HAS
Fakta Singkat
Nama Lengkap
K.H. Yahya Cholil Staquf
Lahir
Rembang, Jawa Tengah, 16 Februari 1966
Almamater
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jabatan Terkini
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2021–2026
Yahya Cholil Staquf bukanlah nama asing di lingkungan para nahdliyin. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Gus Yahya ini lahir di Rembang pada 16 Februari 1966. Gus Yahya merupakan anak sulung dari KH Muhammad Cholil Bisri, tokoh besar NU yang juga salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia juga kakak kandung dari Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut.
Masa kecil hingga remaja Gus Yahya berada di lingkungan yang kental dengan tradisi pesantren NU. Sejak kecil, Gus Yahya mendapatkan pendidikan formal di pesantren Raudlatut Thalibin Rembang. Ketika remaja, ia menuntut ilmu di Madrasah Al-Munawwir Krapyak di bawah asuhan KH Ali Maksum. Pendidikan tinggi diselesaikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1986.
Gus Yahya mengawali karier politik saat di kampus dengan menjadi Ketua Umum Komisariat FISIP UGM Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang ini mulai dikenal di dunia politik nasional ketika ia ditarik ke istana oleh Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur untuk menjadi Juru Bicara Presiden pada 2000–2001.
Di ormas keagamaan terbesar di Indonesia itu, Gus Yahya aktif dalam kepengurusan menjadi Sekretaris Umum Katib Syuriah atau Katib ‘Aam PBNU periode 2015–2020. Pada 31 Mei 2018, kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Selanjutnya, dari hasil Muktamar ke-34 NU di Lampung pada 24 Desember 2021 ia terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021–2026. Di tangan tokoh intelektual Islam ini, NU dipercaya dapat menampilkan wajah Islam Indonesia yang terbuka dan modern.
Anak kiai
Yahya Cholil Staquf yang akrab dipanggil Gus Yahya lahir di Rembang pada 16 Februari 1966. Panggilan “Gus” setelah namanya sendiri adalah panggilan khas dari pesantren untuk memanggil nama anak seorang kiai atau pengasuh pesantren. Ia merupakan anak sulung dari delapan bersaudara dari pasangan KH Muhammad Cholil Bisri dan Hj. Muchsinah.
Sang ayah KH Muhammad Cholil Bisri adalah tokoh besar NU dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sang ayah pernah mengemban tugas sebagai Wakil Ketua MPR RI periode 5 Juni 2002 sampai 23 Agustus 2004.
Gus Yahya juga merupakan kakak kandung dari Menteri Agama saat ini Yaqut Cholil Qoumas. Gus Yahya juga merupakan keponakan dari Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin KH A. Mustofa Bisri yang adalah Mustasyar PBNU dan pernah menjabat Rais Aam PBNU periode 2014–2015.
Gus Yahya lahir dan besar di lingkungan yang kental dengan tradisi pesantren NU. Pendidikan formal dijalaninya di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang. Ketika remaja, ia menuntut ilmu di Madrasah Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta di bawah asuhan KH Ali Maksum. Dilanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (FISIP UGM). Ketika masih berkutat di kampus, Gus Yahya mulai membangun karier politik praktisnya dengan menjadi Ketua Umum Komisariat FISIP UGM HMI pada 1986.
Ia pernah pula belajar selama setahun di Mekkah, Arab Saudi pada 1996–1997. Gus Yahya dikenal sebagai tokoh intelektual Islam. Setahun belajar di Mekkah, ia kembali ke kampung halaman dan mengajar di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin asuhan ayahnya. Sulung dari delapan bersaudara ini merupakan seorang kakak sekaligus sebagai abah dan guru usai Bapaknya meninggal dunia pada 2004.
HAS
Artikel Terkait
Karier
Tokoh intelektual Islam ini mengawali karier politik praktis di kampus dengan menjadi Ketua Komisariat FISIP UGM HMI. Gus Yahya mulai aktif di kepengurusan NU sejak Abdurrahman Wahid menjabat sebagai Ketua Umum PBNU tahun 1990-an. Ia juga aktif di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PKB.
Namanya mulai dikenal ketika Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menunjuk Gus Yahya sebagai Juru Bicara Presiden. Bagi Gus Yahya menjadi Juru Bicara Presiden adalah suatu yang menggembirakan secara emosional. Jabatan itu dijalaninya sejak 20 Oktober 1999 hingga Gus Dur lengser dari Istana Merdeka pada 23 Juli 2001.
