KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Gelombang tinggi melanda kawasan Pantai Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (13/3/2024). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainudin Abdul Madjid mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem berupa hujan disertai petir dan angin kencang, serta gelombang tinggi di NTB pada periode 10-16 Maret 2024.
Fakta Singkat
- World Meteorological Organization (WMO) atau Organisasi Meteorologi Dunia berdiri pada 23 Maret 1950.
- Indonesia bergabung dalam WMO pada 16 November 1950.
- Jumlah anggota WMO 193 anggota, termasuk 187 Negara Anggota dan 6 Wilayah.
- WMO memfasilitasi kerja sama internasional dalam pengembangan meteorologi dan pertukaran informasi dan teknologi terkait cuaca, iklim, hidrologi, dan bidang lingkungan.
- Meteorologi berhubungan erat dengan gejala alam yang berkaitan dengan cuaca.
- Klimatologi adalah gejala alam yang berkaitan dengan iklim dan kualitas udara.
- Geofisika adalah gejala alam yang berkaitan dengan gempa bumi tektonik, tsunami, gravitasi, magnet bumi, kelistrikan udara, dan tanda waktu.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) adalah organisasi antar-pemerintah di bawah naungan PBB dengan keanggotaan 193 anggota, termasuk 187 Negara Anggota dan 6 Wilayah, yang mengelola layanan meteorologi sendiri. Tujuan utama WMO adalah untuk memfasilitasi kerja sama internasional dalam pengembangan meteorologi dan pertukaran informasi dan teknologi terkait cuaca, iklim, hidrologi, dan bidang lingkungan.
Selain itu, Badan Meteorologi Dunia (WMO) juga mengeluarkan kebijakan dalam aspek layanan cuaca iklim, hidrologi, maritim, dan lingkungan. Kebijakan tersebut, antara lain, rencana pembentukan unit informasi El Nino/La Nina yang terakreditasi di bawah WMO; pengembangan layanan teknologi hidrologi dalam early warning kekeringan; endorsement peta jalan pelaporan kondisi iklim dalam skala global dan regional, dan layanan iklim terapan seperti kesehatan, pertanian, maritim, kebencanaan, energi; serta dukungan untuk program Early Warning for All dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Anggota WMO bekerja sama untuk meningkatkan keakuratan dan keandalan prakiraan cuaca, peringatan, dan layanan untuk melindungi kehidupan masyarakat dunia. Mereka juga berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi, standar, dan metode untuk mengukur dan memantau variabel terkait cuaca dan iklim. Mereka juga berupaya meningkatkan observasi global, pertukaran, dan pengelolaan data cuaca dan iklim.
Tahun 2024, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) meluncurkan kampanye aksi iklim guna meningkatkan kesadaran secara global dan memobilisasi masyarakat untuk bertindak. Oleh karena itu, tema Hari Meteorologi Sedunia tahun 2024 adalah “Di Garis Depan Aksi Iklim.” Aksi itu sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan termasuk kesehatan yang baik, akses terhadap air dan sanitasi, serta kebebasan dari kemiskinan dan kelaparan.
Sementara tahun sebelumnya, WMO mengambil tema Hari Meteorologi Sedunia 2023, yakni “The Future of Weather, Climate and Water across Generations” yang artinya “Masa Depan Cuaca, Iklim, dan Air Lintas Generasi”. Tema ini mencerminkan cuaca topikal, iklim, atau masalah terkait air di seluruh dunia.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pengendara kendaraan bermotor melintasi hujan deras di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2024). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan intensitas ringan dan lebat, termasuk cuaca ekstrem, berpotensi terjadi hingga pertengahan Januari 2024 di sejumlah wilayah di Indonesia. Selama periode Januari 2024 ini terdapat beberapa fenomena dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia.
Artikel terkait
Sejarah
Hari Meteorologi Sedunia berkaitan dengan pembentukan Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) yang dibentuk pada 23 Maret 1950. Lembaga itu merupakan organisasi antar-pemerintah dengan keanggotaan 193 Negara Anggota. WMO menjadi badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meteorologi (cuaca dan iklim), hidrologi operasional, dan ilmu geofisika. Badan tertingginya adalah Kongres Meteorologi Dunia.
WMO berasal dari Organisasi Meteorologi Internasional atau International Meteorological Organization (IMO) yang dibentuk melalui Kongres Meteorologi Internasional Wina tahun 1873. Saat itu, IMO merupakan organisasi non-pemerintah yang kemudian bertransformasi menjadi badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1951. Selanjutnya, IMO menjadi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), yang memberikan respons yang lebih efektif dengan sifat meteorologi internasional.
