KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pasien dengan gejala batuk dan sesak antre memeriksakan diri di Poli Batuk dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (22/8/2023).
Fakta Singkat
- Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, kasus ISPA mengalami peningkatan signifikan. Pada Juli 2022, jumlah kasus ISPA yang dilaporkan di Jabodetabek sebesar 206.311 kasus. Jumlah itu mengalami peningkatan menjadi 285.623 kasus pada Juli 2023.
- Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2021, salah satu penyakit ISPA yakni pneumonia atau radang paru akut menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak dan balita di Indonesia. Pneumonia menyumbang 9,4 persen penyebab kematian anak umur 12-59 bulan.
- Menyikapi peningkatan kasus ISPA dan dampak kesehatan lainnya akibat polusi udara di DKI Jakarta, Kementerian Kesehatan membentuk Komite Respirologi dan Dampak Polusi Udara (PPRDPU)
- Untuk menangani kasus ISPA yang meningkat, ada 740 fasilitas pelayanan kesehatan yang disiapkan di Jabodetabek, meliputi 674 puskesmas, 66 rumah sakit, dan satu rumah sakit pusat respirasi nasional.
Penerapan sistem kebijakan bekerja dari rumah atau work from home bagi 50 persen aparatur sipil negara di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta nampaknya belum mampu memberikan hasil yang maksimal untuk meperbaiki kualitas udara Jakarta. Sudah lebih dari sepuluh hari sejak kebijakan tersebut diberlakukan, kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya tak kunjung membaik.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, Jumat (1/9/2023) pukul 09.00 WIB, Jakarta mencatatkan konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM 2,5) sebesar 94 mikrogram per meter kubik. Artinya Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat itu 18.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Pada waktu tersebut, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Ibu Kota tercatat berada pada angka 171. Dengan skor itu, Indonesia menempati peringkat pertama kota dengan polusi udara terburuk di dunia.
Jika dirunut ke belakang lagi, alih-alih membaik kualitas udara di Jakarta malah menunjukkan perburukan sejak penerapan sistem kebijakan bekerja dari rumah aparatur sipil diberlakukan pada 21 Agustus 2023. Kesimpulan ini terekam dari hasil pemantauan IQAir, sejak 21 Agustus 2023 sampai 1 September 2023 tercatat ada 9 hari kualitas udara Jakarta berada pada kategori “tidak sehat” dan 3 hari dengan kategori “tidak sehat bagi kelompok sensitif”.
Bahkan selama seminggu terakhir, merujuk pada tren pendataan per hari, kualitas udara di Jakarta berada pada kategori ”tidak sehat” terjadi selama tujuh hari berturut-turut mulai Sabtu (26/8/2023) hingga Jumat (1/9/2023). Pada Sabtu, skor berada di angka 152 dan Jumat skor naik menjadi 171.
Grafik:
Infografik: Albertus Erwin Susanto
Kualitas udara di kota-kota penyangga Jakarta juga terpantau masuk dalam kategori “tidak sehat”. Per Jumat (1/9/2023), pukul 09.00 WIB, Kota Depok, Jawa Barat, misalnya, kualitas udara tercatat berada pada angka 184. Tangerang Selatan, Banten, berada pada angka 183. Sementara Tangerang dan Bekasi, masing-masing berada pada angka 159 dan 155.
Jika dilihat riwayatnya dalam seminggu terakhir, kualitas udara di Kota Depok, Tangerang Selatan, dan Tangerang, selalu berada pada kategori “tidak sehat” dan “tidak sehat bagi kelompok sensitif”. Konsentrasi PM2.5 di tiga wilayah tersebut selama seminggu terakhir berkisar antara 43,2 sampai 108,1 mikrogram per kubik.
Sebelumnya, tidak efektifnya kebijakan WFH ini sudah diprediksi. Merujuk Kompas (22/8/2023), sejumlah pengamat memandang WFH tak serta-merta mengurangi tingkat polusi. Sebab, sumber polusi udara di Ibu Kota bukan hanya bersumber dari transportasi saja. Selain transportasi, seperti temuan riset Center Research on Energy and Clean Air (CREA), pembangkit listrik, emisi dari industri, dan pembakaran sampah terbuka, juga berkontribusi besar terhadap pekatnya polusi Jakarta.
