Paparan Topik | Piala Dunia

Piala Dunia U-20: Penentuan Tuan Rumah dan Pembatalan U-20 di Indonesia

“…FIFA telah memutuskan, karena keadaan saat ini, untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah U-20 World Cup 2023,” tulis keterangan FIFA pada 29 Maret 2023. Pembatalan ini berdampak pada hilangnya potensi ekonomi, pariwisata, dan harapan besar tampilnya tim nasional Indonesia U-20 di kancah dunia.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Presiden Joko Widodo diantara para pemain tim Indonesia U-20 dan tim kepelatihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (1/4/2023). Jokowi hadir untuk memberikan semangat kepada para pemain setelah mereka dipastikan tidak akan bermain di ajang Piala Dunia U-20 setelah keputusan FIFA mencabut Indonesia sebagai tuan rumah.

Fakta Singkat

Piala Dunia U-20 2023

  • Usaha Indonesia untuk terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 telah diupayakan sejak pertengahan tahun 2019.
  • Langkah untuk menjadi kandidat tuan rumah Piala Dunia U-20 mencakup penyerahan dokumen yang terdiri lebih dari 250 kategori, proses pengecekan dan verifikasi kelayakan administratif seluruh dokumen, dan inspeksi langsung ke stadion-stadion yang akan dipakai.
  • Persiapan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan keenam pemerintah daerah.
  • Polemik pencabutan hak tuan rumah Indonesia didorong oleh masifnya penolakan terhadap tim nasional U-20 Israel yang lolos sebagai kontestan.
  • Perkiraan minimal kerugian Indonesia yang batal menjadi tuan rumah adalah 3 triliun. Sementara potensi kehilangan pendapatan mencapai 188 triliun.
  • Sejarah menunjukkan turnamen sepak bola dan politik tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
  • Pada jalan menuju Piala Dunia 1958, Presiden Soekarno juga mendorong tim nasional untuk mundur karena harus menghadapi Israel di kualifikasi zona Asia.

“Kerja Keras Demi Piala Dunia U-20 Akhirnya Sia-sia”. Demikian judul yang diangkat dalam artikel Kompas.id (30/3/2023). Artikel tersebut memberitakan akhir dari polemik Piala Dunia U-20 yang terjadi selama beberapa hari sebelumnya.

Dicabutnya hak Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh Federasi Asosiasi Sepak Bola Dunia/Fédération Internationale de Football Association (FIFA) menjadi akhir dari serangkaian upaya kerja keras mewujudkan Piala Dunia U-20 pentas di Indonesia, yang akhirnya batal. Mimpi anak-anak muda Indonesia dalam tim nasional U-20 yang akan pentas dunia tertunda.

Mengacu pada artikel di Kompas.id tersebut, FIFA kecewa dengan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara acara olahraga internasional tersebut. Gelombang penolakan terhadap keikutsertaan tim nasional Israel menjadi salah satu penyebabnya.

Penolakan tersebut tidak hanya disampaikan oleh sejumlah pejabat publik dan politisi, tetapi juga sejumlah masyarakat Indonesia. Alhasil, sejak satu pekan terakhir sebelum FIFA mengumumkan pencabutan tuan rumah Indonesia pada Rabu (29/3/2023), media sosial telah dipenuhi dengan diskusi terkait topik serupa.

Keputusan FIFA tersebut mengejutkan masyarakat Indonesia. Kekecewaan juga mendalam juga dirasakan oleh pemerintah pusat, pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), pelatih tim nasional U-20, dan para pemain tim nasional U-20 yang telah melakukan persiapan dalam waktu lama.

Kekecewaan tersebut tidak hanya disebabkan oleh persiapan yang sia-sia itu sendiri. Hal lainnya juga disebabkan hilangnya peluang ekonomi yang masif dan hilangnya kesempatan untuk mendongkrak pariwisata melalui Piala Dunia U-20 yang memiliki nama besar.

Secara historis, momentum Piala Dunia U-20 menjadi panggung vital bagi industri sepak bola dunia juga ajang untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan event akbar tersebut..

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Beberapa suporter sepakbola Indonesia membentuk lingkaran saat mengikuti Aksi 1000 Lilin dan Doa Bersama Untuk Tim U-20 Indonesia “Selamatkan Masa Depan Sepakbola Indonesia” di Gedung Joang 45, Jakarta, Selasa (4/4/2023). 