Cikal bakal WMO, yakni Organisasi Meteorologi Internasional (IMO) bermula pada Kongres Meteorologi Internasional Wina tahun 1873, yang menugaskan Komite Meteorologi Permanen untuk merancang peraturan dan undang-undang organisasi meteorologi internasional untuk memfasilitasi pertukaran informasi cuaca melintasi batas negara. Profesor Buys Ballot terpilih sebagai Presiden Komite. Tugas tersebut diselesaikan di Utrecht pada tahun 1878 dan IMO dibentuk pada Kongres Meteorologi Internasional yang diadakan di Roma pada tahun berikutnya.
Kongres Roma membentuk Komite Meteorologi Internasional untuk menggantikan Komite Meteorologi Permanen, yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama internasional di bidang meteorologi, mendorong penelitian meteorologi dan membangun keseragaman dalam praktik operasional, khususnya sehubungan dengan pengamatan dan pelaporan cuaca serta pertukaran dan publikasi data.
Menjelang pertengahan tahun 1930-an, semakin jelas bahwa penunjukan IMO sebagai organisasi non-pemerintah tidak sesuai dengan pentingnya meteorologi pada saat itu, dalam konteks perkembangan ekonomi dan teknologi yang pesat. Pada tahun 1939, rancangan Konvensi Meteorologi Dunia yang baru (Rancangan Berlin) telah disiapkan tetapi tindakan lebih lanjut untuk menyetujuinya tertunda karena Perang Dunia II. Beberapa kemajuan lebih lanjut terjadi ketika Sekretariat dipindahkan ke negara netral, Swiss, pada tahun 1939, tidak lama setelah pertemuan Berlin.
Rapat Konferensi Direksi tahun 1947 di Washington, DC, AS membahas berbagai topik, seperti kode, satuan, diagram, simbol, instrumen, metode observasi, jaringan stasiun, telekomunikasi, keselamatan navigasi udara, statistik klimatologi, publikasi, dokumen, pendidikan, pelatihan profesional, penelitian meteorologi, masalah hukum dan masalah administrasi. Selain itu, hubungan antara IMO dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, Persatuan Telekomunikasi Internasional dan Patroli Es Internasional juga dibahas. Namun, isu yang paling penting bagi IMO setelah perang adalah status dan strukturnya.
Upaya untuk menyelesaikan masalah ini dimulai sejak bulan Februari 1946, ketika Konferensi Direksi meminta Komite Meteorologi Internasional untuk mempersiapkan konstitusi IMO yang baru, menjadikan Organisasi tersebut sebagai badan antar-pemerintah.
Dalam perkembangannya, IMO bertranformasi menjadi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada bulan Maret 1950, setelah berlaku Konvensinya. Penunjukan WMO pada tahun 1951 sebagai badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa menandai era baru bagi kerja sama internasional di bidangnya. meteorologi, hidrologi, dan ilmu geofisika terkait.
Hingga tahun 2023, WMO memiliki 193 Anggota, termasuk 187 Negara Anggota dan 6 Wilayah, yakni Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara dan Tengah, dan Pasifik Barat Daya. Tujuan utama organisasi ini adalah untuk memfasilitasi kerja sama internasional dalam pengembangan meteorologi dan pertukaran informasi dan teknologi terkait cuaca, iklim, hidrologi, dan bidang lingkungan terkait.
Anggota WMO bekerja sama untuk meningkatkan keakuratan dan keandalan prakiraan cuaca, peringatan, dan layanan untuk melindungi kehidupan masyarakat dunia. Mereka juga berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi, standar, dan metode untuk mengukur dan memantau variabel terkait cuaca dan iklim. Selain itu, mereka berupaya meningkatkan observasi global, pertukaran, dan pengelolaan data cuaca dan iklim.
Indonesia masuk menjadi anggota WMO pada 16 November 1950 dan berada di wilayah V, yakni Pasifik Barat Daya termasuk semua Negara ASEAN dan Australia. Lembaga di Indonesia yang menjadi anggota WMO yakni Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
BMKG merupakan sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan. Lembaga ini berperan melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Secara umum, Meteorologi berhubungan erat dengan gejala alam yang berkaitan dengan cuaca. Klimatologi adalah gejala alam yang berkaitan dengan iklim dan kualitas udara. Sementara Geofisika adalah gejala alam yang berkaitan dengan gempa bumi tektonik, tsunami, gravitasi, magnet bumi, kelistrikan udara, dan tanda waktu.
