IPPHOS
Presiden Soekarno meninggalkan Tanah Air (Lapangan Terbang Kemayoran) Untuk mengadakan Kunjungan ke Uni Soviet (Moskow) di Antar Oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta Pada Tanggal 25 Agustus 1956.
Fakta Singkat
8 Teori Kepemimpinan
Great Man Theory
Sifat kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa sejak dilahirkan.
Trait Theory
Orang mewarisi kualitas dan sifat tertentu yang membuat mereka lebih cocok untuk kepemimpinan.
Contingency Theory
Tidak ada cara terbaik untuk memimpin, setiap kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi.
Situational Theory
Pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional.
Behavioral Theory
Berdasarkan keyakinan pemimpin hebat diciptakan, bukan dilahirkan.
Participative Theory
Gaya kepemimpinan ideal adalah yang mempertimbangkan masukan orang lain.
Management Theory (Teori Transaksional)
Fokus pada peran pengawasan, organisasi, dan kinerja kelompok. Berdasarkan reward dan punishment.
Relationship Theory (Teori Transformasional)
Fokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi orang dengan membantu anggota kelompok.
Presiden pertama Soekarno, Presiden ketiga BJ Habibie, Presiden keempat Abdurrahman Wahid, Presiden kelima Megawati Soekarnoputri, dan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono, berasal dari genetik “unggul”. Dari tujuh presiden Indonesia, hanya Presiden kedua Soeharto, dan Presiden ketujuh Joko Widodo yang berasal dari rakyat biasa.
Masyarakat secara luas mengenal Megawati sebagai anak Soekarno, tetapi bila ditelusuri lebih jauh sosok Soekarno juga lahir dari keturunan bangsawan. Abdurrahman Wahid yang lebih dikenal dengan Gus Dur merupakan keturunan keluarga Kyai. Setali tiga uang dengan Gus Dur, Kakek Habibie juga seorang pemuka agama, sementara kakek dari Susilo Bambang Yudhoyono adalah pendiri Pondok Pesantren di Pacitan.
Teori Genetis menyatakan lahirnya seorang pemimpin bukan dibuat tetapi berasal dari bakat-bakat alami sejak lahir. Bakat-bakat menonjol ini membuat seseorang ditakdirkan menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi apapun (Kartono Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, 1998).
IPPHOS
Perayaan Hari Buruh oleh Presiden Soekarno di Alun-alun Yogyakarta pada tanggal 1 Mei 1946.
Lawan dari teori genetis adalah teori sosial. Teori ini menyebutkan bahwa pemimpin tidak lahir begitu saja melainkan harus disiapkan, dididik, dan dibentuk. Bila teori genetis menyebut faktor keturunan menjadi syarat lahirnya pemimpin, teori sosial menyatakan setiap orang bisa menjadi pemimpin asal ada dorongan dari diri sendiri yang disertai usaha salah satunya pendidikan.
Reaksi dari teori genetis dan sosial, muncul teori yang merupakan gabungan dari keduanya, yakni teori ekologis atau sintetis. Teori ini menyebutkan bahwa seorang pemimpin yang sukses ditentukan oleh bakat-bakat sejak lahir. Bakat ini kemudian dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan sesuai dengan tuntutan lingkungan (ekologis).
Menurut Kendra Van Wagner, terdapat delapan teori kepemimpinan (Dari Soekarno sampai SBY: intrik & lobi politik pada penguasa, 2009). Delapan teori itu meliputi Great Man Theory, Trait Theory, Contingency Theory, Situational Theory, Behavioral Theory, Participative Theory, Management Theory, dan Relationship Theory.
Salah satu dari delapan teori kepemimpinan, teori orang hebat (Great Man Theory), memandang lahirnya seorang pemimpin dari faktor genetis. Teori yang berkembang pada abad ke-19 ini mengatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin sudah digariskan. Pemimpin digambarkan sebagai sosok yang heroik dan magis. Seseorang yang ditakdirkan sebagai pemimpin sudah memiliki karakteristik dan sifat yang tidak ditemukan semua orang sejak lahir.
Soekarno
Presiden pertama Indonesia, Soekarno, memiliki darah ningrat. Ayah Soekarno adalah Raden Soekemi Sosrodihardjo yang merupakan keturunan Sultan Kediri. Sementara ibunya Ida Ayu Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari kasta Brahmana. Raja Singaraja yang terakhir merupakan paman ibunya.