Penentuan Indonesia Sebagai Tuan Rumah

Meski pada akhirnya waktu pelaksanaan resmi Piala Dunia U-20 di Indonesia dimulai pada Mei 2023, kepastian Indonesia memperoleh hak sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 telah diperoleh pada 2019. Secara spesifik, terpilihnya Indonesia tuan rumah terjadi setelah FIFA melakukan rapat umum pada 24 Oktober 2019 di Shanghai, China. Jauh dari kata instan, penentuan tersebut melalui proses yang panjang dan perjuangan keras dari pihak Indonesia.

Usaha panjang Indonesia untuk berjuang terpilih sebagai tuan rumah dimulai dari Surat Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi periode 2014–2019 dan kepengurusan PSSI pada masa itu. Upaya perjuangan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 dipimpin oleh Ratu Tisha, Sekretaris Jenderal PSSI periode 2017–2020. Pencalonan diri tersebut adalah wujud rencana jangka panjang PSSI bagi tim nasional jelang 100 tahun Indonesia pada 2045.

Tampil di Piala Dunia U-20 pun menjadi tahapan awal bagi pembentukan generasi emas tim nasional. Impian PSSI saat itu, Indonesia selanjutnya akan menargetkan diri untuk menembus putaran final Olimpiade Paris 2024, untuk bekal berlaga di Piala Dunia senior pada dekade 2040-an (Kompas.id, 30/3/2023, “Kerja Keras Demi Piala Dunia U-20 Akhirnya Sia-Sia”).

Surat dengan tanggal 19 Juli 2019 tersebut ditujukan langsung kepada Presiden Joko Widodo. Isinya menyampaikan bahwa Indonesia ingin mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021. Presiden Joko Widodo pun memberikan respon yang positif, dengan lantas mengirimkan surat kepada FIFA pada Agustus 2019.

Dalam surat kepada FIFA tersebut, Presiden Joko Widodo ikut melampirkan pelengkap tambahan, yakni surat jaminan penyelenggaraan. Surat jaminan tersebut ditandatangani langsung oleh pemimpin dari sejumlah lembaga pusat, antara lain, Menteri Keuangan, Menteri Tenaga Kerja, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informasi, dan Kepala Kepolisian Indonesia. Tak hanya kelengkapan administratif, Erick Thohir yang kala itu menjabat sebagai Ketua Komite Olimpiade Indonesia juga diutus untuk melakukan lobi ke FIFA dan beberapa negara.

Secara keseluruhan, terdapat tiga tahap besar yang harus dilakukan suatu negara untuk dapat lolos sebagai kandidat tuan rumah Piala Dunia U-20. Ketiga tahapan tersebut, antara lain, penyerahan dokumen yang terdiri lebih dari 250 kategori, proses pengecekan dan verifikasi kelayakan administratif seluruh dokumen, dan inspeksi langsung ke stadion-stadion yang akan dipakai.

Pada akhirnya, Indonesia yang pada waktu itu mengajukan 10 stadion sebagai lokasi dilaksanakannya Piala Dunia U-20 pun terpilih sebagai tuan rumah. Keterpilihan ini menjadi istimewa karena Indonesia menang dari puluhan negara yang memiliki minat sebagai tuan rumah.

Selain itu, di tahap final, Indonesia juga memenangkan persaingan dari Brasil dan Peru yang juga merupakan kandidat tuan rumah. Namun, pada 24 Desember 2020, FIFA mengumumkan bahwa turnamen edisi 2021 dibatalkan karena pandemi yang pada akhirnya Indonesia kembali ditunjuk sebagai tuan rumah pada 2023.

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO

Margono, perajin wayang kulit, menunjukkan calon cendera mata Piala Dunia U-20 yang batal diproduksinya, di Sanggar Wayang Gogon, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (31/3/2023). Cendera mata tersebut berupa hiasan meja dengan maskot Piala Dunia U-20, yakni Bacuya. Ia batal memproduksi seiring dengan pencabutan status tuan rumah Indonesia oleh FIFA.

