Paparan Topik

Hari Kebahagiaan Internasional: Sejarah, Konsep, dan Indeks Kebahagiaan

Hari Kebahagiaan Internasional merupakan ekspresi masyarakat dunia yang kian menyadari pentingnya arti dan makna kebahagiaan. Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan bahwa kebahagiaan adalah tujuan mendasar manusia.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Dua pasang calon presiden dan wakil presiden peserta Pemilu Presiden 2019, Joko Widodo-Ma’ruf Amin serta Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, tertawa seusai mengikuti pengundian nomor urut di Kantor KPU, Jakarta, 21 September 2018.

Fakta Singkat

  • Hari Kebahagiaan Internasional diinisiasi oleh PBB dan diperingati setiap tahunnya pada tanggal 20 Maret.
  • Sejarah Hari Kebahagiaan Internasional berangkat dari teladan negara Bhutan, yang menerapkan Gross National Happiness daripada Gross Domestic Product atau PDB sebagai indikator pembangunan.
  • Penerapan Gross National Happiness diinisiasi oleh Raja Bhutan Jigme Singye Wangchuck pada tahun 1972.
  • Akomodasi hari kebahagiaan dunia dalam forum PBB pertama kali terjadi pada 19 Juli 2011 oleh Majelis Umum PBB.
  • Pada sidang PBB 12 Juli 2012 dibahas soal Hari Kebahagiaan Internasional dan peluncuran publikasi tahunan World Happiness Report.
  • Hari Kebahagiaan Internasional pertama kali dilaksanakan pada 20 Maret 2013, sesuai dengan resolusi PBB Nomor 66/281.
  • Tujuan utama dari Hari Kebahagiaan Internasional adalah mengampanyekan pentingnya kebahagiaan dan mendorong pendekatan yang lebih inklusif untuk bahagia.
  • Publikasi World Happiness Report dan peringatan Hari Kebahagiaan Internasional sebagai momen tahunan merupakan bukti nyata kian pentingnya kebahagiaan bagi warga seluruh dunia.
  • Tema Hari Kebahagiaan Internasional 2023 mengakomodasi tiga cara sederhana untuk bahagia, ialah “Be Mindful. Be Grateful. Be Kind”.

Studi untuk memahami kepribadian individu dan masyarakat terus berlangsung dalam peradaban manusia. Salah satu wujud kemajuan yang diperoleh dari studi terus-menerus tersebut adalah dunia yang kian akomodatif terhadap persoalan kebahagiaan. Akomodasi tersebut tampak dari hadirnya pengukuran baku atas konsep kebahagiaan.

Perwujudan lain dari kesadaran atas pentingnya kebahagiaan tampak dari peringatan hari kebahagiaan yang diadakan secara internasional. Peringatan tersebut hadir setiap tahunnya pada tanggal 20 Maret yang disebut sebagai Hari Kebahagiaan Internasional atau International Day of Happiness.

Pelaksanaan Hari Kebahagiaan Internasional dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dari peringatan ini, PBB menegaskan bahwa kebahagiaan adalah tujuan mendasar manusia. Melalui laman resminya, PBB menjelaskan bahwa pelaksanaan Hari Kebahagiaan Internasional dinyatakan sebagai seruan untuk pendekatan yang lebih inklusif, adil, dan seimbang untuk mempromosikan kebahagiaan dan kesejahteraan semua orang.

Selain PBB, lembaga nirlaba Action for Happiness bertugas sebagai koordinator. Lembaga Action for Happiness membuat laman resmi bagi Hari Kebahagiaan Internasional, yakni dayofhappiness.net, yang mempromosikan pelaksanaan Hari Kebahagiaan Internasional, dan aktif mengampanyekan pentingnya masyarakat dunia untuk bahagia. Gerakan nirlaba ini terdiri atas orang-orang dari 160 negara dan didukung oleh kemitraan dari berbagai organisasi.