Juru kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta, Muhammad Aminullah, menilai WFH bisa saja menjadi solusi untuk mengatasi polusi di Jakarta, tapi tentu tidak cukup. ”Belajar dari PSBB (pembatasan sosial berskala besar) saat pandemi Covid-19. Meski tidak ada mobilisasi, polusi masih saja buruk,” ujarnya.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Darmawan Budi Setyanto, juga menyatakan, pemberlakuan kebijakan WFH dengan tujuan mengatasi polusi udara di Jakarta bukan solusi terbaik. Menurut dia, Jakarta harus lebih dulu memperbaiki transportasi umum untuk mengubah kebiasaan warga beralih ke angkutan umum.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Dokter memeriksa dengan stetoskop pasien bergejala batuk di Poli Batuk dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (22/8/2023). Rata-rata dalam sehari sebanyak 20 pasien dengan gejala batuk dan sesak memeriksakan diri ke puskesmas tersebut. Saat ini, semakin banyak orang, terutama anak-anak, yang terkena infeksi saluran pernapasan akibat tingkat polusi udara yang semakin tinggi.
Peningkatan Kasus ISPA
Kualitas udara yang tak kunjung membaik ini mulai mengganggu kesehatan masyarakat, terutama terkait gangguan sistem pernapasan. Kementerian Kesehatan melaporkan, tren penyakit pernapasan di Jabodetabek meningkat dalam enam bulan terakhir seiring dengan memburuknya kualitas udara di wilayah tersebut.
Salah satu penyakit akibat tingginya konsentrasi polutan di udara adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA adalah infeksi pada saluran nafas atas dan bawah, meliputi hidung, tenggorokan, faring, laring dan bronkus. Contoh penyakit ISPA yang umum yaitu pilek (common cold), influenza (flu), bronkitis, pneumonia, dan lain sebagainya.
ISPA dapat disebabkan oleh berbagai agen penyebab, seperti virus, bakteri, ataupun jamur. Namun, polutan udara turut memberikan kontribusi menyebabkan ISPA lantaran partikel-partikel halus dan gas polutan yang terhirup dapat merusak jaringan pernapasan yang mengakibatkan peradangan. Hal ini akan membuat sistem pernapasan lebih rentan terhadap serangan patogen, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Dari data yang dilaporkan di Puskesmas maupun di rumah sakit Jabodetabek, kasus ISPA di Jabodetebek mulai meningkat signifikan sejak pertengahan 2022. Berdasarkan data surveilans kasus ISPA di Jabodetabek, dari Juli 2022 hingga Juli 2023 angka prevelensi ISPA per bulan rata-rata selalu melebihi 200.000 kasus. Sebelumnya, pada tahun 2022 ke bawah, rata-rata angka prevalensi ISPA selalu berada di bawah 200.000 kasus.
Grafik:
Infografik: Albertus Erwin Susanto
Pada Desember 2021, jumlah kasus ISPA yang dilaporkan di Jabodetabek sebesar 166.283 kasus. Jumlah itu mengalami peningkatan pada Juli 2022, yaitu sebesar 206.311 kasus. Pada Oktober tahun yang sama, jumlah itu meningkat pesat menjadi 393.289 kasus.
Pada 2023, kasus ISPA yang dilaporkan pun cenderung masih tinggi. Pada Januari 2023, tecatat ada sebesar 296.416 kasus, lalu meningkat menjadi 277.455 kasus pada Mei, dan 285.623 kasus pada Juli. Jumlah ini pun diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kadar polusi udara di Jabodetabek.
Selain Kemenkes, terjadinya lonjakan kasus ISPA juga dilaporkan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) per Juni 2023, pembayaran klaim asuransi kesehatan meningkat 35,3 persen atau senilai Rp 9,39 triliun di Semester I-2023, sedangkan pada periode yang sama di tahun 2022, AAJI mencatat klaim kesehatan sebesar Rp 6,94 triliun. Peningkatan paling tinggi terdapat pada pembayaran klaim asuransi kesehatan perorangan yang mencapai Rp 5,89 triliun atau naik 36,1 persen.
Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AAJI Novita Rumngangun dalam Konferensi Pers Laporan Kinerja Industri Asuransi Jiwa Semester I 2023, Kamis (24/8), mengatakan, polusi udara berdampak pada peningkatan klaim asuaransi kesehatan di industri asuransi jiwa. “Kita secara keseluruhan dalam industri tidak dapat angka jelas. Tapi tadi kita sharing ke masing-masing perusahan ada tren peningkatan ISPA,” ujar Novita.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon juga menambahkan bahwa sebelumnya pada 2021 penyakit ISPA telah masuk ke dalam 15 besar jenis penyakit yang paling banyak mendatangkan klaim untuk industri asuransi jiwa. Pada 2022, penyakit ISPA telah menempati posisi keempat dalam daftar penyakit penyebab klaim pada asuransi kesehatan. “ISPA sekarang penyebab klaim nomor satu,” kata Budi.
