JPE
Fakta Singkat
Nama Lengkap
Letjen TNI (Purn.) Sudharmono, S.H.
Lahir
Gresik, Jawa Timur, 12 Maret 1927
Jabatan
Wakil Presiden ke-5 RI (11 Maret 1988 — 11 Maret 1993)
Letjen TNI (Purn.) Sudharmono, S.H. adalah Wakil Presiden RI pada Kabinet Pembangunan V periode Maret 1988 hingga Maret 1993. Pria kelahiran Cerme, Gresik, Jawa Timur pada 12 Maret 1927 ini terpilih sebagai Wakil Presiden setelah berhasil memimpin DPP Golkar dengan kemenangan mutlak pada Pemilu 1987. Partai ini berhasil memperoleh 74,74 persen suara sah dan menempatkan 299 kursi dari 400 kursi di DPR RI 1987–1992.
Sudharmono terpilih menjadi Ketua Umum DPP Golkar periode 1983–1988 pada Musyawarah Nasional (Munas) III Golkar, Oktober 1983. Ia lama mendampingi Soeharto, dari tahun 1966 diawali sebagai sekretaris negara, kemudian menjadi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) selama tiga periode, yaitu sejak Kabinet Pembangunan I (1973–1978) hingga Kabinet Pembangunan IV (1983–1988), dan terakhir menjadi Wakil Presiden RI periode 1988–1993.
Sejak muda, Sudharmono telah memilih terjun berkarier di dunia militer. Ia menyelesaikan pendidikannya dari Akademi Hukum Militer (1956), dan Perguruan Tinggi Hukum Militer hingga lulus tahun 1962. Berlatar belakang pendidikan hukum, Sudharmono pernah menjadi jaksa tentara tertinggi (1957–1961).
Setelah tidak lagi menjabat wakil presiden, Sudharmono tetap setia bekerja bersama Soeharto. Suami dari Emma Norma ini dipercaya mengoordinasi tujuh yayasan yang didirikan Soeharto. Sudharmono meninggal dunia pada 25 Januari 2006 dalam usia 78 tahun karena infeksi paru dan komplikasi penyakit lainnya. Ayah tiga orang anak ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada 26 Januari 2006.
Yatim piatu
Sudharmono lahir di Cerme, Gresik, Jawa Timur pada 12 Maret 1927 dari pasangan R. Wirodiredjo dan Soekarsi. Ayahnya adalah anak seorang carik atau sekretaris Desa Kabalan, Kecamatan Kantor, Bojonegoro. Sedangkan, ibunya merupakan putri asisten wedana (camat) di Kecamatan Balen, Bojonegoro. Sudharmono adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, kedua kakaknya perempuan. Tahun 1930 sang ibu meninggal dunia saat melahirkan anak keempat yang juga turut meninggal. Selang beberapa bulan, sang ayah meninggal dunia karena sakit.
Sedari kecil, Sudharmono dan kedua kakak perempuannya sudah menjadi yatim piatu. Saat kedua orang tuanya meninggal dunia, Sudharmono berusia tiga tahun, kakak tertuanya, Soenar, berusia sembilan tahun, dan kakak perempuannya, Siti Soekarni, berusia tujuh tahun. Ketiga kakak beradik ini kemudian diasuh oleh paman (adik ayahnya) bernama Reksodiredjo, seorang juru tulis di Kabuh, Jombang. Masa kecil mereka sering berpindah-pindah tempat tinggal bersama sejumlah sanak keluarganya, baik dari pihak ibu maupun ayah.
Saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tahun 1945, Sudharmono baru saja menyelesaikan sekolah menengah pertama. Ia kemudian memutuskan untuk berhenti dan tidak melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat atas karena turut membantu mengumpulkan senjata dari tentara Jepang dalam persiapan pembentukan Tentara Nasional Indonesia. Ia pun menjadi Panglima Divisi Ronggolawe selama perang kemerdekaan Indonesia melawan pasukan Belanda yang kembali menyerang Indonesia.
Seusai perang kemerdekaan, Sudharmono tetap ingin berkarier di militer. Sambil merampungkan pendidikan umum tingkat lanjut yang terputus, Sudharmono masuk Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat. Saat itu, ia berusia 23 tahun. Di sekolah ini, ia ditempa sebagai militer profesional. Kemudian, ia meneruskan ke Akademi Hukum Militer hingga lulus tahun 1956, dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi Hukum Militer hingga meraih gelar sarjana hukum (S.H.) tahun 1962.