Hari Kebahagiaan Internasional dilaksanakan dengan berbagai hal, dengan tujuan yang utama adalah mengampanyekan dan mendorong kebahagiaan. Oleh karena itu, pada tanggal 20 Maret setiap tahunnya masyarakat dunia didorong untuk melakukan hal-hal yang menciptakan kebahagiaan selama satu hari. Media sosial pun juga dipenuhi kampanye yang mengingatkan akan pentingnya kebahagiaan.

Selain itu, tanggal 20 Maret juga secara khusus dijadikan sebagai waktu peluncuran publikasi World Happiness Report oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang merupakan sebuah laporan riset tahunan mengenai tingkat pengukuran kebahagiaan di berbagai negara di dunia.

Baca juga: Memahami Indeks Kebahagiaan

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Gerakan Mari Tersenyum Ratusan simpatisan mengajak warga tersenyum sambil melepaskan balon dalam kampanye Gerakan Mari Tersenyum yang digelar Himpunan Psikologi Indonesia di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (10/10/2012). Gerakan tersenyum adalah salah satu cara mencegah
depresi yang diadakan untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Sejarah Hari Kebahagiaan Internasional

Teladan dari Bhutan

Hadirnya peringatan Hari Kebahagiaan Internasional tidak lepas dari praktik pengukuran pembangunan yang diterapkan oleh negara Bhutan. Negara kecil di Asia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha ini sangat akomodatif terhadap nilai dari kebahagiaan.

Mengacu pada artikel akademik “Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat” oleh Martha, Bainus, dan Heryadi, Bhutan terkenal mengadopsi pembangunan berbasis kebahagiaan (happiness based-development).

Hal tersebut terwujud melalui konseptualisasi Gross National Happiness (GNH) sebagai indeks utama yang digunakan dalam mengukur keberhasilan pembangunan nasional. Acuan terhadap GNH ini menjadi sebuah alternatif perspektif yang begitu unik dalam diskursus pembangunan yang pada umumnya diukur dengan persoalan ekonomi semata, misalnya Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB).

KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Anak-anak SDN Lalomerui, Routa, Konawe, Sulawesi Tenggara, tertawa riang saat istirahat siang, Kamis (21/7/2022). Sekolah dasar satu-satunya di desa ini merupakan tempat belajar dan bermain puluhan siswa di pelosok Sultra ini. Sekolah ini hanya memiliki tiga kelas, sehingga siswa harus berbagi tempat belajar setiap hari.

Selama ini, dikursus pembangunan begitu erat dengan upaya kemajuan ekonomi. Mengacu pada artikel akademik “Gross National Happiness (GNH) Sebagai Counter-Discourse Bhutan Terhadap Diskursus Pembangunan Global” oleh Aditama, hal tersebut tidak lepas dari pemahaman bangsa Barat bahwa sumber kebahagiaan berasal dari hal-hal material. Nyatanya, paradigma yang telah lama terbangun tersebut tidak kunjung memberikan kebahagiaan bagi negara dan masyarakat yang menganutnya.

Kembali mengacu pada tulisan Martha, dkk., Bhutan menduduki peringkat delapan sebagai negara paling bahagia di dunia. Dari peringkat pertama sampai peringkat ketujuh, diisi oleh negara-negara Eropa yang memiliki PDB sangat tinggi. Mulai dari peringkat pertama, Denmark (USD 282,9 miliar), Swiss (USD 441,6 miliar), Austria (USD 336,3 miliar), Islandia (USD 17,47 miliar), Bahama (USD 10,17 miliar), Finlandia (USD 217,1 milar), dan Swedia (USD 423,1 miliar). Sementara PDB Bhutan sendiri begitu jauh, dengan hanya mencapai USD 875 juta.

Infografis: Hari Kebahagiaan Internasional tentang Manfaat Senyum

GNH sebagai konsep pengukuran pembangunan diperkenalkan pertama kali oleh Raja Bhutan, Jigme Singye Wangchuck pada tahun 1972. Wangchuck memperkenalkan GNH sebagai bentuk komitmennya untuk dapat membangun perekonomian Bhutan yang didasarkan pada nilai-nilai spiritualitas dan kebudayaan masyarakat. Lebih lanjut, konsep GNH kian berkembang melalui studi Centre of Bhutan Studies yang dipimpin oleh Kharma Ura.