Lembaga tersebut bertugas mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika. Selain itu, BMKG menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang andal dan terpercaya, serta mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika. BMKG juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Mendung gelap selimuti langit Jakarta, Kamis (21/2/2019). Tren hujan ekstrem di Jakarta terus meningkat dari tahun ke tahun. Pemanasan suhu di Indonesia diketahui telah menyebabkan perubahan pola penguapan air sehingga mengubah pola hujan. Laju pemanasan ini selain dipengaruhi oleh fenomena global akibat penambahan gas rumah kaca juga dipengaruhi dinamika lokal, terutama akibat hilangnya tutupan vegetasi dan pertumbuhan kawasan urban.
Meteorologi
Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer. Kata “meteorologi” berasal dari perbendaharaan bahasa Yunani kuno, “meteorologia” yang berarti mempelajari benda-benda angkasa. Secara harfilah, meteorologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena di atmosfer, seperti pergerakan angin, awan, dan uap air yang sangat berpengaruh terhadap pola cuaca. Meteorologi mempelajari proses-proses fisika yang terjadi di atmosfer, terutama cuaca. Ilmu ini mencakup kimia atmosfer dan fisika atmosfer, dengan fokus utama pada prakiraan cuaca.
Meteorologi pertama kali diperkenalkan pada tahun 340 SM, ketika Aristotle, seorang ilmuwan asal Yunani, menulis buku Meteorologica yang berisi tentang rangkuman meteorologi. Pengamatan cuaca dilakukan secara manual hingga pada abad ke-17 dan ke-18, di mana termometer dan barometer ditemukan. Pada abad ke-19, peneliti mulai melakukan pengamatan cuaca secara rutin dan dikirim melalui telegraf. Abad ke-20 dan ke-21, teknologi untuk pengamatan dan pengiriman data semakin berkembang seperti menggunakan satelit dan radar cuaca.
Terdapat enam parameter utama yang mempengaruhi cuaca, yaitu suhu, tekanan, angin, kelembaban, hujan, dan awan. Dengan data-data dari parameter tersebut, ahli meteorologi membuat prakiraan cuaca. Kecanggihan teknologi membuat data-data tersebut bisa digabungkan dengan data citra satelit dan radar cuaca sehingga dapat menghasilkan prakiraan cuaca yang lebih akurat. Hasilnya dapat berupa peta prakiraan curah hujan.
Meteorologi sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia. Meteorologi membantu memprediksi kondisi cuaca untuk kelancaran kegiatan dalam berbagai bidang, seperti pembangunan, transportasi, hingga ekonomi. Salah satu contohnya adalah dalam dunia penerbangan. Pilot harus mengetahui kondisi cuaca pada lintasan yang dilalui pesawatnya untuk menghindari kecelakaan pesawat yang dapat diakibatkan oleh cuaca buruk. Orang-orang yang bepergian jauh juga perlu mengetahui kondisi cuaca apa yang akan dialami selama perjalanannya, sehingga aktivitas yang direncanakan tidak terhambat oleh cuaca yang tidak terduga.
Selain prakiraan cuaca, Ilmu meteorologi membantu dalam memantau dan memahami bencana alam seperti badai, gempa bumi, tsunami, dan banjir. Dengan memahami faktor-faktor atmosfer yang memengaruhi bencana tersebut dapat dilakukan tindakan mitigasi yang baik
Manfaat lainnya untuk agrikultur dan lingkungan. Para petani mengandalkan prakiraan cuaca untuk menentukan waktu tanam dan panen. Pemahaman tentang pola iklim dan perubahan lingkungan juga penting untuk keberlanjutan pertanian dan konservasi alam.
BMKG sebagai lembaga yang berwenang mengelola layanan meteorologi, memanfaatkan ilmu itu dalam kaitannya dengan prakiraan cuaca di berbagai daerah di Indonesia. Peringatan dini cuaca ekstrem di sejumlah daerah, dan prakiraan cuaca maritime, termasuk informasi tinggi ombak di sejumlah daerah.
