Peta Tematik

Kawasan Rawan Bencana Gunung Semeru

Tidak sampai sebulan dari meningkatnya aktivitas Gunung Merapi pada November 2020, Gunung Semeru di Jawa Timur yang khas dengan aliran lava dan awan panasnya, meletus dan status ditingkatkan menjadi level II (waspada).

Fakta Singkat 

Nama lain
Semeroe, Smeroe, Smiru

Nama kawah
Jonggring Seloko

Tipe gunungapi
Strato dengan kubah lava

Letak
Kabupaten Lumajang dan
Kabupaten Malang, Jawa Timur

Posisi geografis
112°55’00” Bujur Timur dan
8°6’30” Lintang Selatan

Tinggi di atas muka laut
Puncak Mahameru: 3.676 mdpl
Kubah lava Jonggring Seloko: 3.744,5 mdpl

Status gunungapi
Level II (Waspada) per 1 Desember 2020
Erupsi kembali 16 Januari 2021 pukul 17.24 WIB

Gunung Semeru terletak pada rusuk selatan geantiklin Jawa, tepatnya di bagian yang tenggelam dan sempat amblas lebih dari 3 meter. Dengan begitu, lereng kaki gunung ini terpisah dari gunung Jembangan di utara dan pegunungan yang ada di selatannya. Dilihat dari selatan, Gunung Semeru berbentuk kerucut yang sempurna, namun puncaknya rumit karena terjadi beberapa kali perpindahan kawah, mulai dari barat laut ke tenggara.

Puncak Mahameru merupakan puncak tertinggi (3.676 mdpl) yang menjulang di atas kawah tertua. Di sebelah tenggaranya terdapat kubah lava Jonggring Seloko yang lahir pada letusan 1913. Kubah tersebut terus berkembang hingga akhir 1973, tinggi kubahnya hampir menyamai puncak mahameru. Sisi selatan kubah ini mendobrak tepi kawah Semeru yang mengakibatkan aliran lava kini mengarah ke selatan.

Secara umum letusan Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 hingga 4 kali setiap jam. Vulkanian dicirikan dengan letusannya yang bersifat eksplosif, terkadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sedangkan strombolian biasanya dicirikan dengan terbentuknya kubah dan lidah lava baru. Penghancuran kubah lava inilah yang menyebabkan terjadinya awan panas guguran, dan ini menjadi karakteristik gunung Semeru.

Model tiga dimensi di atas menggambarkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunungapi Semeru, dengan potensi arah aliran vulkanik beserta lokasi pengungsian dan pos pengamatan. Tiga tingkatan KRB Gunungapi Semeru adalah KRB I yaitu kawasan yang berpotensi teraliri lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan abu, dan/atau air dengan tingkat keasaman tinggi. Apabila letusan membesar, maka kawasan ini berpotensi terkena perluasan awan panas dan tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat, serta lontaran batu pijar. KRB II, merupakan kawasan yang berpotensi terkena awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan/atau guguran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar dan gas beracun. Sedangkan KRB III sebagai tingkatan yang paling berbahaya, sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu (pijar), dan/atau gas beracun. Kawasan ini meliputi daerah puncak dan sekitarnya.

Sejak tahun 1800-an, Gunung Semeru sering kali mengalami erupsi, namun pada umumnya letusan tersebut hanya berlangsung sebentar dan hanya melontarkan bom serta abu. Sempat juga beberapa kali mengeluarkan lava, bahkan pernah mendobrak sayap gunung.

Sejarah letusan

Berikut ini beberapa rentetan aktivitas Gunungapi Semeru:

8 November 1818
Adanya aktivitas atau kejadian yang tercatat untuk pertama kali.

Hingga Desember 1908
Terjadi puluhan kali aktivitas atau kejadian vulkanik, dan beberapa di antaranya berupa lava mengalir.

September – Desember 1909
Awan panas. Rusaknya tanah garapan.

Januari, Februari 1911
Lava mengalir, awan panas, lahar, rusaknya tanah garapan pada November hingga Desember.

21 September 1941 – Februari 1942
Letusan dalam celah radial, terjadinya aliran lava. Letusan sampai di lereng timur pada ketinggian antara 1.400 dan 1.775 mdpl. Terdapat 6 titik letusan. Aliran lava sepanjang sekitar 6,5 km dan masuk ke Kali Besuksemut serta menimbuni Pos Pengairan Bantingan.