Persiapan yang Sudah Dilakukan Indonesia Sebagai Tuan Rumah

Dengan jadwal pelaksanaan yang semakin mendekati jadwal pertandingan pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023, Indonesia sebagai tuan rumah yang awalnya terpilih untuk menyelenggarakan Piala Dunia U-20 telah mempersiapkan begitu banyak hal, baik itu di tingkat pemerintah daerah hingga pusat. Tim FIFA sendiri bahkan telah datang langsung untuk mengecek kesiapan di Indonesia dan juga masing-masing daerah.

Pemerintah telah menetapkan enam daerah di Indonesia yang akan menjadi lokasi pelaksanaan turnamen sepak bola junior terbesar itu. Pemerintah daerah dari masing-masing daerah tersebut pun telah bersiap. Keenam pemerintah daerah adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Sumatera Selatan, Kota Surakarta (Jawa Tengah), dan Kota Surabaya (Jawa Timur).

Awalnya sepuluh stadion diajukan sebagai tempat pertandingan Piala Dunia U-20. Namun, dari sepuluh stadion yang diajukan tersebut, hanya enam stadion yang dipilih oleh FIFA. Keenam stadion tersebut, antara lain, Stadion Jakabaring (Palembang), Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), Stadion Manahan (Solo), Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya), dan Stadion Kapten I Wayan Dipta (Gianyar).

Tak hanya bersiap, keenam pemerintah daerah tersebut telah menandatangani perjanjian resmi dengan FIFA sebagai kota tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Penandatanganan ini menjadikan masing-masing pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjalankan seluruh persiapan dan pelaksanaan Piala Dunia U-20 edisi ke-23 berdasarkan regulasi yang telah ditetapkan FIFA.

Aktor-aktor pusat konsisten menggelorakan nuansa Piala Dunia U-20 2023. Salah satunya dilakukan oleh PSSI dengan meluncurkan merchandise resmi yang diproduksi perusahaan lokal, Juaraga. Penjualan telah disebar ke seluruh Indonesia melalui jalur luring dan daring. Secara total, terdapat 53 produk pilihan dengan harga yang bervariatif terkait turnamen sepak bola junior terbesar di dunia tersebut (Kompas.id, 8/3/2023, “‘Merchandise’ Diluncurkan, Demam Piala Dunia U-20 Disebar ke Masyarakat”).

Pada edisi 2023 ini, Kota Surakarta akan menjadi daerah yang vital. Laga final dan upacara penutupan akan diselenggarakan di kota ini. Oleh sebab itu, pemerintah kota telah menyiapkan sejumlah rencana rangkaian acara. Sebagai Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka telah menemui mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama. Sebagai sosok yang merancang seremoni pembukaan dan penutupan Asian Games Jakarta-Palembang 2018, Wishnutama kembali diberi tugas serupa untuk Piala Dunia U-20.

Gibran mengungkapkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta telah selesai membangun konsep promosi acara, baik pra- maupun pasca-Piala Dunia U-20 2023. Menurut Gibran, konsepnya akan mengusung kolaborasi antara musik, budaya, dan olahraga. Selain itu, promosi juga akan dilengkapi dengan media baliho dan iklan media massa.

“Jadi, ada pra-event dan post-event. Itu sudah direncanakan. Post-event penting, akan diadakan satu hari setelah final biar orang tidak langsung pulang. Jadi, mereka selebrasi dulu, belanja dulu, dan berlibur dulu di sini. Artinya, banyak uang yang akan berputar,” ujar Gibran pada hari yang sama dengan keluarnya keputusan FIFA mencabut hak tuan rumah Indonesia, Rabu (29/3/2023), di Surakarta.

Presiden Suporter Persis Surakarta (Pasoepati) Agus Warsoep mengatakan, pihaknya berkomitmen mendukung penuh pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 di Surakarta. “Kami siap memadati stadion, bahkan jika yang bermain bukanlah tim besar. Bagi Pasoepati dan pencinta sepak bola di Solo, turnamen ini adalah anugerah yang harus dirayakan bersama,” kata Agus.

Di Kota Surabaya, kesiapan dan perencanaan serupa juga telah dilakukan. Salah satu konsep kemeriahan acara disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya Wiwiek Widayati. Diungkapkan, bahwa pihaknya akan menyelenggarakan ajang bertajuk “Road to World Cup” untuk memeriahkan Piala Dunia U-20 apabila Stadion Gelora Bung Tomo resmi terpilih sebagai arena laga.