Dalam kepengurusan PBNU Gus Yahya menduduki jabatan Sekretaris Umum Katib Syuriah atau Katib ‘Aam PBNU sejak 2015 hingga 2020. Di PBNU, ia bekerja sama dengan KH Miftachul Akhyar yang terpilih kembali menjadi Rais Aam. Tiga tahun kemudian Presiden Joko Widodo menunjuk dirinya menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) untuk menggantikan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang wafat pada 2017, KH. Hasyim Muzadi. Gus Yahya resmi menjadi Anggota Wantimpres usai dilantik Presiden Joko Widodo pada 31 Mei 2018. Tugas sebagai Anggota Wantimpres ia jalani selama setahun hingga 2019.
Sementara itu, adik kandung Gus Yahya yaitu Yaqut Cholil Qoumas menjadi Menteri Agama di pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dengan demikian Gus Yahya dapat berkolaborasi dengan adiknya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk menyelesaikan persoalan keumatan di Indonesia.
Gus Yahya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU dari hasil Muktamar ke-34 NU di Lampung pada 24 Desember 2021 untuk periode 2021–2026. Gus Yahya unggul dari petahana KH Said Aqil Siroj dengan meraih 337 suara, sementara Kiai Said Aqil memperoleh 210 suara dari total 548 suara yang masuk. Kader HMI ini dinilai mampu mengomunikasikan isu-isu internasional dalam perspektif ke-NU-an, seperti isu perdamaian, kemanusiaan, dialog antaragama, HAM, dan demokrasi.
Kiprah intelektualnya di kancah internasional mentereng, di antaranya Gus Yahya pernah menjadi salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat, yang bernama Bayt Ar-Rahmah Li ad-Da’wa Al-Islamiyah rahmatan Li Al-alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam pada 2014.
Gus Yahya juga dikenal karena melanjutkan apa yang sering dilakukan oleh Gus Dur dengan melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh atau acara komunitas Yahudi untuk perdamaian Israel-Palestina. Tahun 2018 Gus Yahya sempat menuai kontroversi karena berkunjung ke Israel untuk berceramah.
Tak hanya berkunjung, Gus Yahya juga bertemu dengan PM Israel, Benjamin Netanyahu, dan menjadi pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel. Dalam kunjungan dan pidatonya itu, ia mengajak semua hadirin di acara tersebut agar mengubah pola pikir. Hal ini demi mencegah konflik antara umat Yahudi dan muslim terus berlanjut.
Gus Yahya juga pernah dipercaya sebagai tenaga ahli perumus kebijakan pada “Dewan Eksekutif Agama Agama di Amerika Serikat – Indonesia” yang didirikan berdasarkan perjanjian bilateral yang ditandatangani oleh Presiden Obama dan Presiden Jokowi pada Oktober 2015, dalam rangka “menjalin kemitraan strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia”.
Gus Yahya juga pernah menjadi utusan GP Anshor dan PKB untuk jaringan politik tersebar di Eropa dan Dunia, Centrist Democrat International (CD) dan European People’s Party (EPP).
Selain itu, Gus Yahya terlibat secara pemikiran dalam penyusunan naskah deklarasi ISOMIL Nahdlatul Ulama (2016); deklarasi forum persatuan global (2016); deklarasi Ansor gerakan pemuda pada kemanusiaan Islam (2017); dan yang terakhir Manifesto Nusantara (2018).
KOMPAS/IQBAL BASYARI
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf (kiri) bersama Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Syekh Mohammed Al-Issa bersiap memberikan keterangan pers tentang pelaksanaan G20 Religion Forum atau R20, di Nusa Dua, Bali, Selasa (1/11/2022). Forum R20 akan diselenggarakan di Nusa Dua pada 2-3 November. Forum ini akan dihadiri lebih dari 400 pemimpin agama dari beberapa negara
Penghargaan
Saat menjabat Katib Aam PBNU, Gus Yahya mendapatkan apresiasi tinggi dari tokoh-tokoh perdamaian dunia dalam perhelatan International Religious Freedom (IRF) Summit di Washington, DC, Amerika Serikat. Gus Yahya menyampaikan pidato kunci dengan judul “The Rising Tide of Religious Nationalism” (Pasang Naik Nasionalisme Religius) pada 15 Juli 2021.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ketua Tanfidziyah (Ketua Umum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) periode 2021-2026 terpilih KH Yahya Cholil Staquf (tengah) memenangi pemungutan suara dalam Muktamar ke-42 NU di Universitas Lampung, Bandar Lampung, Lampung, Jumat (24/12/2021) dini hari. KH Yahya Cholil Staquf raih 337 suara, unggul dari KH Said Aqil Siroj yang meraih 210 suara.
Menjaga NKRI
NU sebagai ormas keagamaan terbesar di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjaga nilai-nilai persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf pada 23 Maret 2022. NU ingin memperjuangkan kemaslahatan bagi umat manusia.
