Paparan Topik

Hari Batik Nasional: Pentingnya Melindungi Warisan Budaya Bangsa

Keberadaan batik di Indonesia dinilai UNESCO sebagai ikon budaya yang memiliki keunikan dan filosofi mendalam. Eksistensi batik mencakup siklus kehidupan manusia dan seni kerajinan tradisional turun-temurun yang kaya nilai budaya.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Calon pembeli memilih kain batik di salah satu los di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah, Jumat (1/1/2010). Menurut sejumlah pedagang, penjualan batik meningkat hingga sekitar 50 persen saat libur panjang tahun baru. Pasar tersebut sering menjadi tujuan wisata belanja dari luar kota dan juga menjadi tempat pedagang mencari barang kulakan.

Fakta Singkat

  • Pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia.
  • Hari Batik Nasional pada 2 Oktober ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009
  • Pada 2020 diperkirakan jumlah industri batik di Indonesia mencapai 6.120 unit dengan tenaga kerja sebanyak 093 orang, nilai produksi sekitar 407,5 miliar rupiah per bulan atau setara 4,89 triliun rupiah per tahun.
  • Sebanyak 87 persen industri batik nasional terdapat Pulau Jawa

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia pada 2 Oktober 2009 di Dubai. UNESCO memandang Indonesia memiliki masyarakat batik, industri batik, konsumen pemakai, budaya, serta sejarah batik di Indonesia dan perlindungan perdagangan terhadap batik.

Pemerintah membuat Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009, yang menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Hal ini untuk menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia.

Pengakuan batik oleh UNESCO memiliki makna:

  • Penerimaan dan pengakuan dunia bahwa Indonesia memiliki budi pekerti dan pemikiran yang cemerlang, yang dibuktikan dengan karya seni batik.
  • Bangkitnya jiwa nasionalisme bangsa untuk mencintai dan mengapresiasi nilai-nilai budaya lokal dan nasional, sebab batik adalah salah satu wujud budaya yang nyata.
  • Makin menguatnya budaya dan kearifan lokal, sehingga sentimen pengakuan akan budaya dan kearifan lokal makin kuat di masyarakat

Tentu saja pemerintah dan masyarakat tidak berhenti dengan cukup merasa puas atas penghargaan UNESCO tersebut. Penghargaan tersebut menjadi pelecut untuk makin mencintai budaya lokal dan kearifan lokal, sehingga kesenian dan hasil kreasi cipta Indonesia semakin dikenal dan diakui oleh masyarakat internasional.

Melindungi Industri Batik

Menurut data Kemenperin, industri batik menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional dan membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Batik bergerak dalam sektor industri kecil dan menengah (IKM) ini mampu menyerap  tenaga kerja  200 ribu orang dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra batik di Indonesia.

Industri batik mendapat prioritas pengembangan karena mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Capaian ekspor batik pada tahun 2020 mencapai USD532,7 juta, sementara periode triwulan I tahun 2021 pada masa pandemi mampu menembus USD157,8 juta.

Industri batik telah berperan penting bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader pasar batik dunia. Hal ini tercemin dari perannya terhadap devisa melalui capaian ekspor periode Januari — Juli 2020 sebesar USD21,54 juta atau meningkat dibanding pada awal tahun 2019 senilai 17,99 juta. Fenomena yang cukup unik, karena pasar ekspornya  meningkat pada saat masa pandemi Covid-19. Pasar utama ekspor batik Indonesia, antara lain, ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Sedangkan, untuk industri kerajinan, jumlahnya lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga sebanyak 1,32 juta orang. Pada tahun 2019, nilai ekspor produk kerajinan nasional menembus hingga USD892 juta, atau meningkat 2,6% dibandingkan perolehan tahun 2018 sebesar USD 870 juta.

Untuk mendorong peningkatan pasar ekspor Kemenperin membuka pasar-pasar baru di kancah global, sehingga menggairahkan kinerja industri batik nasional di tengah dampak pandemi sekaligus semakin memperkenalkan beragam batik khas Indonesia. Batik Indonesia memiliki berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar domestik dan internasional serta berhasil menjadi market leader di pasar batik dunia. Bahkan, kini banyak tokoh dunia yang telah mengenakan batik di dalam forum internasional, dan banyak desainer fesyen kelas dunia yang juga mulai mengadopsi batik Indonesia dalam koleksi karya busana mereka.