KOMPAS/RIZA FATHON
Pemandangan pusat kota di kawasan Jakarta Pusat pada Jumat (28/7/2023) yang diwarnai kabut pada siang hari. Mengutip data pada situs IQAir, Jakarta tercatat menjadi salah satu kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. Sebanyak 70 persen kontributor buruknya kualitas udara ibukota adalah sektor transportasi. Masyarakat diharapkan untuk selalu waspada menyikapi kualitas udara yang kurang baik, terutama terhadap kenaikan kasus batuk pilek ISPA dan pneumonia.
Dampak Berbahaya ISPA
ISPA tidak bisa dianggap remeh, sebab merupakan jenis penyakit yang menyerang saluran pernapasan manusia. Bila tidak segera ditangani, ISPA bisa menyebar ke seluruh sistem pernapasan dan membuat tubuh tidak memperoleh oksigen yang cukup, bahkan yang lebih parah bisa menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
Merujuk laman Halodoc, ISPA menjadi penyakit yang gampang sekali menular. Virus dan bakteri dapat menular melalui udara, percikan air liur, dan sentuhan terhadap barang-barang yang telah terkontaminasi penderita. Orang-orang yang mudah sekali terserang penyakit ini adalah mereka yang memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh, orang-orang berusia lanjut, dan anak-anak pun rentan terhadap penyakit ini, karena sistem imun mereka belum terbentuk sepenuhnya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2021, salah satu penyakit ISPA yakni pneumonia atau radang paru akut menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak dan balita di Indonesia. Pneumonia menyumbang 9,4 persen penyebab kematian anak umur 12-59 bulan.
Adapun di dunia, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, pneumonia menyebabkan 14 persen dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun dengan total kematian 740.180 jiwa. Bayi dan balita yang terinfeksi akan terganggu nafasnya sehingga dapat menyebabkan bayi kekurangan pasokan oksigen.
Gejala ISPA dapat bervariasi tergantung pada jenis infeksinya. Beberapa ISPA memiliki gejala yang lebih ringan dan berhenti dengan sendirinya, sementara yang lain bisa menjadi lebih serius dan memerlukan perawatan medis.
Gejala penyakit ISPA umumnya berupa sakit kepala, demam, batuk, pilek, hingga sakit tenggorokan. Adapun gejala yang lebih serius akan timbul berupa kesulitan bernapas, pusing, tingkat oksigen dalam darah rendah, demam tinggi dan menggigil, hingga hilang kesadaran.
Merujuk Alodokter, jika infeksi terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik, penderita dapat mengalami komplikasi serius yang dapat berakibat fatal, seperti seperti gagal nafas, peningkatan kadar karbondioksida dalam darah, gagal jantung, kerusakan kantong udara pada paru-paru, bronkitis kronis, dan infeksi lainnya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pasien dengan gejala batuk memeriksakan diri di Poli Batuk dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (22/8/2023). Rata-rata dalam sehari sebanyak 20 pasien dengan gejala batuk dan sesak memeriksakan diri ke puskesmas tersebut. Saat ini, semakin banyak orang, terutama anak-anak, yang terkena infeksi saluran pernapasan akibat tingkat polusi udara yang semakin tinggi.
Polutan Halus
Manusia tidak mampu memilih udara yang akan dimasukkan ke sistem respirasinya. Hal ini menjadikan sistem pernafasan sebagai target utama berbagai bahan berbahaya dari udara.
Ada beberapa jenis polutan pencemaran udara yang paling sering ditemukan, di antaranya Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NO2), Sulfur Oksida (SOx), PM10, dan PM2,5. Menurut WHO, PM 2,5 merupakan polutan udara paling berbahaya dan menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap berbagai efek kesehatan.
Dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer. Polutan halus PM2,5 dapat dengan mudah masuk ke dalam saluran pernapasan manusia dan mencapai paru-paru. Makin kecil partikel makin toksik sifatnya. PM 2,5 yang halus ini bisa masuk ke saluran pernapasan hingga alveoli bahkan bisa masuk sampai ke pembuluh darah dan menyebar ke organ lain dalam tubuh.
Begitu masuk ke pembuluh darah PM 2,5 akan menyebabkan peradangan kronis. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap PM2.5 dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular, dan penurunan fungsi paru-paru pada populasi yang terpapar.
