunkan resiko karadiovaskular yaitu meditasi. Sebuah hasil studi American Journal of Cardiology melihat lebih dari 61.000 peserta survei ada hampir 10 persen responden ikut meditasi. Hasilnya adalah orang yang bermeditasi memiliki tingkat kolesterol, hipertensi, diabetes, stroke dan penyakit arteri koroner lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak bermeditasi.
Kesehatan jantung harus menjadi perhatian setiap orang karena menyangkut keselamatan dirinya sendiri. Anjuran gaya hidup sehat untuk jantung dengan aktifitas, makan makanan sehat serta tidur yang cukup serta menjauh dari rokok memiliki peluang hidup lebih panjang satu dekade daripada orang yang memiliki gaya hidup tidak sehat.
Satu hal yang harus menjadi catatan penting adalah membatasi konsumsi garam, gula dan lemak karena cenderung menimbulkan masalah kardiovaskular. Penyakit yang paling sering muncul akibat konsumi garam, gula dan lemak berlebih adalah hipertensi. Walaupun tidak dapat disembuhkan hipertensi dapat dikendalikan untuk menghindari berbagai komplikasi yang dapat berakibat fatal bahkan menjadi beban ekonomi dan sosial masyarakat.
Modernisasi produk makanan semakin memudahkan orang membuat pilihan konsumsinya, salah satunya adalah pemanis buatan. Pemanis buatan dianggap dapat mengurangi kadar gula dalam tubuh kita salah satunya adalah eritritol, dianggap mengurangi resiko diabetes melitus.
Eritritol adalah senyawa yang banyak digemari di Amerika dan Eropa, termasuk dalam golongan gula alkohol, yaitu gula yang didapat lewat fermentasi karbohidrat yang berasal dari anggur jamur dan buah.
Pemanis buatan tersebut rendah kalori, rendah kabohidrat dan mendukung yang membatasi karbohidrat. Namun, ketika dilakukan evaluasi jantung lebih dari 4.000 orang di Amerika Serikat didapatkan data bahwa responden yang darahnya mengandung eritritol mendapatkan serangan jantung dan stroke tiga tahun kemudian.
Setelah berumur 60 tahun mereka yang terbiasa mengkonsumsi eritritol memiliki penyakit jantung dan diabetes. Ternyata kadar gula naik setelah mengkonsumsi eritritol, terjadi pembekuan darah lebih cepat hingga mempersempit aliran darah yang memicu jantung dan stroke. Di Indonesia eritritol dapat ditemukan dengan mudah, padahal penggunaan jangka panjang sangat tidak disarankan.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Kader Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Dusun Kasuran, Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, mengukur tekanan darah seorang warga, Sabtu (16/5/2015). Posbindu PTM merupakan program yang digagas Kementerian Kesehatan untuk mengendalikan dan mendeteksi dini sejumlah penyakit tak menular, misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis.
Pertolongan Darurat
Sering terdengar seseorang kena serangan jantung atau kondisi tiba-tiba seseorang merasa nyeri di dada hingga akhirnya meninggal. Ketika terjadi henti jantung darah dan oksigen tidak mengalir, dan dibiarkan terjadi selama empat menit maka sel-sel tubuh akan mati. Hal tersebut membuat kondisi pasien sulit kembali, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Langkah pertama yang harus segera dilakukan adalah kompresi di dada sebagai langkah resusitasi jantung paru (CPR). Tindakan CPR adalah pertolongan pertama yang efektif diberikan pada seseorang yang mengalami henti jantung atau henti napas, hingga fungsi pompa jantung pulih kembali.
Tindakan pertolongan dengan kompresi jantung harus segera dilakukan jika menghadapi seseorang yang mengalami henti jantung. Tindakan itu harus diberikan segera agar seseorang yang kehilangan fungsi pompa jantungnya dapat berfungsi kembali dan darah serta oksigen dapat bersirkulasi kembali ke seluruh tubuh. Tentu saja seseorang harus memiliki pemahaman untuk melakukan kompresi jantung pada seseorang yang mengalami henti jantung.
Sayangnya di Indonesia pemahaman masyarakat umum tentang kompresi jantung ataupun CPR masih sangat minim. Kemampuan dan pengetahuan masyarakat terkait CPR ataupun kompresi jantung di Indonesia belum menjadi hal yang umum.
Oleh karena itu, perlu adanya edukasi pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti jantung atau serangan jantung. Hal pertama yang harus diketahui ketika akan memberikan bantuan kompresi, yaitu kesadaran pasien.
Jika pasien tidak sadarkan diri dan nadi tidak ada respon napas, segera pindahkan ke tempat yang aman. Sebelum tim paramedis datang, maka dapat dilakukan kompresi di dada. Kompresi di dada dapat dilakukan dengan kecepatan 100–120 kali permenit dengan kedalaman kompresi dada 5–6 sentimeter. Tindakan itu dapat dilakukan sebanyak 30 kali diselingi inspirasi oksigen melalui napas buatan, dapat dilakukan hingga kesadaran kembali atau pun bantuan tiba.