Selain Surakarta dan Surabaya, Kota Bandung juga secara bersemangat menyambut penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Menurut Bupati Bandung Dadang Supriyatna, 20 hari penyelenggaraan Piala Dunia U-20 jelas akan memberikan manfaat bagi dunia wisata daerah.

Menurut dia, banyak wisatawan lokal dan internasional bakal berkunjung ke Bandung. Dengan potensi yang demikian, Pemerintah Kota Bandung pun telah melakukan persiapan. ”Kami sudah meminta pelaku perhotelan dan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) bersiap menyambut momen itu,” kata Dadang.

Di Kota Palembang, hotel dan fasilitas penginapan sejenis sudah dipersiapkan jauh-jauh hari untuk menyambut potensi lonjakan wisatawan. Sebanyak 100 agenda pariwisata bahkan telah disiapkan untuk dilaksanakan di Palembang. Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda menyebutkan pihaknya telah melakukan persiapan sarana dan prasarana di sektor pariwisata. Fitrianti percaya bahwa momen Piala Dunia U-20 2023 akan menjadikan Palembang sebagai salah satu sorotan dunia.

Sementara di Bali, Sekretaris Daerah Kabupaten Gianyar, Bali, I Dewa Gede Alit Mudiarta mengatakan bahwa sejumlah materi iklan promosi dan sarana untuk wisatawan juga telah disiapkan guna menggemakan Piala Dunia U-20 2023. Bahkan, geliat dan euforia masyarakat Bali dalam menyambut Piala Dunia U-20 pun mulai terasa terutama dengan dukungan dari komunitas sepak bola setempat (Kompas, 30/3/2023, “Pemda Telanjur Siap”).

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga, memberikan keterangan kepada wartawan terkait keputusan FIFA bahwa drawing Piala Dunia U-20 2023 ditunda di Jakarta, Minggu (26/3/2023). Drawing Piala Dunia U-20 rencananya akan digelar di Bali pada akhir Maret ini. Pembatalan ini terkait dengan penolakan Gubernur Bali terhadap kehadiran tim Israel di Bali. Belum ada penjelasan dari FIFA kapan drawing akan digelar.

Polemik Politik Indonesia sebagai Tuan Rumah 2023

Setelah menghadapi Tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022 lalu, dunia sepak bola Indonesia kembali mengalami polemik. Kali ini, bukan antara pihak kepolisian melawan suporter sepak bola, melainkan pihak yang mendukung pelaksanaan Piala Dunia U-20 sesuai prosedur dengan pihak yang menolak kehadiran tim nasional U-20 Israel.

Tim nasional U-20 Israel mengambil bagian dalam momen Piala Dunia U-20 2023 yang awalnya akan dihelat di Indonesia. Tim nasional Israel berhasil menyatakan diri untuk lolos sebagai kontestan dalam turnamen ini setelah mencapai final Piala Eropa U-19 pada tahun 2022.

Meski kalah dari Inggris dan gagal memperoleh juara, namun tim nasional U-20 Israel memperoleh gelar runner-up. Hingga titik ini, dapat diketahui bahwa sesungguhnya tim nasional U-20 Israel sudah dipastikan akan mengikuti turnamen di Indonesia tersebut sejak setidaknya pertengahan 2022.

Berbeda dengan Israel yang lolos sebagai peserta Piala Dunia U-20, tim nasional U-20 Indonesia sejatinya tidak lolos. Namun, kemungkinan untuk untuk dapat ikut berpartisipasi menjadi terbuka karena Indonesia adalah tuan rumah.

Perspektif Kontra Kedatangan Tim Nasional U-20 Israel

Masalah muncul karena Israel dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik. Ditambah lagi, bangsa Indonesia selama ini secara vokal dan eksplisit mendukung Palestina, negara yang selama ini terus berkonflik dengan Israel. Situasi demikian menjadi motif yang digunakan sejumlah pihak untuk menolak kedatangan tim nasional U-20 Israel di Indonesia.

Artikel Kompas.id (2/4/2023, “Kegagalan Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, dari Sepak Bola hingga Politik”) mencatat bahwa penolakan atas tim nasional U-20 Israel tersebut justru menjadi wujud atas kepentingan politis yang kental. Narasi kontra terhadap Israel tersebut pertama kali datang dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada 24 Maret 2023  dengan menggunakan alasan marwah bangsa dan komitmen kemanusiaan.