Sebagai contoh misalnya, pada 14 Maret 2024, BMKG mendeteksi kemunculan tiga bibit siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia. Kondisi ini berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia dari 14 – 18 Maret 2024. Pemerintah daerah dan masyarakat diimbau untuk siaga dan waspada menghadapi cuaca ekstrem berupa hujan yang disertai angin kencang. Menurut BMKG, cuaca esktrem dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi yang banyak kerugian, baik secara materiel dan imateriel.
Tiga bibit sikon tersebut masing-masing adalah bibit siklon tropis 91S, 94S, dan 93P—yang termonitor berada di sekitar Samudera Hindia, selatan Jawa, Laut Timor, dan Laut Australia. Ketiganya, menunjukkan pengaruh terhadap wilayah Indonesia bagian selatan. Kemunculan tiga bibit siklon tropis ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah siklon tropis.
Fenomena-fenomena tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas SEDANG-LEBAT yang disertai kilat/angin kencang di sebagian wilayah Indonesia yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi hingga 18 Maret 2024, yaitu Sumatera bagian selatan: di Bengkulu dan Lampung; sebagian besar pulau Jawa: di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur; serta sebagian Bali dan Nusa Tenggara.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga mengenakan payung melewati pedestrian di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2024). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan intensitas ringan dan lebat, termasuk cuaca ekstrem, berpotensi terjadi hingga pertengahan Januari 2024 di sejumlah wilayah di Indonesia. Selama periode Januari 2024 ini terdapat beberapa fenomena dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia.
Klimatologi
Kata “klimatologi” berasal dari bahasa Yunani Kuno klima yang berarti “tempat, wilayah, zona”; dan -logia yang berarti “ilmu”. Secara harfiah, klimatologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang iklim, cara kerja sistem iklim, variasi dan penyimpangannya, serta pengaruhnya terhadap kegiatan manusia. Klimatologi dapat diartikan pula sebagai gejala alam yang berkaitan dengan iklim dan kualitas udara.
Iklim sendiri dalam arti sempit didefinisikan sebagai kondisi cuaca rata-rata pada lokasi tertentu dan periode waktu tertentu. Iklim juga dapat diartikan sebagai rata-rata keadaan cuaca jangka panjang yang umumnya bersifat tetap. Oleh karena itu, iklim adalah hal yang berbeda dengan cuaca. Perbedaan tersebut terlihat dari rentang waktu serta jangkauannya. Cuaca memiliki rentang waktu yang singkat dan dalam lokasi yang sempit. Sementara itu, iklim memiliki rentang waktu yang lama dan dalam lokasi yang luas.
Ilmu klimatologi mempelajari karakteristik atmosfer dalam mengendalikan iklim global, jenis iklim, penyebab dan proses yang mempengaruhi variasi iklim, unsur iklim dan dampaknya pada manusia atau sebaliknya, sehingga klimatologi sangat bermanfaat dalam penerapannya pada berbagai macam sektor. Ilmu ini membantu orang untuk lebih memahami kondisi atmosfer tentang pola cuaca dan perubahannya dari waktu ke waktu. `
Sejumlah manfaat dalam penerapan ilmu klimatologi adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan, kesehatan, perhubungan, perdagangan dan pariwisata, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, dalam sektor pertanian, klimatologi memberikan peran dalam perencanaan waktu yang tepat dalam proses penanaman tanaman disesuaikan dengan iklim yang sedang terjadi di suatu wilayah dikarenakan pertanian sangat bergantung dengan kondisi iklim di suatu wilayah. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap hasil panen yang didapatkan bagi para petani.
Di lembaga BMKG, Klimatologi diterapkan, antara lain, dalam memberikan informasi terkait iklim, prakiraan musim hujan, prakiraan musim kemarau, daerah-daerah yang berpotensi banjir selama musim hujan, dan prakiraan curah hujan di tiap daerah.
Salah satu informasi yang dirilis BMKG terkait klimatologi, yakni “Climate Outlook 2024” atau “Pandangan Iklim 2024” pada 31 Desember 2023. Outlook itu dapat digunakan oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan seluruh pihak sebagai salah satu panduan untuk perencanaan dan kegiatan pembangunan pada sektor yang terkait atau terdampak oleh fenomena iklim.
Berdasarkan outlook itu, sepanjang tahun 2024, gangguan iklim dari Samudra Pasifik, yaitu ENSO diprakirakan akan berada pada fase El Nino Lemah – Moderat pada awal tahun 2024. Kemudian selanjutnya hingga akhir tahun 2024, diprediksikan berada pada fase Netral. Terdapat peluang namun kecil untuk berkembang menjadi fenomena La Nina yang merupakan pemicu anomali iklim basah. Demikian juga dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang merupakan penyebab gangguan iklim dari Samudra Hindia, diprediksikan akan berada pada fase Netral dari awal hingga akhir tahun 2024.