Sudharmono menikah dengan Emma Norma pada 1951 di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Sri Adyanti Sudharmono, Sri Aryani Sudharmono, dan Tantyo A.P. Sudharmono.
RAT
Artikel Terkait
Karier
Setelah lulus dari Akademi Hukum Militer pada 1956, Sudharmono mendapat penugasan di Medan, Sumatera Utara sebagai Jaksa Militer pada 1957–1961. Tahun 1962, Sudharmono meraih gelar sarjana hukum dari Perguruan Tinggi Hukum Militer. Kemudian, ia diangkat sebagai Ketua Personil Pesanan Satuan Kerja Pemerintah Pusat dan memberikan bantuan administrasi kepada pemerintah. Jabatan lainnya, yaitu Jaksa Tentara Tinggi Pengganti, Asisten Bidang Khusus Sekretariat Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi.
Tahun 1963 Sudharmono bergabung di Komando Operasi Tertinggi (KOTI) yang dibentuk Presiden Soekarno saat terjadi Konfrontasi Indonesia-Malaysia. Di KOTI, Sudharmono sebagai anggota Pusat Operasi Bersama untuk Operasi Agung. Selanjutnya, sebagai Wakil Ketua II Gabungan 5 KOTI Komando Ganyang Malaysia (Kogam), dan Ketua Tim Penertiban Personil Pusat. Semua penugasan itu dijalaninya hingga tahun 1966.
Memasuki masa Orde Baru, karier Sudharmono kian menanjak. Pada Oktober 1965 Soeharto diangkat sebagai Panglima Angkatan Darat dan bergabung dengan KOTI sebagai Kepala Staf. Pada 11 Maret 1966 ketika Soeharto menerima Supersemar dari Presiden Soekarno, Sudharmono menyalin salinan surat yang akan didistribusikan kepada Perwira Militer lainnya. Sudharmono juga ikut menulis dekrit pelarangan Partai Komunis Indonesia (PKI).
KOTI kemudian dibubarkan setelah Soeharto memegang tampuk kekuasaan. Setelah menjadi Presiden RI pada 1966, Soeharto kemudian mengangkat Sudharmono sebagai Sekretaris Presiden pada Kabinet Pembangunan I (3 Agustus 1966 sampai 25 Maret 1968).
Periode berikutnya, ia menjadi Menteri/Sekretaris Negara merangkap Sekretaris Kabinet pada Kabinet Pembangunan II (28 Maret 1973 sampai 29 Maret 1978), Kabinet Pembangunan III (29 Maret 1978 — 19 Maret 1983), dan Kabinet Pembangunan IV (29 Maret 1983 — 19 Maret 1988). Selanjutnya, Sudharmono terpilih sebagai Ketua Umum DPP Golkar periode 1983–1988 hasil Munas III Golkar, 26 Oktober 1983.
Awal Sudharmono aktif di Golkar, yakni sejak pertemuan pertama Sekber Golkar pada 20 Oktober 1964 yang menjadi awal berdirinya Golkar. Pertemuan itu dihadiri 97 organisasi yang mengeluarkan “Piagam Pernyataan Dasar Karyawan”. Saat itu, Letkol Sudharmono S.H. mewakili Persahi (Perhimpunan Sarjana Hukum Indonesia). Ia menjadi Sekretaris Persahi Pusat merangkap Ketua Persahi Cabang Jakarta sampai tahun 1966.
Sudharmono tidak hanya ikut merintis berdirinya Sekber Golkar, ia juga masuk dalam pengurusan Dewan Pimpinan Harian Sekber Golkar yang merupakan hasil Mukernas I tanggal 9–11 Desember 1965 di Cipayung, Bogor. Ia duduk sebagai anggota, kemudian sebagai Dewan Pembina dan selanjutnya diangkat sebagai Ketua Umum Golkar dalam Munas Golkar III tahun 1983. Selama di bawah kepemimpinanya, suara Golkar meningkat dari 64 persen menjadi 72 persen pada Pemilu 1987.
