KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Hidangan Yu Sheng menjadi menu istimewa yang ditawarkan restoran Loka Padang di kawasan Sudirman Park, Jakarta, Jumat (5/2/2021), saat perayaan Imlek. Yu Sheng adalah salad mentah berisi irisan ikan salmon mentah dan sayuran yang dipercaya dapat mendatangkan berkah melimpah kepada seluruh anggota keluarga.
Fakta Singkat
- Perayaan tahun baru Imlek awalnya merupakan wujud rasa syukur.
- Setiap hidangan makanan pada perayaan Imlek, mengandung beragam makna.
- Makna di balik hidangan Imlek, antara lain, menambah keberuntungan, bertambahnya rezeki, dan tumbuhnya harapan pada masa yang akan datang.
Menjelang Imlek pada umumnya warga mempersiapkan perayaan Imlek dengan membersihkan rumah dan menghias rumah dengan ornamen warna merah.
Pergantian tahun ini membawa suasana kegembiraan dan rasa syukur yang selalu dinikmati dan dirayakan bersama. Momen Imlek tidak hanya dirayakan keluarga dekat saja, tetapi juga keluarga besar dan kerabat akan saling berkunjung dan berkumpul. Karena itu, tidak mengherankan jika pada saat Imlek makanan akan selalu tersedia dan dihidangkan untuk disantap bersama.
Dalam sejarah masyarakat dan petani Tiongkok, hasil pertanian atau hasil kebun harus dinikmati dengan rasa syukur sehingga makanan yang hadir saat imlek memiliki simbol tersendiri. Hal itu tampak dari ragam sajian hidangan Imlek yang dianggap membawa kebahagiaan, keberuntungan, dan menolak keburukan di sepanjang tahun yang dilewatinya.
Di Indonesia, kuliner saat Imlek telah menjadi akulturasi budaya dengan masyarakat lokal. Beragam jenis makanan dan hidangan saat Imlek diharapkan membawa kebaikan bagi keluarga dan masyarakat.
Salah satu contoh bagi tradisi masyarakat keturunan Tionghoa di Batam, yakni menyajikan hidangan ikan dingkis bunting sebagai hidangan wajib saat Imlek. Ikan tersebut pada hari biasa tidak istimewa, tetapi ikan dingkis bunting saat perayaan Imlek dianggap membawa keberuntungan sepanjang tahunnya.
Pada umumnya, masyarakat yang merayakan Imlek menghidangkan ikan dingkis beserta telurnya. Ikan dingkis juga dijadikan persembahan ketika ibadah Imlek. Ikan dingkis biasanya disajikan dengan cara dibakar atau sup kuah ikan dengan daun bawang. Selain itu, ada pula hekeng udang, yaitu udang yang kukus kemudian digoreng.
Sementara di Makassar, salah satu akulturasi budaya dalam hal kuliner saat Imlek adalah makanan Pallubasa di Makassar. Dalam tradisi Tionghoa, Pallubasa terbuat dari darah sapi atau kerbau, tetapi karena umat muslim tidak makan darah akhirnya diganti dengan potongan daging dan jeroan.
Tata cara menyajikan masakan Imlek tidak sekedar memasak makanan enak, tetapi dalam proses pengolahan atau memasak makanan terkadnung makna harapan keberuntungan. Cara memasak makanan tersebut mengandung harapan, seperti mengaduk makanan sebaiknya diangkat, semakin tinggi maka makin banyak rezekinya.
Ragam jenis makanan mengandung beragam harapan, seperti sup hipio, bebek panggang, pindang bandeng, ca rebung, tripang, nasi ketan atau bacang, dan kue keranjang. Makanan itu memiliki makna harapan akan kesehatan, kesejahteraan, keselamatan, kebaikan, kepintaran, dan kesuksesan.
Sup hipio yang dibuat dari gelembung ikan (perut ikan) bermakna ketahanan dan keuletan dalam menghadapi kesulitan hidup. Sementara itu, bebek penggang adalah menu istimewa bagi orang Tionghoa. Adapun tripang atau haisaom dikenal sangat mahal, dan hal itu menjadi kebanggaan tersendiri seandainya mampu menyajikan makanan mahal saat Imlek.