Dari proses tersebut, instrumen GNH kian dikembangkan sehingga dapat digunakan menjadi alat ukur tingkat kebahagiaan penduduk Bhutan. Hingga kini, GNH di negeri Bhutan telah menjadi fondasi bagi pembangunan masyarakat yang inklusif dan adil. Hal tersebut kian dikuatkan oleh pemerintah Bhutan yang memasukkan GNH dalam konstitusi negara sebagai tujuan utama.

Meskipun berada di bawah kondisi PDB yang terbilang tidak tinggi dan memuaskan, penduduk Bhutan hidup penuh dengan kebahagiaan. Dalam sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2005, ditemukan bahwa 97 persen penduduk Bhutan menyatakan mereka bahagia. Bahkan dari jumlah tersebut, 45 persennya menyatakan mereka merasa sangat bahagia. 

KOMPAS/YURNALDI

Tertawa adalah salah satu cara memberdayakan diri, yang orang banyak tidak tahu manfaatnya. Padahal, dengan tertawa hidup kita menjadi lebih sehat, bahagia, dan tenteram. Kesehatan adalah bonus dari kedamaian yang diperoleh oleh jiwa dan mental kita. Ribuan orang mengikuti Pesta Rakyat – Olah Raga Tawa, yang digelar National Integration Movement di Lapangan Monas, Jakarta, Minggu (14/6/2009).

Konsep Kebahagiaan Global

Bhutan memperoleh pengakuan internasional karena kualitas dan proses pembangunannya akomodatif dan selaras dengan kebutuhan dan kepentingan warga maupun pemerintahnya.

Bhutan menjadi inisiator sekaligus negara pendorong yang aktif mempromosikan kebahagiaan melalui PBB. Bhutan mengajak dunia internasional untuk menerapkan pembangunan yang berorientasi pada kemanusiaan (people-oriented), dengan kebahagiaan sebagai salah satu indikator utama yang harus diperhatikan.

Dorongan dan pengaruh negara Bhutan terhadap aspek kebahagiaan pun memberikan kemajuan. Dunia internasional mulai menyadari bahwa kebahagiaan pun juga perlu memperoleh perhatian penting.

Gerakan kemajuan ini pertama kali tampak pada 2011, ketika Majelis Umum PBB mengajak negara-negara anggota untuk mengukur tingkat kebahagiaan warganya. Pengukuran ini nantinya bisa menjadi pedoman bagi penetapan kebijakan publik. Selain itu, turut disuarakan bahwa kebahagiaan adalah “tujuan dasar manusia” dan diperlukan pendekatan yang lebih seimbang dari pertumbuhan ekonomi.

Hasilnya, pada 19 Juli 2011, GNH memperoleh pengakuan oleh PBB dalam non-binding resolution. Artinya, mayoritas negara-negara anggota PBB mencapai kesepakatan bahwa kebahagiaan adalah salah satu bagian penting dalam pembangunan.

Resolusi internasional ini pun membuka peluang untuk diterimanya GNH sebagai alternatif kolektif indeks pembangunan selain PDB. Meski begitu, dengan sifatnya yang masih non-binding, membuat resolusi ini belum mengikat dan tidak dapat dieksekusi secara umum.

Dengan tercapainya resolusi tersebut oleh Majelis Umum PBB, diskursus internasional tentang kebahagiaan kian mengalami kemajuan. Setahun setelahnya, diselenggarakan konferensi tingkat tinggi PBB yang pertama kali mengangkat persoalan ini, dengan nama “Happiness and Well-being: Defining a New Economic Paradigm”. Sebagai tindak lanjut, pelaksanaan konferensi ini juga mengadopsi resolusi yang telah berhasil tercapai pada 2011 lalu.