Pembangunan industri batik di Indonesia berorientasi pada arah pembangunan industri yang mandiri dan berdaulat, yang mengoptimalkan kehadian sumber daya dalam negeri selaku stakeholder pembangunan.

Upaya mendukung keberlanjutan industri batik dan pembinaan kepada para pelaku IKM batik terus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan jumlahnya yang besar dan merata hampir di seluruh penjuru tanah air, industri batik bisa menjadi penggerak perekonomian daerah untuk menjadi pengungkit industri kecil dan menengah lainnya.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Ngatmi (51) menyelesaikan batik bermotif abstrak di tempat usaha Batik Mahkota di kawasan sentra batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (15/7/2020). Beragam motif batik baru terus dikembangkan di kawasan itu sebagai salah satu upaya pelestarian batik sebagai salah satu warisan budaya.

Dari hasil riset tim Kemenperin 2020, permasalahan yang dihadapi industri batik terdiri dari printing, bahan baku, keterampilan tenaga kerja, pengembangan usaha kain lokal, pengelolaan limbah, pembinaan dan pendampingan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta adanya persaingan dengan printing bermotif batik.

Salah satu upaya mendorong kreatifitas dan produktifitas perajin batik Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) menciptakan alat Cap Batik Otomatis berbasis Programmable  Logic Controller (PLC).

Alat tersebut menggunakan metode otomasi pembuatan batik cap, yaitu canting cap dan kain digerakkan secara bergantian menggunakan pneumatik berbasis kontrol Programmable Logic Controller.

Teknologi perekayasaan alat batik cap berbasis otomasi ini dapat meningkatkan kapasitas, efisiensi produksi serta peningkatan kualitas batik cap. Alat ini diharapkan mampu membantu para pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) dan dapat berkolaborasi, sehingga meningkatkan kapasitas produksinya dan daya saing IKM Batik.

Industri batik sangat diharapkan mampu beradaptasi dengan kebiasaan baru atau berbagai perubahan dengan cara berpikir kreatif dan inovatif melalui pemanfaatan teknologi dan optimalisasi sumber daya yang ada, sehingga dapat terus bergerak serta berkontribusi positif bagi pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, kualitas produk batik Indonesia lebih baik dari produk batik impor yang kebanyakan dari proses pencetakan (printing) atau masuk kategori produk tekstil bermotif batik.

KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Menjelang hari raya Idul Fitri, sejumlah perajin memproduksi batik untuk pakaian gamis. Hal itu untuk menyiasati pemasaran agar tetap stabil di masa Lebaran. Siti Hajir, perajin di sentra batik kawasan Seberang, Kota Jambi, menjemur hasil pewarnaan batik, Jumat (16/6/2017).

Untuk terus meningkatkan ketampilan para perajin batik, Kementerian Perindustrian aktif memberikan pelatihan kepada para pelaku industri batik di tanah air, agar semakin berdaya saing global. Upaya ini diharapkan dapat memacu kompetensi para perajin batik sekaligus mendorong terciptanya inovasi produk.

Salah satu fokus materi pelatihan yang diberikan saat itu adalah tentang proses pembuatan batik yang ramah lingkungan. Tujuannya untuk menciptakan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, dan hemat air, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan implementasi prinsip industri hijau yang dapat mendukung konsep ekonomi secara berkelanjutan.

Praktik industri hijau ini sangat penting dan mutlak untuk segera dilaksanakan guna tercapainya efisiensi produksi serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Misalnya, penerapan manajemen bahan baku dan kimia, penghematan energi dan air, melakukan daur ulang lilin batik dan larutan bekas pewarna, pengolahan limbah batik, serta penetapan Standar Industri Hijau untuk batik. Proses produksi di industri batik diharapkan semakin efektif dan efisien, sehingga daya saingnya akan meningkat.

Kegiatan pelatihan dan pendampingan diharapkan menjadi program strategis untuk kembali membangkitkan gairah usaha pelaku industri batik terhadap dampak pandemi Covid-19. Upaya lainnya, mendorong industri batik dan kerajinan dapat ikut memanfaatkan teknologi modern dalam rangka mendongkrak produktivitas dan kualitas secara lebih efisien. Hal ini sesuai dengan implementasi program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0.

