KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Ratusan peserta mengikuti gerak jalan massal dalam rangka Pekan ASI (Air Susu Ibu) se-Dunia 2005 di Lapangan Monas Jakarta Pusat, Sabtu (6/8/2005).
Fakta Singkat
- Pemberian ASI Eksklusif tercantum dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan pasal 42 terkait kesehatan ibu dan anak.
- Peringatan Pekan ASI sedunia pertama kali muncul pada 14 Februari 1991 dalam World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) .
- Pada tahun 2022 cakupan ASI ekslusif Indonesia tercatat hanya 67,96 persen, turun dari 69,7 persen dari 2021.
Fase kehidupan seorang manusia dimulai sejak bayi dalam kandungan, khususnya pada trisemester pertama. Bayi harus mendapat nutrisi yang optimal. Ini adalah fase pembentukan sel utama termasuk otak, karenanya hormon tiroksin atau hormon pertumbuhan sangat dibutuhkan. Zat besi dan asam folat memegang peranan penting, selain protein dan mineral untuk tumbuh kembang janin. Kekurangan hormon pertumbuhan dapat mengganggu pertumbuhan hormon dan saraf balita.
Setelah lahir, bayi tentunya juga membutuhkan asupan yang sesuai dengan tubuhnya yang masih lemah. Karena bayi belum memiliki kemampuan mencerna nutrisi dari makanan padat, pada fase awal ini, bayi membutuhkan nutrisi ajaib yang membantu proses perkembangan otak, yang mudah diserap oleh pencernaannya, dan yang dapat menaikkan imun tubuhnya.
Di sinilah Air Susu Ibu (ASI) memegang peranan sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan bayi. ASI mengandung asam lemak yang bermanfaat untuk perkembangan otak dan fisik bayi.
Berdasarkan buku pentunjuk pelaksanaan surveilans gizi dari Kementrian Kesehatan RI, ada 20 indikator perbaikan gizi masyarakat, salah satunya adalah persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga usia enam bulan. Persentase bayi penerima ASI eksklusif adalah jumlah bayi yang mencapai umur 5 bulan 29 hari mendapat ASI eksklusif dibandingkan jumlah seluruh bayi berusia 5 bulan 29 hari dikali 100 persen.
Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga merupakan salah satu indikator pelayanan kesehatan yang wajib bagi masyarakat. SK Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2016 menetapkan Standar Pelayanan Masyarakat bidang kesehatan dengan 12 indikator, salah satu indikatornya adalah pemberian ASI eksklusif (Kemenkes RI 2017).
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sejumlah ibu menyusui bayinya serentak saat acara Peringatan Pekan ASI Sedunia di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) di Jakarta, Rabu (3/8/2016). KPPPA akan mendorong seluruh kementerian dan instansi pemerintah daerah untuk memiliki ruang laktasi dan penitipan anak. Hal ini bertujuan agar para ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Sejarah Kampanye ASI
Tumbuhnya industri susu formula pada sekitar abad ke-19 mendorong para ibu beralih ke susu formula daripada memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hingga awal abad ke-20, muncul anggapan negatif kepada ibu yang memberikan ASI, hingga perempuan makin enggan menyusui bayinya. Pada tahun 1960-an, mulai muncul kesadaran pemberian ASI pada bayi baru lahir.
Pentingnya pemberian ASI eksklusif telah menjadi perhatian dunia. WHO menganjurkan pemberian ASI eksklusif di mana bayi tidak boleh mendapatkan makanan tambahan selama enam bulan pada awal kehidupannya.
Pada tahun 1990 di Florence Italia, terbentuk Innocenti Declaration yang menyepakati setiap awal minggu Agustus (tanggal 1 – 7 Agustus) sebagai Pekan ASI Sedunia (World Breastfeeding Week).
Satu tahun kemudian, muncullah Peringatan Pekan ASI sedunia yang pertama kali muncul pada 14 Februari 1991 dalam World Alliance for Breastfeeding Action (WABA). Negara di dunia yang melaksanakan gerakan Pekan ASI Internasional mencapai lebih dari 170 negara.
Pada tahun 2020, WHO mengeluarkan tema Support Breastfeeding for a Healthier Planet. Tema tersebut dipilih karena menyusui atau pemberian ASI eksklusif mampu menyelamatkan 82.000 anak di dunia setiap tahunnya.