Lebih jauh disebutkan, berdasarkan dinamika atmosfer tersebut, jumlah curah hujan tahunan pada 2024 diprediksikan umumnya berkisar pada kondisi normal. Namun, terdapat beberapa wilayah yang diprediksikan dapat mengalami hujan tahunan di atas normal, yaitu meliputi sebagian kecil Aceh, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian kecil Riau, sebagian kecil Kalimantan Selatan, sebagian kecil Gorontalo, sebagian kecil Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat bagian utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan, serta sebagian kecil Papua Barat dan Papua bagian utara.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Embusan angin kencang beserta gelombang tinggi terjadi di perairan sekitar Pantai Depok, Bantul, DI Yogyakarta, Jumat (19/1/2024). Nelayan di pesisir selatan DIY tidak dapat melaut karena ancaman gelombang tinggi yang diperkirakan dapat mencapai empat meter sebagai dampak cuaca buruk karena siklon tropis Anggrek. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Yogyakarta memprakirakan gangguan cuaca berupa hujan lebat dan embusan angin kencang berlangsung hingga 23 Januari 2024 mendatang.
Geofisika
Geofisika atau Geophysics dalam bahasa Inggris, menurut ilmu etimologi (cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna) terdiri dari kata “Geo” dan “Physics”. Geo berarti bumi dan Physiscs memiliki makna fisika.
Secara garis besar, geofisika adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau dapat pula diartikan mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika.
Ilmu geofisika bagi kebanyakan masyarakat umum masih sering tertukar dengan ilmu geologi. Hal tersebut merupakan hal yang wajar dikarenakan perbedaan keduanya tidak selalu dapat dengan mudah dibedakan secara pasti antara geologi dan geofisika.
Secara umum, geologi termasuk ilmu yang mempelajari bumi dengan melakukan penelitian langsung terhadap batuan, baik dari singkapan maupun dari pengeboran, serta meneliti gambaran tentang struktur, komposisi, atau sejarahnya yang dapat dilakukan dengan beberapa analisis.
Sementara geofisika termasuk ilmu yang mempelajari bagian-bagian bumi yang tidak dapat terlihat langsung dari permukaan, melalui pengukuran sifat fisikanya dengan peralatan yang tersedia di atas permukaan bumi. Geofisika juga mencakup interpretasi pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna tentang struktur dan komposisi lapisan di dalam bumi.
Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi, baik itu secara vertikal maupun horisontal.
Ilmu geofisika dapat dimanfaatkan dalam penyelidikan kebumian seperti mitigasi bencana gempa bumi, mitigasi bencana gunung api, eksplorasi minyak bumi, eksplorasi mineral dan logam, dan juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan.
Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat, misalnya seismologi yang mempelajari gempa bumi, ilmu tentang gunung api (Gunung Berapi) atau volcanology, geodinamika yang mempelajari dinamika pergerakan lempeng-lempeng di bumi, dan eksplorasi seismik yang digunakan dalam pencarian hidrokarbon.
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud di sini, misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi, serta radiasi radioaktivitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar, dan lain sebagainya.
Untuk memantau aktivitas gempa bumi dan tsunami misalnya, BMKG telah melaksanakan berbagai kebijakan terkait Geofisika, antara lain, pemasangan sensor tsunami di lapangan untuk pengukur ketinggian muka air laut (Tide Gauge), pemasangan sensor seismograf, pemasangan akselerograf, dan intensitymeter. BMKG juga memasang sistem pengolahan gempa bumi dan tsunami (Seiscomp3) pada 2019 di lima Balai Besar Wilayah MKG dan 27 UPT Geofisika.
Berkaitan degan geofisika, BMKG memanfaatkan ilmu itu dalam kaitannya memberian informasi peringatan dini tsunami, dan memetakan potensi gempa bumi, serta mitigasi terkait bencana alam tersebut.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Perahu nelayan diletakkan berjajar di tepi Pantai Depok, Bantul, DI Yogyakarta, Jumat (19/1/2024). Nelayan di pesisir selatan DIY tidak dapat melaut karena ancaman gelombang tinggi yang diperkirakan dapat mencapai empat meter sebagai dampak cuaca buruk karena siklon tropis Anggrek. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Yogyakarta memprakirakan gangguan cuaca berupa hujan lebat dan embusan angin kencang berlangsung hingga 23 Januari 2024.