Menurut Gus Yahya, NU ikut memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan. Hal itu menjadi mandat bagi NU dalam aktivisme penjaga perdamaian. Tujuannya tidak lain adalah untuk menjaga NKRI seperti tertuang dalam Undang Undang Dasar 1945. “Sebagaimana dalam UUD 1945, maka NU menjaga NKRI. NKRI harga mati itu demi keberlangsungan tata dunia karena tata dunia ini konstruksi peradaban. Dalam hal ini NU memiliki posisi yang bukan hanya strategis, tetapi juga secara praktis sangat enak untuk bicara ini kepada semua pihak,” jelas Gus Yahya.
Prinsip NU dalam upaya mempertahankan keutuhan NKRI mengacu pada empat prinsip dasar, yaitu:
- Tawassuth atau moderat, sebuah sikap keberagaman yang tidak terjebak pada hal-hal yang sifatnya ekstrem. Dengan demikian, NU secara struktural ataupun kultural harus memegang teguh amaliyah untuk terus bersikap hati-hati dalam beragama.
- Tasamuh, sikap keberagaman dan kemasyarakatan yang menerima kehidupan sebagai suatu yang beragama.
- Awazun, bersikap objektif, taat perintah dan asas, proporsional, dan harus bisa menjauhkan diri dari sikap egoisme dalam dirinya.
- Amar ma’ruf Nahi Munkar, sikap mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Para kader-kader NU harus selalu menjauhkan diri dari sikap yang merujuk pada sisi kemungkaran dan suatu hal yang tidak bermanfaat.
Selain prinsip dasar tersebut, menurut Gus Yahya NU juga terus berupaya memupuk nilia-nilai semangat nasionalisme dengan selalu menghargai perbedaan yang ada dan mampu menyelesaikan masalah dengan jalan musyawarah dan damai guna terciptanya suasana yang harmonis tanpa adanya sebuah perpecahan antarsuku, agama, ras, budaya, dan lainnya. Dalam kiprahnya, NU telah diakui oleh masyarakat Indonesia sebagai benteng kokoh NKRI yang terus setia menjada dan merawatnya.
MYE
Harta kekayaan
–
Referensi
- “Gaya dan Ucapan Para Jubir Presiden”. Kompas, 11 November 2000.
- “Gus Yahya: Calon Presiden dan Wapres Tak Berasal dari PBNU”. Kompas, 26 Desember 2021.
- “NU, Politik, dan Gus Yahya”. Kompas, 28 Desember 2021.
- “Ada Gus Yahya pada Peringatan Harlah PPP”. Kompas, 28 Maret 2022.
- https://nasional.kompas.com/read/2021/12/22/08201381/profil-singkat-yahya-cholil-staquf-calon-terkuat-ketum-pbnu-pesaing-said
- https://setneg.go.id/baca/index/presiden_lantik_yahya_staquf_jadi_anggota_wantimpres
- https://www.kompas.id/baca/polhuk/2021/12/21/gus-yahya-dan-upaya-menghidupkan-gus-dur
- https://www.nu.or.id/nasional/kh-yahya-cholil-staquf-ditetapkan-sebagai-ketum-pbnu-2021-2026-KabSz
- https://www.nu.or.id/nasional/terpilih-sebagai-ketua-umum-pbnu-2021-2026-ini-profil-gus-yahya-l6SxY
- https://www.antaranews.com/berita/2673733/gus-yahya-dan-the-next-nu
Biodata
Nama
K.H. Yahya Cholil Staquf
Lahir
Rembang, Jawa Tengah, 16 Februari 1966
Jabatan
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) (2021–2026)
Pendidikan
- SD Negeri 4 Kutoharjo, Rembang, Jawa Tengah
- SMP Negeri 2 Rembang, Jawa Tengah
- SMA di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta
- Sarjana (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIP UGM) (1986)
Karier
Pekerjaan:
- Pendiri institut keagamaam Bait ar-Rahmah Li ad-Da’wa al-Islamiyah Rahmatan Li al-‘Alamin di California, Amerika Serikat (2014)
- Tenaga Ahli Perumus Kebijakan pada Dewan Eksekutif Agama-Agama di Amerika Serikat-Indonesia (Oktober 2015)
Pemerintahan
- Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid (2000–2001)
- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) (31 Mei 2018–2024)
Organisasi
- Sekretaris Umum Katib Syuriah PBNU (2015–2020)
- Ketua Umum PBNU (23 Desember 2021–2026)
Karya
Buku
- Buku Perjuangan Besar NU (PBNU)
Sumber
Litbang Kompas