Kemudian, mengapa pindang bandeng dimasak saat Imlek padahal banyak durinya, ternyata duri adalah simbol banyaknya kesulitan hidup, maka bersyukurlah jika mampu melewati kesulitan tersebut. Sama halnya dengan rebung bambu yang biasa disajikan dalam Imlek, menyiratkan semua harapan dan kebaikan tumbuh ke atas.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Pindang Bandeng salah satu menu khas hidangan Imlek (12/1/2017).
Makna setiap hidangan
Pangsit (Jiaozi)
Hidangan dumpling saat Imlek yang berisi daging, misalnya daging sapi giling yang dicampur dengan sayuran rebus, kubis, dan daun bawang. Seringkali dinikmati bersama dengan kecap asin dicampur jahe.
Adapun jiaozi menjadi makanan pembuka atau penutup makanan tahun baru Imlek sebagai makna meninggalkan tahun yang sudah terlewati dan menyambut malam tahun baru. Jiaozi berdasarkan bentuknya diharapkan mendatangkan keberuntungan.
Chunjuan atau Lumpia
Chunjuan atau spring roll sangat populer di Tiongkok Timur, seperti Jiangxi, Jiangsu, Shanghai, Fujian, Guangzhou, Shenzhen, dan Hong Kong. Makanan ini merupakan jenis penganan yang populer tidak hanya di Tiongkok, juga favorit di Asia Tenggara.
Chunjuan bermakna keinginan mendapatkan kemakmuran. Dengan bentuk silinder berisi sayuran dan daging dan menggabungkan dengan sayuran dengan rasa manis yang dibungkus dengan adonan tipis yang digoreng hingga kuning keemasan.
Di Indonesia penganan jenis ini popular disebut Lumpia. Makanan Lumpia menjadi simbol “batang emas” yang melambangkan kekayaan dan kelimpahan. Karenanya, lumpia menjadi penganan yang wajib ada saat perayaan tahun baru Imlek karena diharapkan membawa keberuntungan dan kekayaan untuk tahun yang akan datang.
Kue Ketan
Kue ketan ini terbuat dari bahan seperti beras ketan, gula, kacang, kurma, dan daun teratai. Kue ketan ini diyakini memiliki manfaat kesehatan dan kebaikan seperti memperpanjang tubuh (semakin tinggi semakin baik), kemajuan, dan merangsang pertumbuhan bisnis, serta meningkatkan prestasi akademik.
Kue ketan juga menjadi simbol keberuntungan sehingga selalu dihidangkan saat tahun baru Imlek agar mencapai “ketinggian” yang lebih baik pada tahun yang akan datang. Frasa “tinggi” bukan hanya tinggi badan, melainkan kekayaan, status sosial, dan pengaruh seseorang.
Jeruk Santang, Ponkam atau Jeruk Mandarin
Jeruk Mandarin atau yang berwarna kuning emas selalu ada di saat perayaan imlek sebagai lambang dari kekayaan dan kemakmuran. Jeruk dalam bahasa Tionghoa pengucapanannya mirip dengan kata sukses dengan warna kuning keemasan melambangkan kemakmuran. Masyarakat Tionghoa meyakini menyimpan dan mengkonsumsi buah kuning keemasan ini akan membawa keberuntungan dan kejayaan dalam hidup mereka. Jeruk Bali dianggap simbol kemakmuran yang berkelanjutan yang harus dijaga. Bahkan muncul pepatah Tiongkok, “semakin banyak Jeruk Bali yang anda makan, semakin banyak kekayaan yang akan datang”.
Kue Keranjang
Nama asli kue ini adalah Nian Gao, artinya semakin tinggi dari tahun ke tahun. Kue berwarna coklat ini biasa disebut dengan dodol Cina, karena lengket dan mirip dengan dodol Betawi. Lengket dari tepung beras ketan ini melambangkan kekeluargaan yang rukun dan tidak terpisahkan. Dihias dengan cara bersusun ke atas melambangkan kehidupan yang meningkat dari tahun ke tahun, seperti peningkatan jabatan dan taraf ekonomi sosial.
Kue keranjang terbuat dari beras ketan dan digiling dan dimasak selama 14 jam bersama madu dan kurma Cina, lalu dicetak dalam wadah dari bambu yang dilapisi plastik. Wadah yang berbentuk mirip keranjang itu membuat penganan manis itu disebut kue keranjang.