Meski keturunan bangsawan, Soekarno hidup sederhana. Ayahnya berprofesi sebagai guru. Dari sinilah Soekarno mendapat pendidikan dengan disiplin tinggi. Oleh ayahnya, Soekarno disekolahkan di Eerste Inlandse School, sekolah tempat ayahnya bekerja. Soekarno kecil sudah memiliki bakat memimpin. Ia secara alami sering menjadi pusat perhatian dan menjadi sosok pemimpin di antara teman-temannya.
Saat kelas 6, ayahnya memindahkannya ke sekolah rendahan Belanda Europeesche Lagere School (ELS) dan lulus Pada tahun 1915. Selepas ELS Soekarno melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas Hogere Burger School (HBS) Surabaya berkat bantuan kawan ayahnya H.O.S Tjokroaminoto.
Tamat dari HBS, Soekarno mengambil jurusan teknik sipil di Technische Hoogeschool te Bandoeng (Institut Teknologi Bandung). Setelah lulus pada tahun 1926, Soekarno memulai kariernya dengan mendirikan biro arsitek.
Perjalanan Soekarno menjadi seorang pemimpin tak hanya dipengaruhi faktor genetis. Selain bakat alami, situasi sosial dan politik pada masa penjajahan turut membentuk Soekarno muncul sebagai sosok pahlawan.
Soekarno tercatat mulai berpolitik sejak 1915. Saat itu Soekarno mendirikan perkumpulan politik pertamanya yang diberi nama “Tri Koro Darmo” yang berarti Tiga Tujuan Suci, melambangkan kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial.
Soeharto
Sosok Soeharto merupakan pemimpin yang lahir dari kalangan rakyat kecil. Ayahnya, Kertosudiro adalah seorang petani dan pembantu lurah dalam mengairi persawahan desa.
Orang tua Soeharto bercerai saat masih kecil. Ayahnya menikah lagi dan mempunyai empat orang anak, sementara Ibunya menikah lagi dengan Atmopawiro dan mempunyai tujuh orang anak, salah satunya adalah H. Probosutedjo. Setelah ayah-ibunya bercerai, Soeharto diasuh seorang dukun bayi di Kemusuk, Mbah Kromodiryo. Ibunya mengambil Soeharto dari Mbah Kromodiryo ketika berumur 4 tahun.
Saat berusia delapan tahun Soeharto mulai masuk sekolah dasar di Sekolah Rakyat (SR), Puluhan. Soeharto sempat beberapa kali pindah sekolah. Selepas dari SR Puluhan, Soeharto sempat pindah ke SR Pedes, lalu pindah lagi ke SR Tiwir. Usai tamat sekolah dasar, Soeharto melanjutkan pendidikan ke Schakel Scholl di Wonogiri, dan Schakel Muhammadiyah di Yogyakarta hingga selesai pada 1939.
Sebelum beralih ke militer, Soeharto sempat bekerja sebagai pembantu klerk pada bank desa di Wuryantoro. Merasa tidak cocok, Soeharto mendaftar sebagai kopral di KNIL (tentara kerajaan Belanda). Ia diterima dan lulus dengan nilai terbaik pada tahun 1940.
Memasuki masa penjajahan Jepang, Soeharto tetap berkarier di militer. Ia memulai karier sebagai keibuho (polisi), hingga menjadi chudanco (komandan kompi) Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Markas Besar PETA di Solo.
Karier Soeharto terus menanjak hingga namanya semakin dikenal berkat perannya pada Serangan Umum 1 Maret 1949. Walau secara genetis tidak memiliki latar belakang keluarga terpandang, karakter kepemimpinan Soeharto terbentuk di militer. Soeharto termasuk pemimpin yang lahir karena keinginan dan usahanya sendiri sesuai dengan Teori Sosial.
BJ Habibie
Ayah Habibie, Alwi Abdul Djalil Habibie, berasal dari Gorontalo dan berprofesi sebagai ahli pertanian. Kakek BJ Habibie dari keturunan ayah merupakan seorang pemuka agama, anggota majelis peradilan agama, dan salah satu pemangku adat Gorontalo yang termasyhur. Ibu Habibie bernama R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, keturunan bangsawan Jawa, anak seorang dokter spesialis mata di Yogyakarta.
Habibie merupakan anak keempat. Ia menjalani masa kecilnya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Saat remaja, Habibie harus kehilangan ayahnya yang meninggal karena penyakit jantung. Setelah itu, ia merantau untuk menempuh pendidikan SMA di Bandung.