Tema Pekan ASI Internasional berbeda setiap tahunnya, tetapi selalu terkait dengan ibu dan anak, seperti tentang perawatan kesehatan, pendidikan dan perempuan, perempuan dan pekerjaan, kode internasional pemasaran pengganti ASI, ekologi, serta dukungan masyarakat dalam kampanye ini.
Sementara itu, tema WABA tahun 2023 adalah “Enable Breastfeeding; making a difference working parent”, tema ini diangkat untuk mendukung pada ibu dan ayah yang bekerja untuk memprioritaskan pemberian ASI eksklusif. Tema ini diharapkan dapat memberikan atau pun menciptakan dunia kerja dengan tetap memperhatikan hak-hak ibu menyusui, seperti memberikan cuti melahirkan minimal 18 minggu, idealnya lebih dari enam bulan.
Komitmen Inncocenti Declaration adalah untuk melindungi, mempromosikan dan mendukung pemberian ASI di dunia. Dalam hal ini, ASI dapat menjadi salah satu investasi terbaik untuk mengingkatkan kesehatan, perkembangan sosial, serta meningkatkan ekonomi individu dan negara.
Secara global, kurang dari 47 persen bayi berusia satu jam yang langsung menyusu pada ibunya, selebihnya membutuhkan waktu lebih panjang untuk mendapatkan kolostrum.
Prevalensi ASI eksklusif baru lahir berbeda di tiap negara, di Eropa Timur dan Asia Tengah sebanyak 72 persen, sedangkan di Asia Selatan sebanyak 39 persen, dan Asia Pasifik 41 persen.
Data global menunjukkan ada satu dari tiga bayi baru lahir yang sudah mendapatkan asupan cair selain ASI ibunya. Rata-rata pemberian ASI eksklusif bayi baru lahir berada pada rentang waktu kurang dari empat jam dilahirkan, yaitu sebanyak 67 persen.
Prevalensi tertinggi bayi disusui saat baru dilahirkan berada di wilayah Eropa Timur dan Asia Tengah, yaitu 72 persen. Pemberian ASI eksklusif yang diberikan pada bayi sebelum empat jam dilahirkan paling banyak di Afrika Timur dan Afrika Selatan, yaitu 82 persen.
ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa suplemen makanan, maupun minuman kecuali obat. Selama enam bulan pertama, ASI eksklusif terbukti dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang. Namun, setelah enam bulan, bayi harus mendapat makanan tambahan (makanan pendamping ASI), karena ASI tidak mencukupi zat besi dan seng.
Akan tetapi, terdapat kasus tertentu, seperti bayi prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan bayi yang memiliki kelainan hematologi (tidak memiliki cadangan besi adekuat pada saat lahir). Umumnya, mereka membutuhkan suplemen besi sebelum usia enam bulan yang dapat diberikan bersamaan dengan ASI eksklusif.
ASI diproduksi di sel pembuat susu, lalu mengalir menuju puting melalui saluran-saluran ASI, muaranya terletak di bagian dalam payudara, di bawah areola. Terkadang ASI bisa menetes melalui puting susu meskipun tidak sedang menyusui, karena ASI yang berada dalam saluran sudah terlalu banyak. Ketika ibu memikirkan sang bayi, ada sel otot yang mendorong ASI mengalir secara otomatis ke arah puting.
Nutrisi yang terkandung dalam ASI cukup banyak dan bersifat spesifik pada setiap ibu, karena dapat berubah dari waktu ke waktu disesuaikan dengan kebutuhan bayi sesuai usianya. Jika dilihat berdasarkan waktu, ASI dapat dibedakan menjadi tiga stadium: kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang.
Kolostrum adalah susu yang pertama keluar berbentuk cairan kekuningan. ASI mengandung taurin yang berfungsi sebagai neurotransmiter serta berperan dalam proses maturasi sel otak, susunan saraf serta pertumbuhan retina.
Kolostrum diproduksi beberapa hari setelah kelahiran yang mengandung protein tinggi 8,5 persen, karbohidrat 3,5 persen, lemak 2,5 persen, garam dan mineral 0,4 persen, air 85 persen, serta vitamin larut lemak 1 persen.
Dalam kolostrum, kandungan protein lebih tinggi dan lakstosa lebih rendah dibandingkan ASI matang. Selain itu, kolostrum mengandung tinggi imunoglobulin A (IgA) sekretorik, laktoferin, leukosit serta faktor perkembangan seperti faktor pertumbuhan epidermal.