Pada 11 Maret 1988 Sudharmono dilantik sebagai Wakil Presiden RI mendampingi Presiden Soeharto yang terpilih kembali untuk masa jabatan 1988–1993. Setelah tidak lagi menjabat wakil presiden, Sudharmono dipercaya memegang tujuh yayasan yang didirikan Soeharto, yakni Dharmais, Supersemar, Dakap, Damandiri, Amal Bhakti Muslim Pancasila, Gotong Royong, dan Trikora.
Sudharmono meninggal dunia pada 25 Januari 2006 setelah menjalani perawatan selama dua pekan di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC) di Jakarta. Pada 26 Januari 2006, Sudharmono dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
KOMPAS/JB SURATNO
Ketua Tim P-7 (Penasihat Presiden mengenai Pelaksanaan Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) mantan Wakil Presiden, Sudharmono diterima Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta, Selasa (11/11/197).
Daftar penghargaan
- Bintang Mahaputera Adipradana (10 Maret 1973)
- Bintang RI Adipradana (29 Maret 1988)
- Bintang Mahaputera Adipurna (29 Maret 1988)
- Order of Kuwait, 1st Class, Kuwait
- Order of Merit, 1st Class, Qatar
- Order of Civil Merit 1st Class, Syria
- Order of the Republic, 1st Class, Mesir
- Order of Abdulaziz Al Saud, 3nd Class, Arab Saudi
- Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany, Jerman
- Grand Cordon of the Order of the Star of Jordan (GCSJ), Yordania
- Bintang tanda jasa “The Grand Cordon of The Order of The Rising Sun” dari Jepang (3 November 1997)
Penghargaan
Soedarmono telah menerima berbagai penghargaan berupa tanda jasa dan satyalencana atas prestasi yang telah ditorehnya sejak jaman perjuangan kemerdekaan hingga menjadi Wakil Presiden RI. Penghargaan itu, antara lain, Bintang Mahaputera Adipradana (10 Maret 1973), Bintang RI Adipradana dan Bintang Mahaputera Adipurna (29 Maret 1988), Bintang Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Jalasena Pratama, Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama, Bintang kartika Eka Paksi Pratama, dan Bintang Sewindu Angkatan Perang RI.
Tanda jasa dalam bentuk satyalencana yang diperoleh, antara lain, Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun, Satyalancana Perang Kemerdekaan I & II, Satyalancana Perang Kemerdekaan II, Satyalancana GOM I & GOM II, Satyalancana Sapta Marga, Satyalancana Satya Dharma, Satyalancana Wira Dharma, Satyalancana Penegak, dan Satyalancana Wira Karya.
Penghargaan juga diperoleh dari negara-negara sahabat, negara ASEAN, di antaranya, “Officer (Maginoo) of the Order of Sikatuna (O.S.)” dari Filipina, “Johan Mangku Negara (JMN)” dari Malaysia, “Grand Officer of the Royal Order of ASahametrei” dari Kamboja, dan “Knight Commander of the Most Exalted Order of the White Elephant (KCE)” dari Thailand.
Penghargaan dari negara-negara Eropa, antara lain, “Knight Commander of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany” dari Jerman, “Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau” dari Belanda, “Grand Cross of the National Order of Merit” dari Prancis, “Grand Decoration of Honour in Silver with Sash of the Decoaration of Honour for Services to the Republikc of Austria” dari Austria, “Grand Cross of the Order of Leopold II” dari Belgia, “Grand Cross of the order of Merit of the Italian Republic” dari Italia, dan “First Rank of the Order of the Yugoslav Flag eith Sash,” dari Yugoslavia.
Penghargaan dari negara-negara Timur Tengah, di antaranya “Order of Kuwait, 1st Class” dari Kuwait, “Order of Merit, 1st Class” dari Qatar, “Order of Civil Merit 1st Class” dari Syria, “Order of the Republic, 1st Class” dari Mesir, “Order of Abdulaziz Al Saud, 3nd Class” dari Arab Saudi, dan “Grand Cordon of the Order of the Star of Jordan (GCSJ)” dari Yordania.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Mantan Wakil Presiden Letnan Jenderal TNI (purn) Sudharmono SH hari Rabu (12/3/1997) malam memperingati HUT ke-70, ditandai dengan peluncuran dua buku sekaligus Pengalaman Dalam Masa Pengabdian – Sebuah Otobiografi dan Kesan Dan Kenangan Dari Teman – 70 Tahun H. Sudharmono, S.H. Acara yang berlangsung di kediaman Jl Imam Bonjol 57 – Jakarta Pusat ini mendapat perhatian begitu banyak kawan-kawannya. Sejumlah menteri, mantan menteri, pengusaha dan pimpinan media massa tampak hadir. Tampak Sarwono Kusumaatmadja memberi ucapan selamat dan mendapat buku dari Sudharmono.