Februari – Mei, Oktober – Desember 1946
Awan panas, terjadinya kerusakan pada tahan garapan. Pembentukan kubah.

23 September – Desember 1950
Aliran lava mengalir ke kali Besutsat, sedangkan guguran lava masuk ke kali Besuksemut.

November 1951
Aliran lava masuk ke kali Besuksemut.

Tahun 1952
Aliran lava sampai Totogan Malang, mengalir ke kali Besukkobokan sampai ke Curah Lengkong.

November 1954
Aliran masuk melalui kali Besukkobokan.

27 April 1958
Aliran lava masuk melalui Kali Glidik sepanjang 1 km. Terjadi pertumbuhan kubah lava.

Tahun 1961
Letusan tipe Stromboli, tinggi abu sekitar 3.000 m diatas puncak. Benda letusan terlempar hingga Recopodo, hutan sekeliling hulu Kali Besuksat, dan Kali Tompe yang semula diduga terlindung oleh puncak Mahameru. Adanya aliran lava di Kali Glidik, Sarat, Bang dan Kobokan.

5 Mei 1963
Awan panas di Curah Lengkong, Kali Pancing dan Besuksemut mencapai 8 km. Aliran lava berada di Curah Lengkong, Kali Pancing dan Besuksemut. Aktivitas berlangsung hingga akhir Juli.

September 1967
Pembentukan kubah lava di pinggir kawah selatan, yang merupakan hulu Kali Glidik, Bang, Saat, dan Kobokan. Dalam pertumbuhannya, pinggir kawah bagian selatan berbentuk limas terpancung. Kubah lava terbangun tepat pada titik letusan 1963. Lahar hujan terjadi di lembah Kali Glidik, Besukkobokan dan Sungai Rejah.

Tahun 1968
Pertumbuhan kubah lava terus berlangsung, terjadinya aliran lahar yang menelan korban 3 penduduk Sumber Wungkil meninggal dunia.

Tahun 1972
Pertumbuhan kubah lava yang terus berlangsung. Terjadinya awan panas guguran yang terkadang terjadi menyusuri Kali Glidik hingga batas hutan. Di akhir taun, terjadi letusan setiap 5 sampai 45 menit sekali dengan tinggi asap maksimal 500 m. Semburan pasir halus dan abu terlontar sejauh 1 km.

Agustus 1973
Kegiatan pembentukan kubah dan lidah lava masih terus berlangsung. Adanya letusan disertai lava pijar dengan tinggi asap letusan sekitar 1.000 m. Guguran lava yang masuk melalui Kali Besukat dan Curah Kobokan makin meningkat hingga sejauh 2 km dari puncak. Sebagian lava menyebabkan   hutan di Curah Kobokan terbakar.

Tahun 1974
Aktivitas terus berlangsung, kubah lava semakin tinggi.

Tahun 1975 – 1976
Letusan di kawah utama disertai aliran lava.

1 Desember 1977
Terjadi guguran lava hingga menghasilkan awan panas guguran berjarak 10 km di Besuk Kembar dengan volume endapan 6,4 juta m3. Sebagian awan panas masuk ke Besukkobokan. Sawah dan tegalan di Desa Sumberurip rusak, hutan pinus dan jembatan rusak terbakar, serta 2 rumah bilik hanyut.

Tahun 1978
Letusan masih terjadi dengan tinggi asap maksimum mencapai 800 m di atas tepi kawah. Terjadi awan panas guguran di Kali Besukkembar.

Tahun 1979
Letusan masih terjadi, guguran disetai awan panas meluncur ke Kali Besukkembar mencapai jarak sekitar 3 km.

Tahun 1980
Letusan berlangsung setahun penuh. Adanya guguran diselingi awan panas ke Kali Besukkobokan dan Besukkembar.

28 Maret 1981
Letusan-letusan kecil, adapun lava mengalir lewat tepi kawah masuk ke Kali Besukkembar dan membentuk lidah lava. Terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 7 km.

Mei 1982
Peningkatan jumlah letusan, guguran semuanya masuk ke Kali Besukkembar, kadang diikuti awan panas guguran hingga mencapai jarak maksimum 3,5 km dari kawah.

Tahun 1983
Letusan berlangsung sepanjang tahun, guguran dan awan panas mencapai jarak luncur 3 km di Kali Besukkembar.