Kendala Kesembuhan
Salah satu kendala dalam pengobatan pasien kardiovaskular adalah kurangnya dokter ahli penyakti tersebut. Menurut data Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (perki) tahun 2021, tercatat ada 1.413 dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Namun, sebagian besar terpusat di wilayah Jawa dan Bali, sehingga ada puluhan ribu orang meninggal karena penyakit kardiovaskular yang tidak ditangani oleh dokter ahli.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah progam beasiswa khusus pelatihan pemasangan ring jantung (stent) dari 25 orang pertahun menjadi 50 orang dokter per tahun.
Prevalensi hipertensi meningkat dari sebelumnya 28,5 persen pada 2013 menjadi 34,1 persen pada 2018. Banyak masyarakat yang tidak terdiagnosis karena ketidaktahuan akan hipertensi dan keterbatasan akses pelayanan.
Bagi yang sehat hendaknya selalu memperhatikan kesehatan jantungnya dengan menghitung detak jantung maksimal saat berolahraga. Dapat dilakukan dengan alat monitor detak jantung yang banyak dijual di pasaran. Atau melakukan penghitungan klasik dengan menghitung detak jantung per menit lewat pembuluh nadi di tangan atau leher.
Detak jantung yang normal biasanya dalam aktifitas normal 60–100 kali permenit, cara menghitungnya adalah dengan mengurangi 220 dengan usia kita. Jika berusia 42 tahun, maksimal detak jantung 178 kali per menit. Saat sedang berolahraga maka intensitas detak jantung 50–70 persen detak jantung maksimal, intensitas tinggi antara 70–85 dari detak jantung maksimal. Namun, harus diwaspadai olahraga tidak boleh terlalu keras harus sesuai dengan kemampuan. Jika terlalu keras, justru akan membebani jantung dan bisa berujung pada kematian.
Bagi yang memiliki penyakit gagal jantung tidak perlu merasa drop dan hilang semangat, karena masih tetap bisa produktif dalam hidupnya. Asalkan pasien disiplin dalam perawatan, mengkonsumsi obat, pola diet, maupun kontrol kesehatan secara rutin. Kesehatan penderita jantung sangat tergantung pada semangat hidup untuk dan keinginan untuk terus bertahan, serta menerapkan pola diet yang tepat, misalnya menghindari makanan berlemak dan gorengan, membatasi asupan garam, dan membatasi asupan minum minimal 2,5 liter.
Bagi orang yang memiliki riwayat hipertensi, sebaiknya mengukur tekanan darahnya di rumah secara rutin. Saat akan mengukur tekanan darah di rumah, maka sebaiknya pasien berada dalam posisi duduk rileks, dengan dua kali pengukuran dengan interval satu menit. Dilakukan minimal tiga hari dalam seminggu. Pengukuran sangat dianjurkan pagi hari sebelum makan, sebelum minum obat dan sesudah buang air kecil. Hasil pengukuran di rumah dapat dijadikan rujukan untuk mengunjungi klinik. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- Langkan : Sering Jalan Kaki Tekan Resiko Kematian, Kompas 10 Ags 2023, hlm 05
- Langkan : Tidur Tidak Teratur Picu Gangguan Jantung, Kompas, 5 Ags 2023, hlm 05
- Langkan : Menyehatkan Jantung untuk Hidup Lebih Lama, Kompas, 14 April 2023, hlm 05
- Langkan : WHO Serukan Pengurangan Asupan Garam, Kompas, 10 Maret 2023, hlm 08
- Lebih dari 50 Persen Mayarakat Indonesia Konsumsi Garam Berlebih, Kompas, 29 Maret
- Bahaya di Balik Pemanis Buatan Eritritol, Kompas, 6 Maret 2023, hlm 08
- Penyakit Kardiovaskular : Edukasi Lewat Sekolah Diperlukan, Kompas, 3 Oktober 2022, hlm 8
- Kurangi Gula Sehatkan Jantung, Kompas, 6 Oktober 2021, hlm F
- Meditasi Bisa Turunkan Resiko Kardiovaskular, Kompas, 20 Juli 2020, hlm 08
- Minum manis picu masalah Kardiovaskular, Kompas, 20 Mei 2020, hlm 08
- Pasien Gagal Jantung Tetap Bisa Produktif, Kompas, Senin 4 Maret 2019, hlm 10
- World Heart Day
- Kementerian Kesehatan, Hari Jantung Sedunia
- Kementerian Kesehatan, Mencegah Penyakit Jantung
- Organisasi Kesehatan Dunia, Cardiovaskular Disease
- RS UI, kenali faktor risiko penyakit jantung koroner