Kolostrum berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Jumlah kolostrum yang diperoduksi per harinya hanya sekitar 7,4 sendok teh atau 36,23 ml perhari.
Kebutuhan bayi masih sangat kecil. Hari pertama, kapasitas perut bayi 5 – 7 ml. Pada hari kedua, 12 – 13 ml, dan pada hari ketiga 22 – 27 ml. Meskipun sangat sedikit, jumlah kolostrum cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir.
Setelah kolostrum, muncul ASI masa transisi (7 – 14 hari). ASI ini merupakan transisi dari kolostrum ke ASI matur. Meskipun kandungan protein menurun, kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air, dan volume ASI akan makin meningkat.
Peningkatan volume ASI dipengaruhi lamanya menyusui. Setelah itu, muncullah ASI matur, yaitu ASI yang disekresi dari hari ke-14 dan seterusnya dan komposisinya relatif konstan. ASI matur dibedakan menjadi dua, yaitu susu awal atau susu primer dan susu akhir atau susu sekunder.
Pemberian ASI eksklusif seringkali terkendala karena kurangnya pengetahuan ibu dalam memberikan ASI. Rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI, serta manajemen laktasi sejak masa kehamilan hingga melahirkan akan berdampak pada sikap dan perilaku pemberian ASI. Ibu pekerja seringkali terkendala dalam menjaga ASI eksklusif bagi anaknya.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Para ibu yang tergabung dalam Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) berbincang sambil menyusui anak mereka di gedung Sekretariat AIMI, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (17/3/2011 ) Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) terbentuk dari kepedulian beberapa ibu mengenai pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun.
Manfaat ASI
Kandungan nutrisi dalam ASI, seperti kolostrum berguna sebagai proteksi lokal pada permukaan saluran cerna bayi dan mengurangi berbagai macam gangguan kesehatan, seperti meningitis dan asma. Itu karena ASI merupakan nutrisi ideal untuk bayi karena lebih mudah dicerna daripada susu formula, sehingga dapat menjaga kesehatan bayi dan mencegah resiko sudden infant death syndrome (SID).
Selain itu, ASI mampu menurunkan risiko diabetes, obesitas, atau jenis kanker tertentu, sehingga meningkatkan kadar kesehatan anak-anak. Uniknya, ASI lebih sedikit merangsang produksi insulin ketimbang susu formula, hormon insulin mendorong terbentuknya lemak dalam tubuh. ASI tidak banyak memicu lemak dalam tubuh. ASI eksklusif memiliki kadar leptin tinggi yang berfungsi dalam metabolisme lemak yang menimbulkan rasa kenyang.
Saat seorang bayi disusui ibunya, ia merasakan dekapan dan detak jantung ibunya. Hal tersebut memungkinkan terjadi kontak batin antara ibu dan bayi. Dekapan ibu memberikan efek psikologis yang besar dan memberikan rasa aman kepada bayi yang disusuinya.
Rasa aman dan terlindungi itu membangun rasa percaya diri yang besar pada bayi, sekaligus terbangun rasa percaya anak kepada ibunya. Oleh karena itu, menyusui bayi bukanlah sekadar memberikan asupan pada tubuh bayi, namun juga menutrisi pertumbuhan jiwanya.
Pada ibu baru melahirkan menyusui merupakan proses emosional yang mampu mengatasi rasa trauma saat persalinan, sekaligus trauma akan kehadiran bayinya.
Pasca-melahirkan, ibu rentan mengalami baby blues syndrome dan menyusui mengurangi trauma dan baby blues mereka. Menyusui bayi juga merupakan proses hormonal bagi seorang ibu, sehingga menyusui mengurangi resiko kanker payudara.
Selain itu, pengisapan bayi pada payudara ibu memberikan rangsangan yang diteruskan ke otak dan kelenjar hipofisis, yang kemudian merangsang terbentuknya hormon oksitosin. Hormon oksitosin membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah terjadinya perdarahan pasca-persalinan. Proses kontraksi menyusui membuat ibu merasakan mulas di perut yang menandakan proses pengecilan rahim terjadi.