Konferensi ini diinisiasi oleh negara Bhutan dan dipimpin langsung oleh Perdana Menteri Bhutan sendiri, Jigme Thinley. Selain itu, konferensi turut dihadiri oleh 800 peserta, termasuk kepala negara, delegasi negara, organisasi internasional, hingga akademisi. Sebagai hasilnya, konferensi yang berlangsung pada 12 Juli 2012 ini memberikan sejumlah signifikan bagi pengakuan atas kebahagiaan.

Pertama, forum internasional PBB (12/7/2012) melahirkan Hari Kebahagiaan Internasional sebagai peringatan internasional yang akan diperingati setiap tahunnya pada tanggal 20 Maret. Penetapan hari peringatan kebahagiaan ini ditetapkan Majelis Umum PBB melalui resolusi Nomor 66/281. Hari Kebahagiaan Internasional untuk pertama kali dirayakan pada tahun berikutnya, yakni 2013.

Kedua, sejak itu pula PBB mulai menginisiasi penerbitan laporan Indeks Kebahagian Dunia atau dinamakan World Happiness Report. Isinya adalah tingkat kebahagiaan masyarakat di berbagai negara dunia. World Happiness Report pertama kali diterbitkan pada tahun 2012 dan berlanjut terus diterbitkan tiap tahunnya hingga saat ini. Dalam tiap penerbitannya tersebut, data-data dalam World Happiness Report selalu diperbarui.

KOMPAS/ELOK DYAH MESSWATI

Paguyuban Penyembuhan Alternatif Indonesia di Jakarta, Selasa (18/1/2005) mengadakan terapi tertawa. Belasan anggota paguyuban turut tertawa bersama di bawah pengawasan pelatih Armand Archisaputra, pendiri Klub Tawa Seuri Euy. Terapi tertawa bisa mencegah serangan jantung disamping untuk kesehatan jiwa dan raga. Seperti hasil penelitian dari Dr.M. Miller, Direktur Centre for Preventive Cardiology Maryland Medical Centre Baltimore AS.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Hari Kebahagiaan Internasional pun pertama kali diperingati pada tahun 2013. Untuk pelaksanaannya yang pertama kali, diangkat tema “Happy Heroes” atau “Pahlawan Kebahagiaan” yang merujuk pada orang-orang di komunitas masyarakat sekitar yang telah melakukan banyak hal untuk membawa kebahagiaan bagi orang lain.

Pelaksanaan Hari Kebahagiaan Internasional pertama itupun meraih keberhasilan. Berbagai perayaan dilangsungkan di seluruh dunia, seperti meditasi di Bhutan, tarian flash mobs ceria di London, yoga dengan tawa (laughter yoga) di Hong Kong, dan pemutaran film Happy di berbagai daerah di seluruh dunia. Tagar #InternationalDayofHappiness pun memucaki daftar kata populer di media sosial Twitter.

Berbagai dampak internasional terhadap kebahagiaan pun memperoleh pengakuan yang juga kian luas dari pihak lain. Salah satunya adalah Direktur United Nations Development Programme (UNDP) Pedro Conceição yang menolak “tyranny of GDP”. Dalam tulisannya pada 2019 di laman resmi UNDP, Pedro berpendapat bahwa kebahagiaan harus menjadi fokus utama agar dapat membangun manusia dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Ia juga mengakui relevansi kebahagiaan dan kesejahteraan sebagai tujuan dan aspirasi universal dalam kehidupan umat manusia di seluruh dunia dan pentingnya pengakuan tersebut dalam kebijakan publik.

Kini, pelaksanaan Hari Kebahagiaan Internasional masih terus berlangsung setiap tahunnya. Hingga 2022, jumlah negara yang mengadopsi resolusi hari peringatan tersebut telah mencapai 193 negara. Dalam kegiatan Hari Kebahagiaan Internasional menjadi menjadi momentum sebagai seruan agar kebahagiaan masyarakat diberikan prioritas yang lebih besar.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Warga berolahraga di kompleks GOR Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (2/9/2015). Semakin banyak taman kota, kian banyak ruang bagi warga untuk saling berinteraksi, baik dengan sesamanya maupun lingkungan sekitar. Taman kota yang layak, bisa meningkatkan indeks kebahagiaan warga.