Lapis Legit
Kue manis berlapis-lapis ini melambangkan harapan kebahagian atau keuntungan yang berlapis-lapis. Dengan harapan siapapun yang memakannya dipercaya akan memiliki kehidupan yang manis dan legit.
Kue Mangkok
Kue mangkok dalam bahasa Mandarin disebut dengan fa gao atau berbagi keberuntungan, sedangkan fat goh berarti kemakmuran yang semakin tinggi. Kue mangkok ini saat dikukus mengembang yang dianggap seperti orang yang sedang tersenyum. Kudapan manis ini bentuknya mirip bolu kukus yang bermakna pembawa keberuntungan di tahun akan datang. Kue dengan rasa manis gurih ini terbuat dari bahan tepung beras, santan, dan ragi.
Onde-Onde atau Jian dui
Dengan bentuk bulat, rasa yang manis, serta tekstur kulit luar yang sedikit renyah, kenyal, dan berwarna cokelat keemasan dengan taburan biji wijen di seluruh permukaannya bikin onde-onde atau jian dui dipercaya membawa keberuntungan. Hal itu karena onde-onde bulat dianggap sempurna dan utuh dan biji wijen yang kuning keemasan mengingatkan pada emas.
Tang Yuan atau Wedang Ronde
Bentuknya bulat-bulat kecil dan harus memiliki lima warna yang mewakili unsur alam, yaitu air (udara), warnya putih, hijau melambangkan kayu, merah melambangkan unsur api. Warna kuning melambangkan unsur logam, coklat melambangkan unsur tanah. Semuanya disajikan dalam mangkok bulat yang berisi air jahe mengandung arti dan harapan bahwa untuk mengharapkan hal baik dalam hidup manusia tidak boleh melupakan alam.
Kue tang yuan yang berbentuk bola tersebut terbuat dari tepung beras ketan yang menyimbolkan perekat kekeluargaan atau kerabat. Hidangan ini wajib dihidangkan dan disantap saat Imlek. Orang-orang mengonsumsi tangyuan sebagai bentuk pengharapan akan keberuntungan dan kebahagiaan di sepanjang tahun. Walaupun seringkali dihidangkan dengan kuah gula yang manis, di Cina, tangyuan dengan varian kuah dengan cita rasa asin dan gurih yang terbuat dari kaldu kue ikan.
Manisan
Manisan dalam perayaan Imlek biasanya diletakkan dalam kotak berbentuk segi delapan, yang dipercaya membawa keberuntungan. Kotak segi delapan dianggap sebagai tray of happiness atau prosperity bx. Makna angka delapan alam kotak ini memiliki pelafalan yang mirip yaitu delapan “ba” dan keberuntungan “fa”. Kotak segi delapan tersebut berisi aneka jenis camilan manis seperti manisan leci, sebagai lambang ikatan keluarga yang kuat dan biji teratai melambangkan kesuburan.
Manisan melon melambangkan kesehatan, kelapa kering symbol persahabatan dan persatuan, jeruk lambang kemakmuran, lengkeng lambang banyak anak. Selain itu, leci merupakan simbol ikatan keluarga yang kuat, kacang tanah lambang panjang umur dan semangka merah sebagai lambang kebahagiaan dan kejujuran. Manisan diharapkan dapat memberi kebahagiaan dan hal-hal manis pada keluarga yang menyuguhkan.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pembeli menawar ikan bandeng yang dijual di kawasan Petak Sembilan, Taman Sari, Jakarta Barat, Minggu (19/1/2020). Menjelang Imlek, bandeng yang biasanya menjadi hidangan khas saat Imlek, kembali ramai diperdagangkan. Untuk ukuran bandeng seberat 1-2 kilogram, harga perkilonya Rp 70 ribu, sedangkan bandeng yang beratnya di atas 3 kg, ditawarkan Rp 100 ribu per kg.
Bermakna penuh harapan
Ikan mewakili unsur air, pelafalan ikan “yu” secara homofon bermakna kelimpahan dan kemakmuran, maka ikan menjadi symbol kemakmuran. Di Batavia sejak abad ke-17 ikan bandeng menjadi lambing harapan dan keberuntungan, tetapi jenis olahan ikan ini tergantung tingkat ekonomi keluarga. Simbol ikan dalam hidangan Imlek dapat diwakili oleh bandeng, ikan kakap, dan ikan barakuda.