Jika seorang ibu memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, hal itu akan menjarangkan kehamilan, apalagi jika ibu menyusui bayinya selama dua tahun. Selama ibu menyusui, proses ovulasi tidak terbentuk, sehingga dapat menunda kehamilan berikutnya, dengan syarat ibu belum menstruasi dan bayi belum berusia enam bulan. Hal ini memudahkan upaya ibu dalam merawat dan menyusui bayinya.
Menyusui bayi merupakan cara paling mudah dan sederhana untuk meningkatkan kualitas hubungan ibu anak. ASI dapat diberikan tanpa mengeluarkan biaya dan perawatan, seperti membeli susu dan mencuci botol susunya, bahkan ASI memiliki suhu yang sesuai dengan suhu tubuh bayi. Dalam hal ini, ASI dapat membantu meringankan ekonomi keluarga tanpa perlu membeli susu bayi, memberikan rasa aman dan nyaman keluarga, serta menciptakan kemudahan dalam keluarga.
Bila ditarik secara global, pemberian ASI ekslusif dalam suatu negara akan memberikan keuntungan yang besar karena mengurangi biaya anggaran kesehatan negara. Bayi yang sehat dan kuat tentunya akan jarang sakit dan memiliki kualitas kesehatan yang baik, serta kesehatan mental kuat. Dengan demikian, subsidi rumah sakit untuk balita akan berkurang, serta dapat menurunkan angka kematian bayi.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Ratusan peserta mengikuti gerak jalan massal dalam rangka Pekan ASI (Air Susu Ibu) Sedunia 2005 di Lapangan Monas Jakarta Pusat, Sabtu (6/8/2005).
Gerakan ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif enam bulan pertama berbeda di setiap provinsi. Data BPS menunjukkan dalam tiga tahun terakhir (2020 – 2023), pemberian ASI eksklusif terbesar tercatat di wilayah Papua, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, yaitu di atas 70 persen. Dengan angka persentase tertinggi di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Terkait ASI eksklusif, pemerintah Indonesia telah membuat UU No. 36/2009 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Undang-undang ini mengatur tentang pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan hingga usia 6 bulan. Oleh karena itu, pemerintah mendorong peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif.
Dalam hal ini, pemerintah berkewajiban memberikan pelatihan program dan mengintegrasikan materi mengenai ASI eksklusif pada kurikulum pendidikan formal dan non-formal bagi tenaga kesehatan.
Pemerintah juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait ASI eksklusif, termasuk program di dalam dan luar negeri. Karenanya, baik pemerintah provinsi dan pemerintah daerah, wajib menjalankan program pemberian ASI eksklusif.
Kewajiban pemerintah daerah dan provinsi adalah kebijakan nasional dalam rangka program pemberian ASI eksklusif. Program tersebut dilakukan dengan advokasi, menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum dalam skala kabupaten/kota.
Selain itu, dengan menyediakan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI eksklusif dalam skala kabupaten/kota.
Dukungan pemerintah daerah dan masyarakat sangat penting bagi ibu menyusui, apalagi di Indonesia, pemikiran bias gender masih sangat dominan. Padahal, menyusui bukan hanya urusan ibu melahirkan, namun juga tanggung jawab bersama ayah atau suami.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) telah melakukan sosialisasi ASI eksklusif bagi keluarga pelopor dan pelapor sejak tahun 2016.
Grafik:
Sejak tahun 2017, KemenPPPA telah memberikan bantuan prasarana ruang ASI di 29 provinsi dengan sasaran utamanya adalah pasar tradisional, terminal bus, dan pelabuhan.
Selain itu, KemenPPPA melakukan koordinasi dengan kementrian dan lembaga serta pemerintah daerah untuk menyediakan ruang laktasi di kantor-kantor sebagai tempat untuk perlindungan ibu yang bekerja untuk tetap memenuhi kebutuhan ASI untuk anaknya.
Di Indonesia kampanye ASI eksklusif menjadi penting karena berdasarkan data global, pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan dapat mengurangi kematian bayi hingga 13 persen.
Salah satu indikator derajat kesehatan suatu bangsa adalah angka kematian bayi. Oleh karena itu, menyusui adalah salah satu investasi terbaik kelangsungan hidup, usaha meningkatkan kesehatan, serta perkembangan sosial, dan ekonomi individu.
Data The Global Breastfeeding Collective pada tahun 2017 menunjukkan negara akan mengalami kerugian ekonomi hingga 300 miliar USD per tahun akibat rendahnya cakupan ASI eksklusif. ASI eksklusif yang rendah berdampak pada tingkat kesehatan bayi dan balita, seperti diare dan infeksi lainnya hingga perawatan kesehatan.