Kementerian Perindustrian telah mengembangkan aplikasi batik analyzer untuk membedakan produk batik asli dan tiruan batik. Batik analyzer adalah suatu aplikasi yang dapat dipasang pada ponsel pintar berbasis Android dan iOS yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).

Motif Batik

Dari sekian banyak motif batik, ada beberapa yang dianggap sangat populer di Indonesia, yaitu:

Motif ini dianggap melambangkan deburan ombak di lautan yang menghantam  batu karang yang maknanya bahwa manusia harus terus berjuang semasa di dunia. Banyak ditemui di wilayah Jawa Tengah.

Sido Mukti sangat terkenal biasanya digunakan oleh orang tua mempelai pengantin saat resepsi adat jawa Yogya dan Solo karena mengambil filosofi dari Keraton Solo dan Yogya. Sidomukti memiliki makan, sido artinya menjadi, mukti artinya sejahtera sehingga melambangkan doa dan harapan menjadi sejahtera pada masa akan datang.

Batik ini merupakan perpaduan budaya lokal masyarakat dengan Tionghoa, diproduksi di daerah Rembang oleh para pembatik keturunan Tionghoa. Motif batik Lasem kental akan budaya Tionghoa dengan warna merah dan motif daun yang menjadi ciri khas masyarakat China.

Motif ini menggambarkan awan beriring seperti awan di langit yang sedang mendung, memiliki gradasi warna hingga 7 warna. Mega Mendung adalah motif batik yang sangat populer di kenakan masyarakat umum di berbagai situasi baik resmi maupun santai. Motif ini berasal dari wilayah Cirebon Jawa Barat.

  • Motif batik Tujuh Rupa.

Batik ini sangat dikenal menggunakan motif yang diambil dari hewan dan tumbuhan yang berjumlah tujuh dalam motifnya. Motif Batik Tujuh Rupa menjadi ciri khas Kota Pekalongan.

  • Motif batik Singa Barong.

Motif Singa Barong adalah simbol dari makhluk penjaga Keraton Kasepuhan Cirebon. Selain singa, motifnya juga berisi gajah atau burung Garuda pendamping singa barong. Motif ini berasal dari daerah Cirebon yang menjadi salah satu sentra batik terkenal di kalangan masyarakat.

Sentra Batik

Wilayah penghasil batik didominasi Pulau Jawa. Sebanyak 87 tujuh persen industri batik di Indonesia tersebar seluruh Pulau Jawa, yaitu  di Jawa Barat (38,42 persen), Jawa Tengah (26,22 persen), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) (19,52 persen), Jawa Timur (2,66 persen), Banten (0,23 persen), dan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta (0,05 persen), sedangkan di luar Pulau Jawa industri batik terbanyak berada di Provinsi Jambi.

Ikon kota penghasil batik, antara lain:

  • Sentra Batik Trusmi Cirebon
    Sentra ini terletak di kawasan Plered, atau sekitar 4 kilometer sebelah barat Kota Cirebon. Dengan akses yang mudah dijangkau Trusmi dikenal banyak wisatawan. Para wisatawan bisa mencoba belajar membatik secara langsung. Trusmi adalah kota para perajin batik dan mereka membuka toko sendiri, kurang lebih terdapat lebih dari 3.000 pelaku industri kreatif di sentra batik Trusmi.
  • Sentra Batik Palbatu Jakarta
    Dengan ciri khas motif Betawi, sentra batik yang diberi nama Kampung Batik Palbatu ini terletak di Menteng Dalam Tebet, Jakarta Selatan. Lokasi ini pernah terkenal karena memiliki jalan batik terpanjang dan rumah warga yang dilukis motif batik. Kampung ini menyediakan sarana bagi wisatawan untuk belajar membatik.
  • Kampung Batik Kauman Pekalongan
    Pekalongan telah diresmikan sebagai sentra batik sejak 2007. Sebagai penghasil batik yang sangat terkenal, Kampung Kauman Pekalongan juga berhasil menjadi desa wisata nasional yang juga menawarkan latihan membatik. Keunikan batik Pekalongan adalah motifnya yang banyak dipengaruhi oleh budaya Arab, Tionghoa, Melayu, India, Jepang, hingga Belanda. Kota Pekalongan berhasil menjadikan batik sebagai industri bernilai nasional di mana wisatawan dapat puas memilih orisinalitas dan kualitas yang beragam di pasar khusus batik.
  • Sentra Batik Semarang
    Sentra ini berlokasi di dekat Kota Lama dan Pasar Johar. Di kampung batik ini berfungsi sebagai pusat produksi sekaligus wisata.
  • Kampung Batik Giriloyo
    Tempat ini berada di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Atmosfir membatik di kota ini sangt kental karena hampir 90 persen warganya adalah pembatik. Di sini tersedia paket wisata belajar membatik yang digabung dengan wisata ke makam raja-raja di Imogiri.
  • Kampung Batik Laweyan Solo
    Perjalanan industri kriya di Laweyan sudah dimulai sejak abad ke-19. Hingga saat ini, kampung batik Laweyan telah memproduksi sekitar 250 motif batik khas dan telah dipatenkan.
  • Lasem, Rembang.
    Lasem merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia. Wisatawan dapat mengunjungi sentra batik ini untuk sekadar belajar membatik atau membeli batik langsung dari pengrajin.
  • Kampung Batik Jetis Sidoarjo
    Sentra batik yang berlokasi di Desa Lemahputro, Sidoarjo ini sudah berlangsung sejak tahun 1970-an. Batik Jetis memiliki khas yang terlihat dari warna berani, seperti merah, biru, kuning, dan hijau dengan motif burung merak. Wisatawan dapat berkunjung ke wilayah ini untuk belajar mengenai batik, sekaligus berbelanja langsung dari tangan pengrajin.
  • Kampung Batik Putat Jaya Surabaya
    Karena sempat terkenal dengan nama Gang Jarak yang berasal dari nama buah Jarak, motif yang dikembangkan di sentra batik ini juga bertemakan nama tersebut, yakni daun dan buah jarak.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Para tenaga pembatik yang bekerja di Batik Hasan, Bandung, Jawa Barat, menyelesaikan pembuatan batik tulis di tempatnya bekerja, Kamis (11/2/2016). Sejumlah perajin yang tergabung dalam Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Jawa Barat, termasuk kerajinan batik ini siap menghadapi tantangan era pasar bebas dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sejumlah perajin sendiri optimis dalam persaingan sehat dengan produk asing karena mereka memiliki ciri khas dan kualitas hasil karya orisinil serta desain yang tidak kalah bersaing dengan produk asing.

Batik Tulis

Batik tulis adalah jenis batik yang dibuat secara manual menggunakan tangan dengan alat bantu canting untuk menerakan malam pada corak batik.

Untuk menghasilkan batik tulis dibutuhkan jenis alat, yaitu:

  • Canting: alat untuk melukis atau menggambar coretan malam pada kain mori berupa kain yang dipakai untuk membatik.
  • Bandul: berfungsi menahan mori yang dibatik agar tak tergeser oleh tiupan angin atau tarikan tangan pembatik.
  • Dingklik: tempat duduk orang yang membatik.
  • Gawangan: terbuat dari kayu atau bambu, berfungsi untuk membentangkan mori yang akan dibatik.
  • Wajan: tempat mencairkan malam untuk membatik, terbuat dari logam baja atau tanah liat.
  • Anglo (kompor): terbuat dari tanah liat, alat perapian untuk pemanas malam.
  • Tepas: alat untuk membesarkan api di anglo.
  • Taplak: berfungsi melindungi paha pembatik agar tidak tertetes malam dari canting.
  • Kemplongan: terbuat dari kayu, berbentuk meja dan palu pemukul. Digunakan untuk menghaluskan mori sebelum diberi pola motif batik.

Batik Cap

Batik cap adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang menggunakan canting cap. Canting cap yang mirip seperti stempel, hanya saja bahannya terbuat dari tembaga dan dimensinya lebih besar.

Alat Cap terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai gambar/motif. Kekhasan pada batik cap, yaitu ada pengulangan motif yang jelas dengan garis motif biasanya lebih besar dan hanya terlihat pada satu sisi kain, biasanya warna dasar lebih tua dengan kain mori lebih ringan (tipis) dan memakan waktu pekerjaan antara 1–3 minggu. Sedangkan pada batik tulis memiliki ciri terbuat dari tangan, tidak ada pengulangan motif, garis motif biasanya lebih kecil dan terlihat pada kedua sisi kain (bolak-balik). Biasanya warna dasar lebih muda, mori lebih berat dan memakan waktu yang lama dalam proses pembuatan, yaitu 3 hingga 6 bulan.