Masyarakat Tionghoa di Indonesia sangat familiar dengan ikan bandeng setiap menyambut perayaan Imlek. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di beberapa pasar di Jakarta ikan bandeng ukuran besar banyak dijual menjelang imlek. Dalam sajian, ikan tidak boleh dipotong dimasak sederhana seperti rebus atau kukus diberi kecap ataupun citarasa asam manis.
Hidangan masakan ikan saat Imlek memiliki makna khusus, mulai dari proses pengolahan dan proses penyajian yang memiliki makna tersendiri. Bahkan, bagian kepala dan ekor ikan tidak boleh dimakan sebelum awal tahun dengan harapan dapat memulai dan mengakhiri tahun dengan menabung.
Sayuran
Sayuran melambangkan musim semi, pembaharuan, energi, dan kemakmuran yang biasanya selalu ada pada festival musim semi, bahkan setiap sayuran dilambangkan memiliki makna simbolisme sendiri.
Selada, misalnya, dalam bahasa mandarin mirip dengan kata yang artinya “menjadi kaya”, atau mendapatkan keuntungan finansial. Sayur baby pokcoy juga dianggap memiliki simbol “keberuntungan” dalam setahun ke depan. Oleh karena itu, selada dan baby pokcoy hadir dalam hidangan imlek dengan harapan membawa keberkahan dan keberuntungan bagi keluarga yang menyantapnya.
Udang
Nama udang dalam bahasa Mandarin mirip dengan “tawa” atau “ha”, hingga udang dianggap membawa kebahagiaan saat imlek. Udang menjadi hidangan penting yang harus ada di meja makan saat perayaan imlek karena menjadi simbol panjang umur dan keberuntungan.
Ayam atau Bebek Utuh
Ayam yang dimasak dalam bentuk utuh disajikan dengan cara dipanggang atau direbus, sajian ini dianggap sebagai simbol kesatuan dan kelengkapan dalam keluarga. Ayam yang utuh lengkap dengan dengan kepala dan kaki mencerminkan konsep lingkaran penuh seperti siklus yang baik di awal dan di akhir tahun.
Uniknya bagian kaki ayam dianggap membawa lebih banyak kekayaan dan keberuntungan bagi keluarga, biasanya kepala keluarga akan menyantap kaki ayam lebih dulu. Ayam dan bebek dianggap mewakili unsur udara.
Siu Mie dan Mie Goreng
Siu Mie adalah mie yang sangat ditunggu tunggu dalam perayaan imlek. Olahan mie yang mirip dengan mie goreng dimasak dengan sayur, udang sosis, bakso, dan isian lainnya. Selain itu, ada pula mie goreng yang disajikan bersama telor puyuh dan irisan daging sapi. Telor puyuh bermakna umur panjang dan daging sapi mewakili unsur darat yang artinya berharap kehidupan yang lebih baik.
Mie ini dibuat tanpa dipotong sama sekali demikian pula ketika merebus dan memakannya. Oleh karena itu, tradisi mengharuskan sajian mie yang tidak terpotong. Makan Siu Mie tidak boleh digigit karena mie tidak boleh terputus. Karenanya, harus disantap secara utuh dengan harapan Panjang harapan umur yang umur, jika terpotong akan memperpendek usia.
Dalam tradisi Cina kuno, mie tanpa terpotong ini menjadi simbol dari harapan panjang umur serta rezeki yang tidak terputus, sehingga mie ini wajib disajikan.
Yusheng
Tradisi Yusheng tidak boleh ditinggalkan saat perayaan imlek, makanan khas imlek ini disebut juga dengan salad kemakmuran. Menunya terdiri dari sayur-sayuran seperti kol ungu, wortel, paprika merah, paprika hijau, paprika kuning, lobak putih, timun, dan ikan salmon vegan, wijen, jeruk lemon, kacang tanah, dan keripik kulit pangsit.