Kecerdasan Habibie sudah tampak saat SMA. Setelah tamat pada 1954, Habibie melanjutkan studi di Jurusan Teknik Mesin, Universitas Indonesia di Bandung (ITB) pada 1956. Baru enam bulan kuliah, Habibie pindah melanjutkan belajar di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule, Aachen, Jerman.
Prestasi Habibie di negeri orang bukan sembarangan. Pada tahun 1960, Habibie meraih Diplom-ingenieur dengan mendapat cumlaude dari Fakultas Teknik Mesin Jurusan Desain dan Konstruksi pesawat terbang. Tak berhenti disitu, lima tahun keemudian Habibie meraih gelar Doctor Ingenieur dengan predikat summa cumlaude. Atas prestasinya yang cemerlang, Habibie diangkat sebagai Profesor Kehormatan atau Guru Besar di ITB pada 1967.
Habibie kembali ke Indonesia pada tahun 1974, setelah mencapai puncak karier di Jerman sebagai Wakil Presiden sekaligus Direktur Teknologi MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen. Pada 1978 Habibie, diangkat sebagai menteri Negara Riset dan Teknologi sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Seolah ditakdirkan menjadi presiden, Habibie diangkat menjadi Wakil Presiden pada 11 Maret 1998 lewat Sidang Umum MPR. Tiga bulan kemudian, Soeharto lengser pada 20 Mei 1998. Habibie yang menjabat sebagai wakil presiden, secara otomatis menggantikan Soeharto untuk mengawal pemerintahan transisi. Sesuai dengan “great man theories”, Habibie memang sosok yang dilahirkan untuk menjadi orang besar.
Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Gus Dur merupakan putra sulung dari enam bersaudara. Gus Dur lahir dari keluarga berpengaruh. Ayahnya, KH Wahid Hasyim, adalah Menteri Agama tahun 1949, dan kakeknya adalah KH Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama. Tak kalah berpengaruh, ibu Gus Dur, Hj. Sholehah adalah puteri pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, KH Bisri Sansuri.
Bibit unggul Gus Dur sudah terlihat sejak kecil. Selain gemar membaca, Gus Dur sudah bisa membaca Al-Qur’an pada usia 5 tahun. Selepas SD, Gus Dur sudah dilepas merantau. Berawal dari belajar di Yogyakarta, dilanjutkan Magelang dan Jombang, Gus Dur dikirim sekolah ke Al-Azhar Universtiy, Kairo, Mesir, saat berusia 23 tahun pada tahun 1964.
Perjalanan Gus Dur di luar negeri cukup panjang. Setelah Mesir, ia pindah ke Baghdad, Irak, dan mengambil kuliah di Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab. Tahun 1971, Gus Dur ke Eropa untuk meneruskan pendidikan ke program pascasarjana di bidang perbandingan agama di Belanda. Karena kecewa dengan kultur pendidikannya, Gus Dur pergi ke Jerman dan Perancis, sebelum memutuskan kembali ke Indonesia pada Mei 1971.
Gus Dur memulai kariernya di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yang terdiri dari para kaum intelektual Muslim progresif dan sosial demokrat. Gus Dur meneruskan kariernya sebagai jurnalis. Ia banyak menulis untuk Majalah Tempo dan Harian Kompas.
Karier Gus Dur berlanjut di dunia pendidikan. Pada tahun 1974 Gus Dur mengajar di Pesantren Tambakberas, Jombang, sebelum mendirikan Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta pada 1976. Gus Dur mulai berkiprah di Nahdlatul Ulama (NU) pada 1984 dengan menjabat Ketua Umum Tanfidziah atau Ketua Umum PBNU selama tiga periode.
Gus Dur merupakan tokoh reformasi. Selepas Soeharto lengser, Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa pada tahun 1998. Pada 20 Oktober 1999, Gus Dur terpilih sebagai Presiden ke-4 RI menggantikan BJ Habibie.
Terpilihnya Gus Dur kembali membuktikan teori genetis sangat berpengaruh dalam perjalanan karier seorang pemimpin melalui privilege (hak istimewa) yang didapatkan sebagai keturunan tokoh berpengaruh.
Megawati Soekarnoputri
Faktor genetis Megawati tak diragukan lagi berasal dari darah sang proklamator. Megawati adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasangan Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno, dan Fatmawati. Megawati tumbuh sebagai anak presiden di lingkungan Istana Merdeka hingga ayahnya lengser pada tahun 1966.