Upaya Pemerintah
Menyikapi peningkatan kasus ISPA dan dampak kesehatan lainnya akibat polusi udara di DKI Jakarta, Kementerian Kesehatan membentuk Komite Respirologi dan Dampak Polusi Udara (PPRDPU) melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor Hk.01.07/Menkes/1625/2023.
Ketua Komite PPRDPU yang juga menjabat Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, komite tersebut memiliki empat rencana strategis, yaitu deteksi, penurunan risiko kesehatan, pengendalian emisi maupun debu, dan adaptasi.
Salah satu fokus utama komite tersebut adalah edukasi masyarakat tentang pentingnya mengikuti protokol 6M+1S sebagai upaya pencegahan dari dampak polusi udara. Terlebih bagi orang yang pernah terkena penyakit pernapasan dan juga kelompok yang rentan terdampak akibat polusi udara seperti anak-anak, ibu hamil, orang dengan komorbid dan orang lanjut usia.
Adapun yang dimaksud dengan 6M dan 1S adalah:
- Memeriksa kualitas udara melalui aplikasi atau website.
- Mengurangi aktivitas luar ruangan dan menutup ventilasi rumah/ kantor/ sekolah/tempat umum di saat polusi udara tinggi.
- Menggunakan penjernih udara dalam ruangan
- Menghindari sumber polusi dan asap rokok
- Menggunakan masker saat polusi udara tinggi
- Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
- Segera konsultasi daring/luring dengan tenaga kesehatan jika muncul keluhan pernapasan.
Selain dengan mengajak masyarakat menerapkan 6M+1S, Kemenkes juga melakukan penguatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di Jabodetabek untuk menangani penyakit pernapasan, terutama penyakit yang bisa disebabkan oleh polusi udara seperti ISPA dan pneumonia. Setidaknya ada 740 fasilitas pelayanan kesehatan yang disiapkan, meliputi 674 puskesmas, 66 rumah sakit, dan Rumah Sakit Persahabatan sebagai Pusat Respirasi Nasional.
Infografik: Albertus Erwin Susanto
Merujuk Kompas (1/9/2023), peningkatan kapasitas pelayanan di puskesmas untuk penanganan penyakit pernapasan, antara lain dengan memberikan alat penunjang berupa aspirator dan saturasi oksigen. Diharapkan, puskesmas sudah bisa menangani penyakit ISPA, pneumonia ringan, dan asma ringan.
Sementara di rumah sakit, alat penunjang untuk diagnostik yang disiapkan berupa alat rontgen untuk mendeteksi pneumonia. Rumah sakit dapat memberikan tatalaksana untuk kondisi pneumonia berat, asma berat, dan penyakit paru obstruktif kronik.
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan di Jabodetabek rencananya juga akan dilengkapi dengan alat monitoring kualitas udara sebagai bagian dari sanitary kit. Alat ini digunakan untuk memantau kualitas udara sesuai dengan standar kualitas udara terkini dari WHO. Selanjutnya, mengembangkan sistem peringatan dini bagi masyarakat yang terintegrasi dengan Aplikasi SatuSehat berikut penyampaian tentang apa yang harus dilakukan oleh masyarakat. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- “Profil Kesehatan Indonesia 2021”, diakses dari kemkes.go.id
- “Waspada Polusi Udara, Belum Saatnya Melepas Masker”, Kompas, 19 Agustus 2023.
- “Efek Kebijakan ASN DKI Jakarta WFH Masih Belum Terlihat”, Kompas, 22 Agustus 2023.
- “Polusi Udara Picu Lonjakan Kasus ISPA di Jabodetabek”, Kompas, 28 Agustus 2023.
- “Polusi Udara Picu Lonjakan Kasus ISPA”, Kompas, 29 Agustus 2023.
- “Atasi Penyakit Pernapasan, Fasilitas Layanan Kesehatan Diperkuat”, Kompas, 1 September 2023.
- “Terjadi Lonjakan Kasus Penyakit Saluran Pernapasan di Depok”, Kompas, 3 September 2023.
- “Pneumonia in Children”, diakses dari who.int
- “740 Fasilitas Kesehatan Disiapkan Untuk Tangani Dampak Polusi Udara”, diakses dari kemkes.go.id
- “Cegah Dampak Polusi Udara dengan 6M 1S”, diakses dari sehatnegeriku.kemkes.go.id
- “Menkes Beberkan Upaya Penanganan Dampak Polusi Udara di Sektor Kesehatan”, setkab.go.id
- “Ini Gejala Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang Perlu Diwaspadai”, halodoc.com