16 Januari 1984
Terjadi guguran kubah lava lama disertai awan panas guguran masuk ke Kali Besukkobokan mencapai jarak luncur sekitar 2-4 km.

Mei 1985
Terjadi letusan disertai awan panas guguran.

Tahun 1986 – 1989
Letusan terus berlangsung diikuti awan panas guguran dengan tinggi asap maksimum 1,2 km di atas tepi kawah, berselingan dengan pembentukan kubah lava

November – Desember 1990
Terjadi guguran kubah lava yang menghasilkan awan panas dan Kawah Jonggring Seloko menjadi terbuka sampai saat ini.

November – Desember 1992
Letusan Stromboli dengan pembentukan kubah lava dan lidah lava sepanjang 1,5 km dari kawah.

2 Februari 1994
Terjadi 9 kali letusan asap putih tebal dengan ketinggian 500 m dan 34 kali guguran lava ke Kali Besukkembar mencapai 1 km, disertai adanya gempa tremor selama 7 hari.

15 Februari 1994
Terjadi letusan dan dentuman diikuti hujan abu dan guguran lava yang membentuk awan panas guguran dari kubah lava. Awan panas menelan korban sebanyak 7 orang, dan 2 orang hanyut oleh lahar.

11 Maret 2002
Status Gunung Semeru dinaikkan dari Normal menjadi Waspada, sehubungan dengan meningkatnya jumlah gempa vulkanik dangkal.

April, Agustus – Desember 2002
Terjadi guguran lava pijar pada bulan April (610 kali), Agustus (484 kali), September – Desember (93 – 151 kali). Terjadinya gempa tremor sejak Agustus – Desember dengan amplitude maksimum mencapai 4 mm. Tidak ada korban jiwa ataupun kerusakan rumah dan fasilitas umum.

20 Januari 2004
Terjadi awan panas guguran masuk melalui Kali Besukbang sejauh 2,5 km.

7 Oktober 2004
Kembali terjadi awan panas dengan jarak luncur 1 km. Awan panas terjadi dengan frekuensi lebih banyak pada akhir tahun dengan jarak luncur antara 1 – 3 km.

29 Desember 2005
Terjadi beberapa kali awan panas guguran yang masuk ke Kali Besukbang sejauh 1000, 1500, dan 2500 m.

15 November 2007
Terjadi awan panas guguran yang masuk ke Kali Besukbang sejauh 1 km.

Mei 2008
Terjadi guguran awan panas yang didahului letusan asap dengan ketinggian maksimum 600 m. Masuk melalui Kali Besukbang dengan jarak luncur maksimum 3 km.

13 Februari 2016
Terjadi guguran lava, aliran lava pijar berjarak hingga sejauh 2,5 km. Timbul guguran awan panas ke arah selatan, mengakibatkan jalur pendakian di tutup total.

26 Juni 2019
Terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu sekitar 600 m di atas puncak Gunung Semeru.

Januari 2020
Terjadi erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 400 m diatas puncak.

29 Februari 2020
Teramati api diam dan guguran lava pijar sejauh 1 km dari pusat guguran.

3 Maret 2020
Terjadi guguran awan panas dengan jarak luncur 3 km dari kawah puncak ke arah Kali Besukkembar dan Besukbang,

17 April 2020
Terjadi guguran awan panas yang mengarah ke Kali Besukbang.

1 Desember 2020
Terjadi luncuran awan panas guguran dari kubah puncak dengan jarak luncur 2 – 11 km ke arah Besukkobokan di sektor tenggara dari puncak Gunung Semeru. Status aktivitas vulkanik Gunung Semeru berada pada level II “Waspada”.

16 Januari 2021 (terkini)
Erupsi kembali pukul 17.24 WIB dengan mengeluarkan awan panas sejauh 4,5 km. Titik guguran awan panas berada di Sumber Mujur dan Curah Koboan.

Kontributor:
Muhammad Fiqi Fadillah

Editor:
Slamet JP

Referensi:

Artikel Kompas.com

  • “Catatan Erupsi Gunung Semeru 30 Tahun Terakhir” (1 Desember 2020)
  • “5 Fakta Gunung Semeru Meletus dan Rekomendasi PVMBG” (1 Desember 2020)
  • “PVMBG: Aktivitas Vulkanik Gunung Semeru Masih Tinggi, Status Waspada” (17 Januari 2021)