Artikel Terkait
Bencana Alam terkait Meteorologi
Bencana alam yang berkaitan degan meteorologi biasa disebut bencana hidrometeorologi—suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi). Penyebab bencana hidrometeorologi adalah diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti curah hujan, kelembapan, temperatur, dan angin.
Dampak bencana itu dapat menyebabkan hilangnya nyawa, cedera atau dampak kesehatan lainnya, seperti kerusakan harta benda, hilangnya mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan.
Bencana Hidrometeorologi di Indonesia 2022
Jenis |
Kejadian |
Korban meninggal |
Korban Hilang |
Menderita |
Mengungsi |
Banjir |
598 |
8 |
0 |
83.613 |
9.462 |
Tanah Longsor |
885 |
9 |
1 |
299 |
422 |
Banjir dan Tanah longsor |
25 |
8 |
0 |
3 |
12.172 |
Abrasi |
20 |
0 |
0 |
90.144 |
0 |
Puting Beliung |
650 |
1 |
0 |
4.299 |
334 |
Kekeringan |
43 |
4 |
0 |
6 |
2.740 |
Sumber: BNPB
Sejumlah contoh bencana hidrometeorologi, antara lain, badai siklon tropis, badai petir, badai es, tornado, curah hujan ekstrem, banjir, embun, suhu dingin, dan lain-lain. Di Indonesia bencana hidrometeorologi yang sering terjadi adalah banjir, tanah longsor, cuaca ektrem, angin kencang dan puting beliung. Bencana lainnya, yaitu kekeringan, kebakaran hutan, dan kualitas udara yang buruk.
Tahun 2023, Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 351 bencana banjir di Indonesia. Salah satu banjir besar yang terjadi pada tahun tersebut adalah banjir bandang di Kota Manado pada akhir Januari 2023 yang menerjang 31 kelurahan di kota tersebut. Banjir itu mengakibatkan 5 orang meninggal dunia, dan ratusan rumah warga rusak dan ribuan orang terpaksa mengungsi.
Bencana Hidrometeorologi di Indonesia 2023
Jenis |
Kejadian |
Korban meninggal |
Korban Hilang |
Menderita |
Mengungsi |
Banjir |
351 |
19 |
2 |
55.829 |
3.379 |
Tanah Longsor |
430 |
57 |
20 |
295 |
2.453 |
Banjir dan Tanah longsor |
22 |
4 |
1 |
21.655 |
785 |
Abrasi |
4 |
0 |
0 |
496 |
0 |
Puting Beliung |
325 |
1 |
0 |
734 |
80 |
Kekeringan |
41 |
0 |
0 |
11.171 |
0 |
Sumber: BNPB
Sementara tahun 2024, hingga Maret 2024, BNPB mencatat ada 134 bencana banjir yang mengakibatkan lebih dari 100 ribu orang mengungsi. Salah satu banjir besar pada pertegahan Maret 2024 menerjang Pantura Jawa Tengah, yakni di Semarang, Demak, Grobogan, Kudus, Jepara, dan Pati. Penyebab banjir di Jateng adalah fenomena atmosfer, seperti Madden Julian Oscillation (MJO), Monsun Asia, dan Gelombang Rossby. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan banjir merendam beberapa kabupaten/kota di Jateng adalah bibit siklon tropis 91S di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa dan 94S di Teluk Carpentaria.
Bencana hidrometeorologi yang terjadi tahun 2024 berupa banjir disertai tanah longsor juga tercatat 9 peristiwa. Salah satu yang terbesar terjadi di Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada awal Maret 2024. Bencana itu mengakibatkan 30 orang tewas dan kerusakan infrastruktur seniai ratusan miliar rupiah di lima kabupaten di provinsi tersebut. (LITBANG KOMPAS)
Artikel Terkait
Referensi
- The Climate Crisis is a Child Right Crisis. Diakses dari unfccc.int.
- Climate anxiety in children and young people and their beliefs about government responses to climate change: a global survey. Diakses dari thelancet.com
- WMO Provisional State of the Global Climate. Diakses dari public.wmo.int
- Dokumen Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim. Diakes dari lcdi-indonesia.id
- Climate Change Performance Index 2023. Diakses dari ccpi.org