Perayaan Hari Kebahagiaan Internasional 2023

Sejak pertama kali diperingati tahun 2013, Hari Kebahagiaan Internasional selalu mengangkat suatu tema khusus yang berganti setiap tahunnya. Tema terakhir yang dipilih sendiri, tepatnya pada penyelenggaraan tahun 2022, adalah “Choose To Help” atau “Memilih untuk Membantu”.

Tema-tema yang dipilih selalu memiliki makna dan pesan untuk dipraktikkan secara empiris, misalnya tema pada 2022 mengajak masyarakat untuk mengambil tindakan membantu orang lain. Dalam korelasinya dengan kebahagiaan, memberikan bantuan pada orang lain memiliki dampak kebahagiaan yang begitu luas sebab tak hanya bagi pihak yang dibantu, tetapi juga bagi pihak yang membantu. Lebih daripada itu, memberikan contoh kebaikan pun dapat menjadi inspirasi kepada orang lain untuk turut serta berbuat kepada sesama.

Untuk Hari Kebahagiaan Internasional pada 20 Maret 2023, tema yang diangkat adalah “Be Mindful. Be Grateful. Be Kind” atau “Menjadi Berkesadaran. Menjadi Bersyukur. Menjadi Baik”.

Diangkatnya tema ini sebagai upaya membangun kesadaran bersama untuk menciptakan dunia yang lebih bahagia dan lebih baik, dapat dilakukan secara kolektif dengan menerapkan praktik sehari-hari yang sederhana.

Tujuan kampanye tersebut, menurut laman dayofhappiness.net secara rinci menjabarkan tiga poin menuju tahap kebahagiaan. Masing-masing poin dapat digunakan dalam momen apa saja untuk memberi dorongan diri dan membangun kasih sayang.

Deskripsi ketiganya, antara lain:

  • Be Mindful atau penuhi diri dengan kesadaran. Caranya adalah dengan menenangkan pernapasan dan memberikan perhatian secara sadar pada hal-hal yang tengah berlangsung dalam diri. Dalam langkah ini, pertanyaan yang dapat digunakan untuk membimbing diri adalah “Bagaimana perasaan saya saat ini?”
  • Be Grateful atau jadilah bersyukur. Caranya adalah dengan mula melihat lingkungan sekeliling diri. Dengan kesadaran, lalu tanyakan pada diri, “Apa yang saya syukuri?”
  • Be Kind atau berbuat baik. Pada intinya, langkah ini dilakukan terhadap sesama di sekitar diri. Untuk memulai langkah ini, bisa diawali dengan perasaan hangat dan menanyakan diri sendiri, “Kepada siapa saya ingin mengirimkan cinta?”

Mengacu pada Kompas (20/8/2022, “Terbukti, Berbuat Baik Membahagiakan”), langkah kebahagiaan yang disampaikan dalam tema Hari Kebahagiaan Internasional 2023 ini sangat relevan.

Kebaikan, sebagaimana dicontohkan seperti misalnya sekadar memberikan tumpangan untuk sekadar ikut serta naik kendaraan atau tumpangan untuk menginap, atau sekadar memberikan makanan atau minuman kepada orang lain, terbukti secara ilmiah bisa meningkatkan kebahagiaan bagi sang pemberinya sendiri.

Bahkan, kebaikan tersebut bisa menulari penerimanya untuk melakukan tindakan serupa. Fakta bahwa giat kebaikan bisa menular ditemukan oleh peneliti Psikologi Sosial Amit Kumar dari Universitas Texas bersama dengan Nicholas Epley dari Universias Chicago. Kajian tersebut dipublikasikan melalui Journal of Experimental Psychology: General pada Agustus 2022.

FAKHRI FADLURROHMAN

Anak-anak tertawa saat mendengarkan cerita di kawasan Kota Tua, Jakarta, Sabtu (12/11/2022). Acara yang berlangsung dari tanggal 12 sampai 13 November tersebut bertujuan untuk mengenalkan permainan tradisional kepada generasi muda. Sebanyak sembilan permianan tradisional dihadirkan dalam acara tersebut di antaranya engklek, lompat tali, dan rangku alu.