Dituduh PKI
Sudharmono bisa dibilang orang kepercayaan Soeharto. Ia lama mendampingi Soeharto sejak 1966 dari mulai jabatan sekretaris presiden, Menteri Sekretaris Negara tiga periode, hingga menjadi wakil presiden periode 1988–1993.
Saat Sudharmono akan dicalonkan sebagai wakil presiden pada Maret 1988, muncul isu bahwa dirinya tidak bersih lingkungan. Ia disebut-sebut pernah menjadi anggota Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) yang belakangan jadi Pemuda Rakyat (PR) yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Ormas pemuda tersebut ikut terlibat dalam pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.
Tidak ada satu pun Wakil Presiden RI yang dituduh PKI selain Sudharmono. Tuduhan itu tidak pernah terbukti. Pencalonan Sudharmono sebagai wakil presiden yang didukung Golkar, partai tempat Soeharto menjadi Ketua Dewan Pembina tak tergoyahkan. Soeharto membulatkan pilihan pada Sudharmono untuk menjadi wakil presiden pada 1988. Sudharmono yang saat itu menjabat Mensesneg merangkap Ketua Umum DPP Golkar dijagokan oleh Golkar unsur sipil (jalur G) dan birokrasi (jalur B). Menjelang penentuan wakil presiden dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1988, Sudharmono akhirnya melenggang menduduki kursi Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1988–1993.
Selang setengah tahun menjadi wakil presiden, Sudharmono memberikan klarifikasi. Di Harian Kompas, 19 Oktober 1988, Sudharmono menegaskan, adalah sangat tidak berdasar isu yang menyatakan ia anggota Pesindo dan terlibat peristiwa pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. “Sejak dari sekolah saya jadi ABRI, dan ketika peristiwa Madiun terjadi saya mendapat tugas untuk memberantasnya,” tandasnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sebelum dipilih jadi Wapres ia sudah diteliti terlebih dahulu. Ia jugalah yang membuat konsep Surat Keputusan Pembubaran PKI pada 12 Maret 1966.
RAT
Referensi
- “Dia, yang Paling Dapat Menterjemahkan Keinginan Presiden Soeharto”. Kompas, 26 Oktober 1983.
- “Lebih Jauh dengan: Sudharmono SH”. Kompas, 2 November 1986.
- “Sudharmono SH: Berat, merangkap tugas wapres dan ketua umum DPP Golkar”. Kompas, 19 Oktober 1988.
- “Sudharmono * Calon Wapres yang Diawali dengan Ngenger”. Kompas, 3 Maret 1998.
- “Terima Kasih Pak Dhar”. Kompas, 10 Maret 1993.
- “Sudharmono: Saya Mau Tulis Buku”. Kompas, 14 Maret 1993.
- “Sudharmono 70 Tahun: Hindari Timbulnya Isu Kontroversial”. Kompas, 12 Maret 1997.
- –
- https://setkab.go.id/sejarah-setkab/
- https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/20/163100165/profil-wakil-presiden-ri–sudharmono-1988-1993-?page=all
- https://nasional.kompas.com/read/2022/05/28/17000001/profil-sudharmono-wakil-presiden-ke-5-ri-yang-dekat-dengan-soeharto
- https://kabargolkar.com/read/kabar_nasional/6195/sudharmono-ketua-golkar-pembuka-jalan-bagi-politikus-sipil/2
Biodata
Nama
Letjen TNI (Purn) Sudharmono, S.H.