Sebagai putri presiden yang dilengserkan tentu bukan hal mudah. Pada tahun 1967 Megawati keluar dari Universitas Padjadjaran. Selama tiga tahun Megawati tidak aktif kuliah. Semasa itu ia aktif di organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Selepas kuliah Megawati memutuskan menikah pada tahun 1968 dengan Surindro Supjarso, seorang pilot Letnan Satu Penerbang TNI Angkatan Udara, pada usia 21 tahun. Pernikahan mereka dikaruniai dua anak laki-laki yaitu Mohammad Rizki Pratama dan Mohammad Prananda. Naas terjadi, pada tahun 1970 suaminya gugur dalam tugas. Pada tahun yang sama Soekarno juga meninggal dunia.
Setelah kondisi politik stabil, Megawati kembali kuliah di Fakultas Psikologi UI. Namun, kuliahnya kembali kandas. Ia kemudian menikah lagi dengan diplomat asal Mesir bernama Hassan Gamal Ahmad Hasan, tetapi pernikahan ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1973 Megawati menikah dengan Taufik Kiemas, dan dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Puan Maharani.
Karier politik Megawati dimulai saat bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 1987. Karier politiknya mulai naik ketika Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI melalui Kongres PDI di Surabaya pada 1993.
Langkah Megawati menuju pemilihan presiden tahun 1997 seolah dijegal setelah terjadi konflik internal PDI. Puncak konflik ditandai dengan peristiwa Kerusuhan 27 Juli, yang mengakibatkan bentrokan fisik di kantor pusat PDI di jalan Diponegoro, Jakarta.
Setelah Soeharto lenger, Megawati tak secara otomatis menjadi presiden. Pada tahun 1999, meski partainya PDI Perjuangan (PDI-P) memenangkan Pemilu, dirinya kalah suara dari Gus Dur dalam pemilihan presiden lewat MPR. Megawati menjadi Wakil Presiden RI dan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI.
Dua tahun kemudian takdir seorang pemimpin datang. Pada 23 Juli 2001 secara aklamasi MPR memilih Megawati sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia periode 2001–2004 setelah Gus Dur dilengserkan. Megawati mencatat sejarah sebagai presiden perempuan pertama di Indonesia.
Susilo Bambang Yudhoyono
Soekotjo, Ayah dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah seorang pensiunan militer berpangkat Letnan Satu, sementara ibunya Sitti Habibah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Tremas di Pacitan. Terlepas dari kisah perceraian kedua orang tuanya, secara genetis, latar belakang keluarga SBY cukup terpandang.
SBY merupakan anak tunggal yang menghabiskan masa kecilnya di tanah kelahirannya Pacitan. Ayah SBY menjabat sebagai Danramil sehingga sering berpindah-pindah. Agar SBY dapat sekolah secara normal, SBY dititipkan kepada kakaknya, seorang Kepala Desa Ploso Pacitan.
Saat menginjak kelas satu SMA orang tua SBY bercerai. Momen ini menjadi titik balik SBY untuk mengubah hidupnya. Saat kelas 5 SD, SBY pernah diajak wisata ke Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Kenangan ini menjadi motivasi untuk menjadi seorang tentara. Selepas SMA ia bertekad mendaftar AKABRI.
Meski sempat terlambat, SBY berhasil masuk AKABRI sebagai angkatan 1970. Selama empat tahun di AKABRI prestasinya cukup menonjol, SBY memperoleh setidaknya tujuh bintang penghargaan. SBY dilantik menjadi seorang perwira oleh Presiden Soeharto di Surabaya pada 11 Desember 1973, sekaligus dinobatkan sebagi lulusan terbaik 1973 dan menerima penghargaan lencana Adhi Makayasa.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Ratusan ribu simpatisan pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Jusuf Kalla memadati kampanye terbuka pasangan tersebut di Stadiun Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta (27/6/2004).
Sepanjang 30 tahun pengabdian di militer, SBY menyandang 28 jabatan dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal TNI (1999). Karier militernya berakhir lima tahun lebih awal setelah Presiden Abdurrahman Wahid mengangkat SBY menjadi Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999.