Dari pernyataan tersebut, narasi terus membesar. Tagar #SavePalestine, FreePalentine, dan #TolakTimnasIsrael berkembang pesat di ruang-ruang maya.

Narasi dari PKS tersebut lantas kian membesar dengan pandangan serupa dari sejumlah tokoh politik, seperti Gubernur Bali I Wayan Koster, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, juga sejumlah perwakilan partai politik dan organisasi masyarakat lainnya.

Hal demikian menjadi kian signifikan karena dua nama pertama adalah kepala daerah dari lokasi pelaksanaan Piala Dunia U-20. Apalagi, suara-suara kontra demikian muncul hanya beberapa minggu dari rencana pengundian grup yang direncanakan berlangsung di Bali.

Padahal, acara pengundian grup Piala Dunia U-20 di Bali sangat istimewa karena hal itu baru pertama kali dilakukan. Selama ini pengundian selalu dilaksanakan di Swiss sebagai tempat netral (Kompas.id, 9/3/2023, “Piala Dunia U-20 Jadi Atraksi Penarik Kunjungan Turis”).

Dalam fenomena tersebut, dengan berbagai tokoh yang menyuarakan penolakan terhadap kedatangan timnas Israel, serangan kritik dalam masyarakat dunia maya cenderung mengarah pada Ganjar Pranowo.

Bahkan, narasi serangan pun kian berkembang. Tidak semata pada konteks mengkritik penolakan itu sendiri, namun menjadi tafsiran politis dari latar belakang sikap Ganjar (Kompas, 5/4/2023, “Isu Ganjar, Adu Narasi Pendukung dan Netizen”).

Perspektif Pro Terhadap Regulasi FIFA

Sementara mereka yang mendukung agar Indonesia tetap sportif dalam mengikuti aturan FIFA disampaikan oleh pihak-pihak yang lebih variatif. Mulai dari tokoh agama, pemerintah, hingga pendidikan. Salah satu tokoh agama yang menyuarakan hal ini adalah Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. Gus Yahya mengatakan, penolakan terhadap Israel ke Indonesia belum tentu membuat Palestina rugi.

Ia juga menilai bahwa penolakan pada tim nasional U-20 Israel juga tak berguna jika nihil aksi nyata. “Kalau kita cuma menolak Israel, ‘jangan datang’, habis itu tidur, apa gunanya buat Palestina? Nggak ada gunanya juga,” kata Gus Yahya pada Sabtu (25/3/2023). “Kalau Israel datang ke sini, apa Palestina rugi? Belum tentu juga,” ujarnya.

Selain itu, sosok-sosok lain yang menyatakan dukungan adalah Ketua Umum PSSI Erick Thohir, Kepala Kepolisian Republik Indonesia Listyo Sigit, hingga Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana yang memberikan pernyataan dasar argumen ideologis. Bahkan Presiden Joko Widodo ikut turun tangan dengan memberikan pernyataan resmi menjamin kelancaran pelaksanaan Piala Dunia U-20 pada Selasa (28/3/2023).

Tak hanya itu, pihak dari Palestina sendiri mendorong Indonesia untuk tetap berpegang pada regulasi dan perjanjian dengan FIFA. Hal ini disampaikan oleh Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun. “Tentu saja kepesertaan masing-masing negara yang ikut dalam event ini tidak ada keterkaitannya dengan masalah suka atau tidak suka dengan negara-negara yang ikut serta tersebut,” kata Zuhair pada Rabu (15/3/2023) lalu.

Usai keputusan FIFA, Zuhair pun menyayangkan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah dan menilai pentingnya penerimaan terhadap seluruh tim yang lolos sebagai peserta Piala Dunia U-20.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Baliho sosialiasi pelaksanaan Piala Dunia U-20 terpasang di Kompleks Kantor Kemenpora di Jakarta, Rabu (29/3/2023). FIFA telah membatalkan ajang Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Potensi Piala Dunia U-20 bagi Indonesia

Secara umum, turnamen internasional sebesar Piala Dunia U-20 akan memberikan dampak yang masif bagi perkembangan suatu negara. Baik itu bagi industri sepak bola itu sendiri, juga pada sektor ekonomi dan pariwisata. Itulah sebabnya dalam perhelatan masing-masing edisi, berbagai negara kerap berlomba untuk memperoleh potensi istimewa yang diperoleh sebagai tuan rumah.