Lahir
Gresik, Jawa Timur, 12 Maret 1927
Jabatan
Wakil Presiden RI ke-5 (1988–1993)
Pendidikan
- SD Hollandsch Inlandsche School (HIS) Rembang
- SMP jurusan B (Ilmu Pasti), Semarang (1943)
- SMA di Semarang (tidak selesai karena perang)
- SMA di Bandung (lulus 1952)
- Akademi Hukum Militer (1956)
- Sarjana (S1) Perguruan Tinggi Hukum Militer (lulus 1962)
Karier
Pekerjaan:
- Jaksa Tentara Tertinggi (1957–1961)
- Jaksa Tentara merangkap Perwira Staf Penguasa Perang Tertinggi (1966–1972)
- Sekretaris Kabinet merangkap Sekretaris Dewan Stabilitas Ekonmi (1966–1972)
Pemerintahan
- Sekretaris Presiden, Kabinet Pembangunan I (3 Agustus 1966 — 25 Maret 1968)
- Menteri/Sekretaris Negara merangkap Sekretaris Kabinet, Kabinet Pembangunan II (28 Maret 1973 — 29 Maret 1978)
- Menteri/Sekretaris Negara merangkap Sekretaris Kabinet, Kabinet Pembangunan III (29 Maret 1978 — 19 Maret 1983)
- Menteri/Sekretaris Negara merangkap Sekretaris Kabinet, Kabinet Pembangunan III (29 Maret 1983 — 19 Maret 1988)
- Wakil Presiden ke-5 RI (11 Maret 1988 — 11 Maret 1993)
- Ketua merangkap anggota Tim Penasihat Presiden mengenai Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-7) (1994)
Organisasi
- Asisten Bidang Khusus Sekretariat Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi
- Wakil Ketua II Gabungan V Koti
- Ketua Tim Penertiban Personel Pusat
- Anggota Dewan Pimpinan Harian Sekber Golkar (1965)
- Anggota Dewan Pembina Golkar
- Ketua Umum DPP Golkar (1983–1988)
Penghargaan
- Bintang Mahaputera Adipradana (10 Maret 1973)
- Bintang RI Adipradana (29 Maret 1988)
- Bintang Mahaputera Adipurna (29 Maret 1988)
- Bintang Dharma
- Bintang Gerilya
- Bintang Jalasena Pratama
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama
- Bintang kartika Eka Paksi Pratama
- Bintang Sewindu Angkatan Perang RI
- Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun
- Satyalancana Perang Kemerdekaan I
- Satyalancana Perang Kemerdekaan II
- Satyalancana GOM I, GOM II
- Satyalancana Sapta Marga
- Satyalancana Satya Dharma
- Satyalancana Wira Dharma
- Satyalancana Penegak
- Satyalancana Wira Karya
- Officer (Maginoo) of the Order of Sikatuna (O.S.), Filipina
- Johan Mangku Negara (JMN), Malaysia
- Grand Officer of the Royal Order of ASahametrei Kamboja
- Commander of the Imperial Order of Emperor Menelik II, Kekaisaran Etiopia
- Knight Commander of the Most Exalted Order of the White Elephant (KCE), Thailand
- Knight Commander of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany
- Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau, Belanda
- Grand Cross of the National Order of Merit, Prancis
- Grand Decoration of Honour in Silver with Sash of the Decoaration of Honour for Services to the Republikc of Austria, Austria
- Grand Cross of the Order of Leopold II, Belgia
- Grand Cross of the order of Merit of the Italian Republic, Italia
- First Rank of the Order of the Yugoslav Flag eith Sash, Yugoslavia
- Order of Diplomatic Service Merit – 2nd Class (Gwang-Hwa Medal), Korea Selatan
- Grand Cross of the Order of the Crown, Belgia
- Order of Kuwait, 1st Class, Kuwait
- Order of Merit, 1st Class, Qatar
- Order of Civil Merit 1st Class, Syria
- Order of the Republic, 1st Class, Mesir
- Order of Abdulaziz Al Saud, 3nd Class, Arab Saudi
- Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany, Jerman
- Grand Cordon of the Order of the Star of Jordan (GCSJ), Yordania
- Bintang tanda jasa “The Grand Cordon of The Order of The Rising Sun” dari Jepang (3 November 1997)
Keluarga
Istri
Ratu Emma Norma
Anak
- Sri Adyanti Bambang
- Sri Aryani Ruswan
- Tantyo Aji Pramudyo
- Djokomulono (anak angkat)
- Srimurwati (anak angkat)
Sumber
Litbang Kompas