Pengukuran Kebahagiaan Global

Seiring dengan kian terakomodasinya giat-giat atau upaya mencapai kebahagiaan, pelaksanaan Hari Kebahagiaan Internasional pun secara konstan terus dikampanyekan. Selain kampanye dan aktivitas untuk mendorong kebahagiaan, peringatan Hari Kebahagiaan Internasional pun juga identik dengan World Happiness Report tahunan.

Sejak 2016, laporan soal kebahagiaan di berbagai negara ini terbit pada hari yang sama dengan Hari Kebahagiaan Internasional, kecuali pada edisi tahun 2022 yang waktu penerbitannya dilakukan pada tanggal 18 Maret.

Laporan ini bertujuan agar kebahagiaan dapat menjadi indikator dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat, sekaligus menjadi salah satu pertimbangan utama dari kebijakan publik bagi negara-negara di dunia.

Pendapatan, harapan hidup, angka korupsi, dan kemurahan hati pun menjadi beberapa elemen yang digunakan dalam World Happiness Report untuk mengukur tingkat kebahagiaan di berbagai negara.

Dalam publikasinya yang pertama kali, yakni edisi 2012 World Happiness Report, kembali diperkuat argumen bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat sekalipun tidak cukup untuk mencapai kebahagiaan manusia. Latar belakang tersebut mengangkat contoh spesifik dari negara Amerika Serikat (AS). Sebagai negara adikuasa, AS telah mencapai kemajuan ekonomi dan teknologi yang begitu signifikan dalam setengah abad terakhir. Pada tahun itu, PDB AS pun begitu tinggi mencapai USD 16,25 triliun.

Sumber: Indeks Kebahagiaan Dunia 2022

Meski begitu, segala proyek kemajuan tersebut tidak secara pararel memberikan kebahagiaan pada warga negaranya. Justru sebaliknya, rasa ketidakpastian dan kecemasan kian tinggi, disparitas sosial dan ekonomi semakin melebar, dan kepercayaan sosial menurun. Dampaknya, kepuasan hidup pun cenderung konstan dan kontras dengan peningkatan GDB per kapita yang pesat. Akibatnya muncul realitas kecemasan, degradasi lingkungan, dan ketidakbahagiaan di tetengah-tengah kelimpahan.

Diterbitkannya edisi 2022 World Happiness Report juga bersamaan dengan satu dekade usia World Happiness Report. Dalam edisi tersebut, sebanyak 146 negara telah menjadi lokus penelitian kebahagiaan. Selain itu, yang menarik dari publikasi ini adalah kehadirannya dalam era pandemi dan perang besar Ukraina-Rusia. Keduanya memberikan dampak yang begitu signifikan bagi kesejahteraan hidup masyarakat global.

World Happiness Report menggunakan peniliaian kebahagiaan dalam skor berskala 1–10. Dalam publikasi terakhir, Finlandia memperoleh skor kebahagiaan tertinggi, yakni hingga 7,82. Skor kebahagiaan hingga tujuh (7) sendiri didapatkan oleh 15 negara.

Sementara pada titik kontras, negara paling tidak bahagia adalah Afganistan dengan skor 2,40. Selain Afganistan, hanya tiga negara yang mencatatkan skor kebahagiaan di bawah dua (2), yakni Lebanon dan Zimbabwe (masing-masing 2,96).

Sementara kebahagiaan masyarakat Indonesia tercatat memperoleh skor 5,24. Dengan angka tersebut, Indonesia duduk di peringkat 87. Posisi ini turut membuat Indonesia sebagai negara paling bahagia ke-23 di kawasan Asia.

Variabel paling determinan dari tercapainya skor kebahagiaan tersebut adalah faktor PDB, di mana skor PDB per kapita Indonesia mencapai 1,38. Sementara pengaruh paling kecil dalam memberikan kebahagiaan bagi masayarakat Indonesia adalah persepsi korupsi, dengan skor 0,047.