Dalam artikel Keuntungan Ekonomi Piala Dunia U-20 bagi Indonesia oleh Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada (PSPD UGM), penyelenggaraan Piala Dunia U-20 akan berdampak begitu signifikan pada pariwisata nasional Indonesia. Kedatangan turis mancanegara sebagai penonton kompetisi akan menjadi penggerak utama. Perkiraan ini didasari oleh pergerakan ekonomi Polandia ketika mengadakan Piala Dunia U-20 pada Mei hingga Juni 2019.

Statistik dari negara tersebut menunjukkan peningkatan jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara secara signifikan selama masa penyelenggaraan turnamen tersebut. Peningkatan ini diukur dari tingkat okupansi hotel maupun penginapan sejenisnya. Dibandingkan waktu yang sama pada tahun sebelumnya, terjadi peningkatan 8,9 persen jumlah hunian pada Mei 2019, mencapai jumlah 3.280.645 hunian.

Selain pariwisata, masuknya investasi juga menjadi potensi yang disoroti oleh PSPD UGM. Dengan mengutip Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno, penyediaan akomodasi pariwisata, transportasi, hingga infrastruktur dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20 dapat dimanfaatkan untuk menjalin kerja sama dengan investor dari dalam dan luar negeri.

Dalam proyek pembangunan, perbaikan infrastruktur, dan peningkatan akomodasi itulah, lantas akan membuka lapangan kerja baru yang berdampak pada peningkatan PDB negara tuan rumah. Diperlukan banyak tenaga kerja untuk menunjang tercapainya standar infrastruktur dan fasilitasnya Piala Dunia U-20 yang telah ditetapkan FIFA. Pada Piala Dunia Senior di tahun 2002, Jepang dan Korea Selatan membutuhkan lebih dari 31.000 pekerja untuk saling berkolaborasi dalam mengadakan turnamen.

Pelaksanaan Piala Dunia U-20 akan menjadi penunjang dalam konteks hubungan internasional negara tuan rumah dimana kesuksesan pelaksanaan turnamen ini akan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan persepsi internasional. Indonesia melalui penyelenggaraan Piala Dunia U-20 berpeluang untuk tidak hanya menampilkan kemegahan dan kesuksesan turnamen, tapi juga kondusivitas negeri dan potensi pariwisata berbagai daerah.

Hal terakhir tersebut selaras dengan pernyataan Erick Thohir selaku Ketua Panitia Lokal Piala Dunia U-20. “Agenda (peluncuran merchandise) hari ini adalah bagian untuk memeriahkan turnamen terbesar kedua FIFA, yaitu Kejuaraan Dunia U-20, yang ditunggu-tunggu banyak negara. Hal ini juga menjadi kesempatan kita mengibarkan pengaruh Merah Putih di event dunia,” katanya.

Sementara itu, CEO dari Juaraga, Mochtar Sarman menuturkan bahwa 95 persen bahan baku produk cendera mata Piala Dunia U-20 2023 berasal dari Indonesia. Ia menuturkan, proses pengembangan bahan baku dan model produk telah dilakukan dalam beberapa bulan lalu. Ini artinya, Piala Dunia U-20 di Indonesia secara nyata berdampak pada usaha ekonomi lokal (Kompas.id, 8/3/2023, ”Merchandise” Diluncurkan, Demam Piala Dunia U-20 Disebar ke Masyarakat).

Sandiaga Uno pun memaparkan bahwa berbagai potensi luar biasa bagi industri ekonomi dan pariwisata ini begitu luar biasa bagi Indonesia. Setelah mengetahui rencana FIFA untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah, Sandiaga menyebutkan bahwa pembatalan akan memberikan sentimen yang luar biasa negatif bagi capain industri pariwisata dan pergerakan wisatawan (Kompas.id, 28/3/2023, PSSI Punya Waktu 10 Hari untuk Perjuangkan Piala Dunia U-20 di Indonesia).