Batik tulis membutuhkan waktu yang lama untuk prosesnya sementara batik cap lebih mudah. Maka dari itu, batik cap harganya jauh lebih murah dibandingkan batik tulis. Batik cap dapat terjangkau semua kalangan masyarakat, sehingga tidak mengherankan jika batik cap dapat lebih banyak diserap pasar. Agar batik terus hidup dan menghidupi para pengrajinnya maka dibutuhkan alternatif memasyarakatkan batik berkualitas dan tetap terjangkau masyarakat luas. Batik cap dapat dijadikan pilihan agar industri batik terus bertahan karena harganya relative terjangkau. Industri batik dalam negeri harus mampu berdaya saing,  menghasilkan produk yang diminati pasar, dengan harga  terjangkau di setiap tingkatan pangsa pasar, serta dengan profit yang baik untuk pelaku usahanya.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Perempuan yang bekerja sebagai pembatik bersepeda menuju lokasi workshop di Desa Karas Jajar, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Jumat (20/5/2016).

Perlindungan Hak Paten

Untuk terus menjadikan batik sebagai warisan budaya bangsa yang berkesinambungan sebagai hasil karya cipta Indonesia, perlu adanya perlindungan hukum pada karya cipta tersebut. Dalam hal ini hak paten berguna untuk memberi perlindungan hukum dan ruang bagi seniman mengeksplorasi kesenian ataupun karyanya. Hal ini sudah dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat yang mengurus hak paten beragam kesenian tradisional sejak tahun 2010.

Di sisi lain, para perajin atau pembatik masih membutuhkan bantuan pemerintah untuk melindungi karya mereka, yaitu biaya yang cukup mahal untuk pematenan hasil karya. Lebih dari enam juta dibutuhkan agar keluar hak paten mereka. Selain itu, membutuhkan waktu yang lama 1,5 tahun hingga keluar hak paten yang mereka inginkan.

Selain hak paten, pemerintah dan masyarakat perlu mengingat upaya perlindungan pada industri batik dalam negeri terlebih saat Malaysia mengklaim batik sebagai salah satu produk mereka. Penetapan UNESCO tentu saja harus disertai dengan pelestarian seni batik, seperti  teknik membatik, regenerasi, dan memerhatikan kehidupan para pembatiknya.

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2020, pada sentra industri batik di 27 provinsi, diperkirakan jumlah industri batik di Indonesia mencapai 6.120 unit dengan tenaga kerja sebanyak 37.093 orang dan mampu mencapai nilai produksi sekitar 407,5 miliar rupiah per bulan atau setara 4,89 triliun rupiah per tahun.

Tentu saja perlu dilakukan berbagai upaya untuk membuat industri batik makin kokoh di Indonesia, antara lain, dengan advokasi pemasaran sosial pada konsumen mengenai baik tulis dan batik cap sebagai upaya penguatan brand batik tulis dan batik cap.

Selain itu, memperbaharui printing industri batik, koordinasi sistem database batik, serta pemanfaatan sumber daya alam lokal dengan meningkatkan penggunaan pewarna alam. Kemudian, perlu juga dilakukan optimalisasi pembinaan industri dan peran Balai Latihan Kerja (BLK) dalam peningkatan keterampilan tenaga kerja, serta sosialisasi potensi batik. Pemerintah juga hendaknya mendukung pembangunan pengolahan limbah dan peningkatan kesadaran industri batik mengenai pengelolaan limbah.

Indonesia pun harus terus bergerak untuk menjaga kreatifitas batik untuk generasi selanjutnya baik secara filosofi maupun tataran praktis. Selain itu, negara diharapkan mendukung industri batik lokal dalam bentuk UMKM juga industri kecil menengah yang berpotensi menghasilkan karya seni nilai budaya tinggi. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Kisah Goresan Malam: Selisik Batik Harian Kompas, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2019
Arsip Kompas
  • Batik Jadi Warisan Budaya Dunia, Kompas, 8 September 2009
  • Batik Lebih Didorong ke Ekstrakurikuler, Kompas, 7 Oktober 2009
  • Saat Kebangkitan Budaya Lokal, Kompas, 9 Oktober 2009
  • Upaya Batik Harus Serius, Kompas, 1 Oktober 2009