Hal menarik lainnya dari laporan kebahagiaan tahun 2022 soal Indonesia adalah temuan yang mematahkan generalisasi bahwa masyarakat Timur cenderung lebih kolektif dibandingkan masyarakat Barat yang individualis.

Dalam hal ini, Indonesia menempati peringkat dua dalam hal preferensi masyarakat untuk mengurus dirinya sendiri secara masing-masing, mencapai 84,1 persen responden memilih untuk mengurus dirinya sendiri. Padahal, kolektivitas dan kepedulian pada sesama adalah salah satu aspek berpengaruh untuk menciptakan harmoni di masyarakat yang bahagia.

Melanjutkan tren riset kebahagiaan yang telah berlangsung, laporan kebahagiaan dunia edisi 2023 juga telah selesai disusun dan siap dipublikasikan. Mengacu pada laman resmi PBB, laporan 2023 World Happiness Report akan kembali terbit pada hari peringatan Kebahagiaan Internasional, yakni 20 Maret 2023 – tepatnya pukul 10.00 PM waktu Indonesia bagian barat.

KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA

Beberapa orang tua turut tertawa saat melihat anaknya bercanda di sela belajar bersama di tenda darurat BNPB yang didirikan di SDN Jambudipa 2, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (17/12/2022). Anak-anak ini mendapatkan pemahaman terkait stres yang menimpa mereka saat gempa terjadi.

Peluncuran laporan edisi ke-11 ini akan dilangsungkan secara daring. Terbagi ke dalam lima bab, laporan 2023 World Happiness Report akan mencakup berbagai isu kontemporer terkait kebahagiaan. Sebagai contoh, pada Bab Dua akan mengakomodasi keterhubungan antara kemurahan hati dan sikap percaya pada sesama dengan dorongan kebahagiaan dalam era pandemi Covid-9 di tiga tahun terakhir.

Selain itu, pada Bab Empat dalam laporan akan didalami bagaimana perilaku altruistik oleh individu mampu menjadi katalis kebahagiaan bagi diri sendiri, kebahagiaan penerima, dan kebahagiaan masyarakat secara keseluruhan. Altrusime sendiri merujuk pada sikap yang memperhatikan kepentingan orang lain. Dapat pula merujuk pada naluri untuk membantu sesama. Sementara di Bab Lima dibahas bagaimana data media sosial mampu digunakan untuk mengukur tingkat kebahagiaan maupun kesulitan yang ada.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pengunjung mengabadikan deretan gedung pencakar langit dari Skywalk Senayan Park, Senayan, Jakarta, Rabu (29/12/2021). Tempat ini menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat di akhir tahun yang ingin menyaksikan pemandangan Ibu Kota dari ketinggian. Berwisata merupakan salah satu parameter kebahagiaan.

Pengukuran Kebahagiaan di Indonesia

Akomodasi terhadap konsep kebahagiaan juga terwujud di tanah air. Meskipun peringatan Hari Kebahagiaan Internasional belum begitu berjalan serta dikenal masyarakat dan pemerintah Indonesia, namun pengukuran objektif terhadap kebahagiaan masyarakat telah eksis. Sebagaimana halnya World Happiness Report disusun oleh lembaga PBB, di Indonesia hadir Indeks Kebahagiaan Indonesia yang diproduksi oleh lembaga Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara objek pengukuran adalah seluruh provinsi di Indonesia dengan skala skor 0–100.

Indeks Kebahagiaan Indonesia disusun melalui pelaksanaan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan. Pelaksanaan SPTK telah dilakukan secara resmi sebanyak tiga kali, yakni pada tahun 2014, 2017, dan 2021.

Meski begitu, hanya SPTK 2017 dan 2021 yang secara valid diakui karena baru sejak 2017-lah digunakan dimensi pendekatan yang lebih komprehensif.