Hal tersebut terbukti nyata. Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 memberikan kerugian yang fatal. Setelah pembatalan, Sandiaga Uno memaparkan bahwa kerugian langsung yang dicapai Indonesia mencapai paling sedikit 3,7 triliun. Angka fantastis tersebut disebabkan oleh sama sekali tidak tercapainya target-target pembelian, kunjungan, dan wisatawan. Apalagi, sejumlah produsen telah memproduksi dan mendistribusikan cenderamata Piala Dunia U-20 (Kompas.id, 31/3/2023, Indonesia Merugi Rp 3,7 T Akibat Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20).

Sementara peneliti Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menyampaikan bahwa Indonesia kehilangan angka pendapatan yang sangat besar dari Piala Dunia U-20, yakni mencapai 188 triliun. Secara lebih rinci, jumlah ini mencakup 110 triliun pendapatan dari sektor akomodasi dan pariwisata, serta 78 triliun dari pendapatan tidak langsung.

Selain kerugian ekonomi tersebut, dampak buruk juga dirasakan oleh tim nasional U-20 Indonesia. Banyak permata dari tim nasional U-20 Indonesia kehilangan kesempatan untuk bermain di panggung tertinggi sepak bola internasional. Padahal, panggung ini menjadi momen luar biasa untuk mengasah kesempatan muda tersebut di level dunia.

Pencabutan tuan rumah Piala Dunia U-20 membuat Indonesia secara otomatis kehilangan jatah tampil Indonesia di Piala Dunia U-20 2023. Tempat Indonesia pun akan diserahkan kepada tuan rumah pengganti, yakni Argentina yang sebelumnya gagal lolos Piala Dunia U-20 2023 (Kompas.id, 30/3/2023, Kerja Keras Demi Piala Dunia U-20 Akhirnya Sia-sia).

KOMPAS/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR

Sejumlah produk merchandise Piala Dunia U-20 2023, seperti botol, stiker, dan tas mini, dijual di gerai Juaraga yang berada di Mal FX Senayan, Jakarta, Rabu (8/3/2023). Harga produk merchandise mulai dari Rp74.900 hingga Rp899.900.

Politik dan Sepak Bola

Dalam merespon isu pencabutan tuan rumah Piala Dunia U-20, pihak yang mendukung regulasi FIFA jamak memunculkan narasi bahwa politik dan sepak bola tidak seharusnya dicampuradukkan. Sementara yang satu berdiri di atas hubungan kepentingan dan transaksional, sementara yang lain menjunjung sifat sportivitas.

Meski begitu sejarah menunjukkan hal yang sebaliknya. Dalam konteks dunia, politik dan sepak bola terbukti niscaya untuk berkelindan satu sama lain. Di Indonesia, contoh ini ditunjukkan oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno. Dalam masa pemerintahannya, Soekarno meminta tim nasional Indonesia untuk mundur dari kepesertaan Piala Dunia edisi 1958 karena harus menghadapi Israel di kualifikasi zona Asia, menjadi wujud dukungan dan konsistensi sikap terhadap kemerdekaan Palestina.

Pada tataran global, negara-negara lain juga pernah menggunakan turnamen sepak bola sebagai alat politik pemerintahan yang berlansung. Pada Piala Dunia 1934 di Italia, pemerintahan fasisme Mussolini menggunakan turnamen tersebut sebagai propaganda politiknya. Hal serupa dilakukan oleh penguasa diktaktor Argentina pada Piala Dunia 1978. Turnamen tersebut digunakan oleh Jorge Rafael Videla sebagai alat politik untuk membangun citra dirinya pasca melakukan kudeta. Di saat bersamaan, perlawanan juga berlangsung di luar stadion dengan protes terhadap Videla yang memenjarakan banyak aktivis demokrasi.

Dalam konteks yang lebih aktual, Piala Dunia 2018 dan 2022 juga menjadi panggung dinamika politik yang mencakup negara tuan rumah. Pada edisi yang pertama disebutkan, Rusia terpilih sebagai tuan rumah. Nuansa politik begitu kental terasa karena niat Rusia untuk memanfaatkan status tuan rumahnya sebagai pembangun citra reputasi di dunia internasional. Niat ini pun memperoleh reaksi balasan dari negara-negara Barat.