Saat disantap, yusheng diaduk dicampur dengan sumpit, dan mengangkatnya tinggi-tinggi saat akan disantap. Ikan salmon dalam yusheng memiliki makna penting karena ikan berenang lincah mengikuti air ke depan. Diharapkan hadirnya keberuntungan, dan rezeki berkelimpahan.
Sup Delapan Bentuk
Disebut delapan bentuk karena menggunakan delapan bahan dasar. bahan yang digunakan, yaitu teripang, jamur tungku, ikan, udang, isi perut ikan, kerang kering, abalone, jamur hitam, kacang ginko, dan biji lotus. Sajian ini membawa filosofi harapan dari usaha atau bisnis yang berkembang pesat di tahun depan.
Telur Rendam Teh
Telur ini direbus dengan cara direncam teh hitam, kecap asin, dan rempah-rempah. Ketika telur setengah matang, cangkangnya diretakkan agar bumbunya dapat meresap ke dalam telur, selain membuat kulit telur tampak bermotif. Memakan telur ini saat Imlek dipercaya akan membawa kesuburan terutama pasangan suami istri yang ingin memiliki momongan.
Selain makanan di atas perayaan imlek tidak lengkap tanpa hidangan babi, baik dipanggang ataupun dengan saus asam manis. Konon, mengkonsumsi babi saat imlek akan membawa keberuntungan karena babi disimbolkan sebagai kantung yang dapat menampung banyak rezeki. Selain itu, babi juga dianggap sebagai hewan yang malas, maka menyantapnya saat imlek kita akan terhindar dari kemalasan.
Selain itu, masih ada bolu kukus yang biasa disebut fa gao. Camilan yang enak disantap hangat ini mengingatkan orang Cina untuk menghasilkan banyak uang sehingga melambangkan kemakmuran dan banyaknya rezeki.
Ada pula donat ulir yang melambangkan makna reuni karena bentuknya yang mirip tali seakan mempertemukan dan menyatukan kembali keluarga yang jauh untuk pulang ke kampung halaman atau datang ke keluarga yang tua. Sementara, kacang tanah yang melambangkan vitalitas dan umur panjang dalam budaya Cina seringkali digoreng berlapis tepung.
KOMPAS/A HANDOKO
Pembuatan kue keranjang Bintang Mas di Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Senin (12/1/2009). Kue keranjang atau kue tahunan (nien kau) yang menjadi hidangan khas Tahun Baru Imlek dijual Rp 20.000 per kilogram dan dipasarkan ke Sukabumi, Jakarta, dan Bandung.
Tahun Baru Imlek di Indonesia
Sebelumnya. kegiatan budaya Tionghoa dibatasi oleh Pemerintah Orde Baru dengan Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 yang hanya mengizinkan perayaan imlek di ranah privat. Sehingga selain Imlek, perayaan Cap Go Meh, barongsai dan liong dilarang di depan umum.
Namun, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut aturan tersebut dengan menetapkan Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Inpres No. 14 Tahun 1967. Dalam peraturan yang dikeluarkan Gus Dur tersebut menyatakan bahwa penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat dapat dilakukan tanpa membutuhkan izin khusus.
Setelah Keppres tersebut kemudian keluar Surat Keputusan (SK) Menteri Agama No. 23 Tahun 2001, yang menyatakan bahwa hari raya dan Tahun Baru Imlek menjadi hari libur fakultatif. Keleluasaan perayaan imlek semakin nyata ketika Presiden Megawati Soekarnoputri menetapkan tahun baru imlek sebagai hari nasional, dengan Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2002 menetapkan tahun baru imlek menjadi hari libur nasional. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- Dingkis, Pembawa Hoki yang Tak Pernah Ingkar Janji, Kompas, Selasa, 28 Januari 2020
- Imlek yang Terputus Tapi Tak Terlupaka, Kompas, Rabu 2 Februari 2022
- Merayakan Akulturasi di Meja Makan, Jumat 24 Januari 2020
- Tadisi Persaudaraan Kue Keranjang, Kompas, Jumat 24 Januari 2020
- Sewa Gedung Demi Merayakan Imlek, Kompas, 23 Januari 2023
- Merayakan Akulturasi di Meja Makan, Jumat 24 Januari 2020
- Memahami Filosofi Kuliner Tionghoa-Indonesia, Minggu 15 Februari 2015