Oleh karena itu, pemerintah menganjurkan untuk mendukung upaya pemberian ASI eksklusif 6 bulan pertama dan selanjutnya hingga usia dua tahun balita. Dibutuhkan kesadaran dan aksi bersama untuk mencapai sasaran World Health Assembly (WHA), yaitu minimal 50 persen pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada tahun 2025. Berbagai hal harus dibenahi termasuk dukungan pada orang tua pada ibu menyusui.
Pemerintah menyadari bahwa keberhasilan menyusui merupakan upaya bersama. Masyarakat membutuhkan informasi yang benar dan dukungan kuat untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan ibu menyusui secara optimal.
Menyusui balita bukanlah hanya keputusan ibu saja. Dukungan dari keluarga terdekat, seperti pasangan, orang tua, hingga lingkungan sosial sangat dibutuhkan. Anak perlu mendapatkan haknya, yaitu ASI selama dua tahun, maka perilaku adil gender terkait menyusui sangat penting.
Upaya nyata lainnya adalah dukungan di lingkungan kerja seperti hak cuti hamil, hak cuti melahirkan, hingga cuti berbayar. Selain itu, lingkungan tempat kerja yang memungkinkan ibu dapat menyusui ataupun memerah ASI baik di lingkungan formal ataupun informal.
Lingkungan kerja yang kondusif bagi ibu menyusui pernah menjadi tema besar dalam Pekan ASI Sedunia tahun 2019 yang dilakukan baik di tingkat pusat maupun daerah. Kegiatan itu berupa kampanye tentang ASI, workshop, seminat, talkshow, dan lomba terkait ASI.
Kampanye dan dukungan pada ASI eksklusif dilanjutkan pada tahun 2020 dengan membangun tema “Support Breastfeeding for Healthier Planet” dan tema nasional Dukung Menyusui untuk Bumi yang Lebih Sehat.
Dikursus yang dimunculkan adalah dampak pemberian makanan bayi pada lingkungan/perubahan iklim dan keharusan melindungi, mempromosikan, mendukung pemberian ASI untuk kesehatan bumi dan masyarakat.
Terkait hal tersebut, pemerintah mengajak masyarakat untuk berperan serta dalam mendukung setiap ibu agar berhasil menyusui, sehingga dapat berkontribusi dalam pencegahan stunting, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia masa depan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk seminar, talkshow, webinar yang melibatkan pemerintah dan mitra kerja, akademisi, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, media, dan masyarakat.
Karena menghadapi situasi Pandemi Covid-19, tahun 2021 Indonesia mengusung tema “Lindungi Ibu Menyusui, Tanggung Jawab Bersama” dengan slogan “Tetap Beri Anak Asi, Anak Terlindungi, Keluarga Sejahtera”. Hal itu didorong situasi pandemi hingga seluruh komponen masyarakat bergerak bersama dan berbagi tanggung jawab untuk mendukung ibu menyusui.
Selama pandemi, pertemuan fisik dibatasi sehingga konseling tidak berjalan optimal dan banyak hoaks yang beredar seputar menyusui. Hal tersebut menuntut adanya perlindungan agar bayi tetap mendapatkan haknya untuk disusui selama pandemi terlepas dari status Covid-19 yang disandang sang ibu.
Terkait pandemi, ibu menyusui harus mendapat vaksinasi dan tetap menyusui, serta memastikan fasilitas konseling tersedia untuk ibu menyusui pada masa pandemi. Meskipun pandemi, implementasi penggunaan ASI donor secara aman tetap berlangsung aman sesuai dengan indikasi medis, serta melakukan pemantauan kode internasional pengganti ASI.
Meskipun Pekan ASI Sedunia telah berlangsung sejak tahun 1991, nyatanya lebih dari setengah miliar perempuan pekerja tidak didukung oleh regulasi hukum tentang perlindungan maternitas.
Hanya 20 persen negara di dunia, termasuk Indonesia, yang mewajibkan pemberi kerja menyediakan cuti melahirkan dalam tanggungan dan fasilitas untuk menyusui atau memerah ASI. Hal itu diharapkan mampu mengurangi angka bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama fase hidupnya.