Sempat menjadi menteri Kabinet Gotong Royong di bawah Pemerintahan Presiden Megawati, pada 11 Maret 2004, SBY mengundurkan diri sebagai Menko Polkam. SBY kemudian mulai berkampanye untuk Partai Demokrat yang akhirnya mengantarkan dirinya menjadi presiden pada 20 Oktober 2004, dan terpilih kembali pada Pilpres 2009.
Joko Widodo
Presiden Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi lahir dari pasangan Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi. Jokowi merupakan anak sulung dari empat bersaudara. Ia hidup dalam keluarga sederhana dan tinggal di bantaran Kali Anyar di Kampung Cinderejo Lor, Solo. Ayah Jokowi berjualan kayu dan bambu di tepi kali sebagai mata pencahariannya.
Keluarga Jokowi berulang kali berpindah dari satu rumah sewa ke rumah sewa lain. Suatu ketika tempat tinggal mereka di bantaran Kali Anyar pernah kena gusur Pemerintah Kota Solo. Mereka pun terpaksa menumpang di rumah kerabat di daerah Gondang.
Berasal dari keluarga sederhana tak membuat Jokowi putus sekolah. Jokowi berhasil menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang S1 di jurusan teknologi kayu, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Di awal kariernya Jokowi bekerja di perusahaan BUMN di Aceh, PT Kertas Kraft Aceh. Setelah sempat bekerja di pabrik milik kakak dari ibunya di bawah CV Roda Jati, Jokowi mulai menekuni bisnisnya dengan membuka toko mebel sendiri pada 1988. Toko yang bernama CV Rakabu ini berkembang hingga merambah pasar mancanegara.
Setelah bisnisnya berjalan, Jokowi bersama rekan-rekan pengusaha menggagas terbentuknya Komisariat Daerah (Komda) Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) Surakarta Raya. Dari sinilah awal perjalanan politik Jokowi dimulai. Selama 2 tahun memimpin Asmindo, muncul wacana dari para pengurus dan anggota perkumpulan pengusaha untuk mencalonkan Jokowi di Pilkada Solo 2005.
Meski sempat menolak berpolitik, karier politik Jokowi justru melesat cepat. Tak sampai satu dekade, Jokowi berhasil memenangi 4 Pemilu. Mulai dari Pilkada Solo 2005, Pilkada Solo 2010, Pilkada DKI 2012, dan Pilpres 2014. Pada Pilpres 2019 Jokowi kembali terpilih.
Fenomena Jokowi menjadi menarik. Genetik kepemimpinan Jokowi ternyata diwariskan kepada dua putranya Gibran Rakabuming Raka, dan Kaesang Pangarep. Gibran terpilih sebagai Walikota Solo pada Pilkada 2020 dan maju sebagai cawapres Prabowo pada Pilpres 2024, sementara Kaesang terpilih menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia. Dalam konteks teori genetis, Jokowi bukanlah pewaris, tetapi perintis. (LITBANG KOMPAS)
Referensi
- Kartini, Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpinan Abnormal Itu? Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
- Lesmana, Tjipta. Dari Soekarno sampai SBY:intrik & lobi politik pada penguasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.
- Seratus Tahun Bung Karno (1901-2001). Kompas, 1 Januari 2001. Hlm. 72.
- Abdurrahman Wahid Mungkin Memang Misteri. Kompas, 25 Juli 2001. Hlm. 1.
- Megawati, Satu-satunya Perempuan Presiden. Kompas, 28 Desember 2004. Hlm. 30.
- Orang Besar, dari Mana Datangnya? Kompas, 5 Januari 2010. Hlm. 7.
- Joko Widodo: Satrio Pembela Wong Cilik yang Mengubah Wajah Solo. Kompas, 27 Juni 2012. Hlm. 37.
- https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7018/Pemimpin-dan-Kepemimpinan-Kita.html, diakses 18 November 2023
- https://hbr.org/2005/04/seven-transformations-of-leadership, diakses 18 November 2023
- https://www.verywellmind.com/leadership-theories-2795323, diakses 18 November 2023
- https://www.gramedia.com/literasi/teori-kepemimpinan/, diakses 19 November 2023
- Presiden Pertama RI – Soekarno
- Presiden Kedua RI – Soeharto
- Presiden Ketiga RI – BJ Habibie
- Presiden Keempat RI – Abdurrahman Wahid
- Presiden Kelima RI – Megawati Soekarnoputri
- Presiden Keenam RI – Susilo Bambang Yudhoyono
- Presiden Ketujuh RI – Joko Widodo
Artikel terkait