Sebelumnya, hal ini telah secara lebih rinci dijelaskan dalam artikel Kompaspedia (21/11/2022, “Indeks Kebahagiaan dan Kualitas Hidup Manusia”). Mengutip dari sumber tersebut, masyarakat paling bahagia berada di Provinsi Maluku Utara dengan capaian skor kebahagiaan 76,34. Daftar 10 provinsi paling bahagia sendiri didominasi oleh provinsi dari wilayah Indonesia bagian timur, mencapai tujuh provinsi.

Sementara provinsi dengan skor kebahagiaan paling rendah diperoleh Banten, dengan skor 68,08. Kontras dengan daftar 10 provinsi terbahagia yang didominasi oleh wilayah Indonesia bagian timur, daftar 10 provinsi paling tidak bahagia didominasi oleh masyarakat dari Indonesia di bagian barat. Terdapat tujuh provinsi di Indonesia bagian barat yang masuk dalam daftar ini.

Sumber: BPS

Secara keseluruhan, Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2021 menunjukkan bahwa kebahagiaan rata-rata masyarakat Indonesia mengalami peningkatan. Besarnya peningkatan tersebut mencapai 0,80 poin, dari skor kebahagiaan nasional sebesar 70,69 pada 2017, menjadi skor 71,49 pada 2021. Sebanyak 24 provinsi di Indonesia pun mengalami kenaikan skor indeks kebahagiaan. Peningkatan demikian terjadi meskipun masyarakat Indonesia bagian tengah berada dalam lingkup pandemi.

Mengacu kembali pada disparitas kebahagiaan antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur, maka hal ini turut mengesahkan fakta bahwa sumber kebahagiaan tidaklah semata dari fasilitas material dan dukungan ekonomi yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia.

Pulau Jawa, misalnya, memiliki tingkat pembangunan ekonomi yang jauh lebih maju dan pesat daripada daerah bagian timur. Bahkan, pembangunan di sejumlah titik di kawasan Timur tersebut telah tertinggal sampai satu dekade (Kompas, 16/8/2022, “Barat dan Timur Terpaut Satu Dekade”).

Sumber: BPS

Hal ini pun menjadi kian eksplisit ketika menyandingkan Indeks Kebahagiaan Indonesia dengan Indeks Pembangunan Manusia dalam tahun dan provinsi yang sama. Sebagai contoh, tiga provinsi di Pulau Jawa masuk dalam 10 besar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi pada 2022 – Provinsi DKI Jakarta menduduki peringkat pertama, Banten peringkat delapan, dan Jawa Barat peringkat 10.

Meski begitu, pada Indeks Kebahagiaan Indonesia 2021, tidak ada satupun nama provinsi di Pulau Jawa yang masuk dalam 10 provisi paling bahagia.

Dengan demikian, temuan kuantitatif ini kian meneguhkan pernyataan bahwa sumber kebahagiaan dapat berasal dari dari berbagai faktor, tidak semata materiil, namun juga non-materiil.

Mengacu kembali pada tema Hari Kebahagiaan Internasional 2023, hal ini perlu disadari oleh seluruh masyarakat dunia, termasuk pula masyarakat Indonesia. Dengan menyadari hal ini, maka masyarakat pun dapat lebih menerapkan langkah-langkah menuju kebahagiaan yang begitu sederhana, namun dapat dilakukan secara konstan demi kualitas kebahagiaan diri dan keluarga, serta lebih luas lagi kebahagiaan bangsa dan dunia. (LITBANG KOMPAS)

Referensi

Arsip Kompas
Artikel Akademik
  • Aditama, J. K. (2019). “Gross National Happiness (Gnh) Sebagai Counter-Discourse Bhutan Terhadap Diskursus Pembangunan Global”. Jurnal Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
  • Martha, J., dkk. (2014). “Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat”. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Volume 10 Nomor 2, 163-178.
Internet
Dokumen Riset
  • Helliwell, J. F., Layard, R., Sachs, J. D., Neve, J.-E. D., Aknin, L. B., & Wang, S. (2022). World Happiness Report 2022. United Nations Sustainable Development Solutions Network.
  • Helliwell, J., Layard, R., Sachs, J., & Wang, S. (2012). World Happiness Report 2012. New York: United Nations.