Pada tahun 2022, cakupan ASI ekslusif Indonesia tercatat hanya 67,96 persen, turun dari 69,7 persen dari 2021. Hal ini menandakan perlunya dukungan lebih intensif agar cakupan ini bisa meningkat. Karenanya, Pekan ASI Sedunia 2022 berfokus pada kegiatan menyusui di tempat kerja, agar memberikan peluang strategis untuk mengadvokasi hak-hak pekerja untuk kepentingan menyusui.
Salah satunya adalah memberikan cuti melahirkan minimal 18 minggu, idealnya lebih dari 6 bulan, disertai kebijakan yang mendukung peran ibu menyusui. Indonesia memiliki Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, dan Undang-Undang No. 11/2020 tentang Cipta Kerja yang Memuat Hak Karyawan Perempuan.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Para ibu yang tergabung dalam Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) berpose di gedung Sekretariat AIMI, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (17/3/2011). Kelompok ini terbentuk dari kepedulian beberapa ibu mengenai pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) untuk bayi secara eksklusif selama enam bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun.
Kendala Pemberian ASI Eksklusif
Persoalan yang seringkali dihadapi ibu menyusui adalah ibu pasca-bedah Caesar, mastitis atau abses payudara, payudara bengkak, puting susu lecet, serta puting susu datar atau terbenam. Hal tersebut dapat diatasi jika ibu memiliki rasa percaya diri dan semangat yang tinggi untuk menyusui bayinya. Sebenarnya kegagalan pemberian ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu, serta kurangnya pengetahuan mengenai produksi ASI dan pemberian ASI yang benar.
Jika seorang ibu memiliki keyakinan bahwa ASI nya sedikit, perasaan ini dapat berujung pada risiko gagal ASI eksklusif. Kondisi ini disebut ketidakcukupan ASI (PKA), yakni ketika ibu merasa produksi ASI-nya tidak cukup untuk bayinya. Ibu yang mengalami hal ini akan terus merasa tidak mampu memberikan ASI, dan jika perasaan ini dilanjutkan, ibu akan gagal memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Ibu yang menyusui membutuhkan nutrisi lebih tinggi ketimbang ibu hamil, tetapi faktanya banyak ibu yang mengurangi asupan makanan setelah melahirkan. Kurangnya nutrisi akan menyebabkan gagal ASI eksklusif karena ibu kekurangan nutrisi dan berdampak pada kesehatan ibu jangka panjang. Demikian pula bayinya yang akan kekurangan asupan nutrisi hingga tidak ada ASI eksklusif baginya.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI langsung dari ibu lewat proses menyusui. Jika diberikan dengan botol, disebut gagal memberikan ASI eksklusif. Hal ini sering dialami oleh perempuan pekerja karena cuti melahirkan hanya tiga bulan sehingga tidak bisa menyusui langsung.
Kurangnya pengetahuan membuat ibu memberikan air putih pada bayinya yang menyebabkan gagal memberikan ASI eksklusif. Ibu hanya boleh memberikan ASI tanpa makanan tambahan meskipun berupa cairan atau makanan padat. Bayi hanya boleh ditambahkan mineral, vitamin, atau obat dalam bentuk sirup atau tetas hingga usia 6 bulan. sesuai dengan anjuran WHO bayi usia di bawah 6 bulan tidak membutuhkan air putih karena dapat mengakibatkan kembung dan perut bayi penuh.
Untuk itu, dibutuhkan semangat dan tekad yang kuat dari ibu untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Jika ibu mudah menyerah, akan mengakibatkan gagal ASI eksklusif, sehingga kerja sama ayah dan orang tua sangat dibutuhkan demi kelancaran ASI ibu melahirkan. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1046/asi-eksklusif
- http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1343/3/4. persen20Chapter persen202.pdf
- https://www.who.int/campaigns/world-breastfeeding-week/2023
- https://genbest.id/articles/pekan-menyusui-sedunia-kampanye-dunia-untuk-penuhi-asi-eksklusif-anak
- https://data.unicef.org/topic/nutrition/breastfeeding/
- https://www.kominfo.go.id/content/detail/20501/berikan-asi-untuk-tumbuh-kembang-optimal/0/artikel_gpr
- https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/pedoman-pekan-menyusui-sedunia-2020.pdf
- https://www.who.int/indonesia/news/events/world-breastfeeding-week/2023
- https://primayahospital.com/kebidanan-dan-kandungan/penyebab-gagal-asi-eksklusif/