Sementara pada edisi 2022, negara Qatar menjadi tuan rumahnya. Dalam pelaksanaan, berkembang isu-isu politis sepanjang penyelenggaraan perhelatan, seperti LGBT, minum alkohol, dan pekerja migran. Hal ini berangkat dari Qatar sebagai negara di kawasan Timur Tengah yang memilih untuk tetap memegang budaya dan nilai-nilai keagamaan yang kuat. Pilihan ini pun memperoleh pertentangan, terutama dari turis negara-negara Barat.

Catatan-catatan historis tersebut menunjukkan bahwa Piala Dunia mampu dihidupkan untuk menjadi alat meraih pengaruh dan kekuasaan. Atas hal tersebut juga, status sebagai tuan rumah pun menjadi hal yang diperebutkan. Pada titik yang lebih ekstrem, turnamen sepak bola dalam Piala Dunia menunjukkan dimensi politis yang lebih signifikan daripada penyelenggaraan kegiatan olahraga lain (Kompas, 30/3/2023, Politik dan Politisasi Ajang Olahraga).

Atas hal tersebut, pada akhirnya dinamika yang terjadi dalam kasus pencabutan Indonesia sebagai tuan rumah dapat memberikan pelajaran atas dua hal. Yang pertama, secara terbuka bahwa dimensi politik dan olahraga, apalagi sepak bola, memang tidak dapat saling beridiri murni dan lepas satu sama lain.

Kedua, harus diakui bahwa menjadi tuan rumah perhelatan agenda olahraga dunia akan selalu memberikan konsekuensi. Untuk itu, diperlukan kerendahan hati dan keterbukaan bagi tuan rumah. Bagaimanapun, pihak-pihak tidak bertanggung jawab dari dimensi politik jangan sampai menguasai kepentingan besar yang lebih luas demi egoisme tertentu dalam jangka pendek (Kompas.id, 28/3/2023, Perlu Matang sebagai Bangsa). (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Buku
  • Crouch, Terry. 2006. The World Cup: The Complete History. London: Aurum Press Limited.
Arsip Kompas
  • Kompas.id. (2023, Maret 30). Kerja Keras Demi Piala Dunia U-20 Akhirnya Sia-sia. Diambil kembali dari Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/olahraga/2023/03/30/kerja-keras-demi-piala-dunia-u-20-akhirnya-sia-sia-1
  • Kompas. (2023, Maret 30). Pemda Telanjur Siap. Jakarta: Harian Kompas. Hlm 14.
  • Kompas.id. (2023, Maret 9). Piala Dunia U-20 Jadi Atraksi Penarik Kunjungan Turis. Diambil kembali dari Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/03/09/piala-dunia-u-20-jadi-atraksi-penarik-kunjungan-turis
  • Kompas.id. (2023, April 2). Kegagalan Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, dari Sepak Bola hingga Politik. Diambil kembali dari Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/riset/2023/04/01/membedah-kegagalan-menjadi-tuan-rumah-piala-dunia-U-20-dari-sepakbola-hingga-politik
  • Kompas.id. (2023, Maret 8). ”Merchandise” Diluncurkan, Demam Piala Dunia U-20 Disebar ke Masyarakat. Diambil kembali dari Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/olahraga/2023/03/08/merchandise-diluncurkan-demam-piala-dunia-u-20-disebar-ke-masyarakat
  • Kompas.id. (2023, Maret 28). PSSI Punya Waktu 10 Hari untuk Perjuangkan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Diambil kembali dari Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/video/2023/03/28/pssi-punya-waktu-10-hari-untuk-perjuangkan-piala-dunia-u-20-di-indonesia
  • Kompas.id. (2023, Maret 31). Indonesia Merugi Rp 3,7 T Akibat Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20. Diambil kembali dari Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/video/2023/03/31/indonesia-merugi-rp-37-t-akibat-gagal-jadi-tuan-rumah-piala-dunia-u-20
  • Kompas.id. (2023, Maret 28). Perlu Matang sebagai Bangsa. Diambil kembali dari Kompas.id: https://www.kompas.id/baca/opini/2023/03/27/perlu-matang-sebagai-bangsa
  • Kompas. (2023, April 5). Isu Ganjar, Adu Narasi Pendukung dan Netizen. Jakarta: Harian Kompas. Hlm A.
  • Kompas. (2023, Maret 30). Politik dan Politisasi Ajang Olahraga. Jakarta: Harian Kompas. Hlm 6.
Internet